38

432 77 12
                                    

Hari Sabtu sore, Dhisa sudah membuat janji temu dengan pihak Wedding Organizer (WO). Setelah mencari-cari tahu lebih dalam berdasarkan ketiga rekomendasi WO dari temannya, ia akhirnya sudah memutuskan untuk memilih salah satunya. Maka dari itu, Dhisa dan Raden segera membuat janji temu dengan WO yang sudah terpilih untuk membahas langkah-langkah berikutnya.

Raden sampai di rumah Dhisa sekitar pukul 15.10. Tanpa menunggu lama, mereka segera bergerak menuju sebuah cafe di daerah Caturtunggal yang menjadi lokasi pertemuan pertamanya dengan pihak WO. 

"Aku udah hubungi orang WO-nya kalo kita udah jalan," ujar Dhisa.

"Ok," singkat Raden.

"Udah fix pakai yang ini, kan?" tanya Raden.

"Iya. Kemarin udah diskusi juga sama Noura," sahut Dhisa.

"Ya, udah. Tadi mama titip salam buat kamu," ucap Raden.

"Oh, iya. Aku lupa sempat janjian sama mama. Aduh, gimana, ya?" ujar Dhisa mulai kelabakan.

"Kalian janjian buat apa? Kok aku ngga tau apa-apa?" tanya Raden heran.

"Jadi, rencananya besok kita mau jalan bertiga bareng Gendhis juga. Nah, kemarin mama kamu, tuh, juga sempat ajak aku ke acara arisan sama teman-temannya gitu, deh," jawab Dhisa.

"Oh," singkat Raden.

"Besok Minggu kita ngga ketemu dulu gapapa, ya? Aku ngga enak udah terlanjur janji sama mama," ucap Dhisa.

"Iya," jawab Raden.

"Ok, aku chat mama dulu," ucap Dhisa dengan santainya.

Dhisa mulai sibuk mengetikkan sesuatu dibalik layar ponselnya. Sementara itu, Raden hanya terdiam tampak lesu. Namun, ia tetap fokus dalam berkendara.

"Den, besok kamu di rumah ayah atau rumah Congcat?" tanya Dhisa memecah keheningan. (Congcat: Condongcatur).

"Ngga tau," jawabnya.

"Ini si Nindi chat aku. Katanya, besok sore mau ada acara di lapangan dekat rumah. Terus paginya setiap warganya disuruh ikut berpartisipasi buat kerja bakti bareng bapak-bapak di sana. Mending kamu perginya bareng sama Tara aja, kan, kalian sama-sama orang baru di sana," Perempuan itu tak mengalihkan pandangannya ke Raden sedikit pun. Ia tetap asyik menggulir layar ponselnya.

"Iya, lihat besok," jawabnya.

Keduanya kembali terdiam, hanya terdengar alunan musik yang menyala. Mereka sengaja tetap menjaga mood-nya masing-masing demi kelancaran pertemuan pertamanya dengan pihak WO. Lagi pula, masih banyak yang harus dibahas nanti. Kalau suasananya rusak dari sekarang, bisa-bisa langsung buyar fokusnya saat pertemuan. 

Setibanya di cafe, mereka mulai bertemu dengan Mas Niko dan Mbak Ira serta kedua orang lainnya selaku pihak WO yang kedatangannya lebih lambat 15 menit dari Dhisa dan Raden. Pertemuan pertamanya ini mereka mulai membahas konsep pernikahan, menentukan anggaran, dan menyampaikan segala ekspektasi dari acara pernikahan yang diinginkan oleh Dhisa dan Raden. Selama fokus dalam pembahasan mengenai rangkaian pernikahan, Dhisa merasa senang karena ia langsung merasa cocok dengan pilihannya kali ini.

Setelah dua jam fokusnya terperangkap dalam pertemuan, akhirnya pihak WO meminta izin untuk undur diri lebih dulu karena sudah ada janji temu dengan klien lainnya. Sementara itu, Dhisa dan Raden juga ikut meninggalkan cafe yang tampak semakin ramai dengan anak-anak muda yang akan menghabiskan malam Minggu di sana.

Raden mengendarai mobilnya bukan ke arah rumah Dhisa, melainkan ke suatu ruko dengan ukuran sedang dan lahan parkirnya hampir terisi penuh. Tempat itu adalah Den's Game Center milik Raden yang tempo hari sempat ia beri tahu pada Dhisa. Ini menjadi kunjungan pertama Dhisa ke tempat itu. 

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang