Tiga bulan berlalu. Pertemuan antara keluarga Dhisa dan Raden sudah dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama, pihak keluarga Raden yang mengunjungi ke kediaman keluarga Dhisa. Silahturahmi pertama dari kedua keluarga itu berlangsung hangat. Obrolan demi obrolan dilontarkan oleh orang tua Dhisa dan Raden.
Ada satu hal yang tak disangka setelah perbincangan di pertemuan pertama mereka. Ternyata Mama Arum dulunya pernah bertetangga dengan Bulik Tika, adiknya Mama Dita. Sewaktu Mama Arum masih hidup dengan suami pertamanya, ia sempat tinggal di Solo sejak awal menikah. Oleh sebab itu, hubungan Mama Arum dan Bulik Tika menjadi cukup akrab karena kebetulan di lingkungan sekitar mereka pada saat itu keduanya sama-sama masih terbilang muda. Sampai akhirnya sekitar lima tahun kemudian, keduanya kembali merantau dengan hidupnya masing-masing tanpa berkomunikasi lebih lanjut.
Memang cukup rumit untuk diceritakan, ibarat membenahi benang-benang yang kusut. Namun, dari situlah terbesit kalau garis jodoh itu memang sudah ada sangkut pautnya. Entah antara Dhisa dengan Raden, begitu pula dengan kedua keluarga mereka.
Pertemuan kedua, selang hampir satu bulan, pihak keluarga Dhisa bergantian mengunjungi kediaman keluarga Raden sembari melakukan acara makan malam sederhana. Saat itu, hubungan kedua pihak sudah mulai akrab berkat pendekatan di pertemuan pertama. Namun, di pertemuan kedua ini perbincangannya mulai memasuki inti. Ya, mengenai kelanjutan rencana pernikahan Dhisa dan Raden, juga dengan segala printilannya.
Tak lupa, Ayah Wira juga mulai membahas mengenai rumah yang akan ditempati oleh Dhisa dan Raden. Ngomong-ngomong, sudah berjalan tiga minggu rumah itu direnovasi. Diperkirakan pengerjaan rumahnya akan selesai dalam waktu satu bulan. Lalu setelah itu Dhisa dan Raden akan mulai mencicil untuk mengisi perabotan rumah.
Pertemuan ketiga, dilakukan kembali di rumah keluarga Dhisa. Di sini, kedua pihak membicarakan mengenai acara lamaran yang akan dilaksanakan sekitar satu bulanan lagi. Raden menanyakan kepada orang tua Dhisa, apakah sebaiknya acaranya akan dilakukan di suatu venue atau di rumah. Dan atas persetujuan bersama, acara lamaran akan berlangsung di kediaman rumah Dhisa dan hanya mengundang keluarga saja.
Kemudian, setelah melalui diskusi panjang yang berlangsung hampir satu bulan ini, kedua pihak juga memutuskan kalau tiga bulan setelah lamaran akan menggelar acara akad nikah dan resepsi. Tapi rencana ini masih dirahasiakan oleh keluarga inti masing-masing karena nantinya setelah acara lamaran akan membahas hal ini lagi bersama keluarga besar.
***
"Den," panggil Dhisa.
"Kenapa, Sa?" sahut Raden yang tengah memperhatikan tukang yang sedang mengecat dinding rumah.
Raden berjalan menghampiri Dhisa yang berada di taman kecil belakang rumah.
"Besok aku ajak Beno tinggal di sini aja kali, ya?" tanya Dhisa yang tengah duduk-duduk di kursi beton yang baru-baru ini selesai dikerjakan oleh tukang.
"Terus kandangnya mau ditaruh di bagian belakang sini?" tanya Raden balik.
"Iya. Boleh ngga? Kan. kamu udah pelihara ikan-ikan di akuarium. Aku juga mau, dong, ajak Beno," ucap Dhisa sedikit memohon.
"Tapi satu aja, ya? Jangan nambah kucing lagi," jawab Raden.
"Iya, Beno doang, kok," kata Dhisa.
"Ya udah iya," jawab Raden.
"Nah, terus lahan kecil yang buat tanam sayuran ini kayaknya tunggu kalo udah ditempati aja, deh, rumahnya. Lagian aku juga belum pernah coba bercocok tanam. Perlu belajar dulu," ucap Dhisa.
"Besok belajar bareng aja, ya, Sa. Aku udah paham dikit-dikit, kok," jawab Raden.
"Ok, Den," ucap Dhisa tersenyum ke arah Raden.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
FanfictionDhisa adalah seorang wanita single yang menyukai traveling. Ya, bisa dibilang travelingnya masih yang dekat-dekat aja, sih, di sekitar Pulau Jawa. Dhisa memiliki saudara sepupu yang akrab sejak kecil sampai saat ini, yaitu Noura. Noura ini memiliki...