15 - Would You Be My Girlfriend?

6 2 0
                                    

~~~~~~~~~~

Disaat Violetta selesai membeli susu dan hendak menaikki tangga untuk kembali ke kelas, tanpa disadari Vicario muncul dari sebelah tangga dan menarik lengan Violetta hingga ke koridor ujung sekolah.

Violetta sontak berteriak kaget namun telapak tangan Vicario dengan gesit langsung membekap mulut Violetta dan berdesis. Violetta pun terbelalak dan menghela nafasnya. "Ya ampun, Vic. Kirain siapa, tiba-tiba tarik-tarik lenganku."

"Hahaha. Lucu deh kalau Kak Vio lagi kaget." Vicario tersenyum lebar.

Violetta cemberut. "Ih, gak lucu tau."

"Ya udah, maaf dong. Jangan marah lagi ya, Kak Vio. Nanti cantiknya hilang," ledek Vicario.

"Iya deh iya," jawab Violetta dengan jutek. "Terus kamu mau ngomong apa?"

"Aku janji kali ini aku bakal ngomong sesuatu sama kakak tanpa tersendat-sendat. Asal kakak harus siap mendengar semua yang ingin aku omongin. Karena aku bakal ngomong sejujur-jujurnya sama kakak selama ini."

"Oke, silahkan. Asal jangan lama-lama, entar teman aku ngamuk-ngamuk karena kelamaan beliin susu."

Kali ini Vicario benar-benar merasa dirinya sudah cukup energik untuk mengungkapkan perasaannya kepada Violetta. Dia berharap latihannya semalam di kamar tidak sia-sia. Vicario berdoa dalam hati, lalu menarik nafasnya dan menghembusnya perlahan-lahan. Dengan sepenuh hati, dia langsung mengutarakan. "Jadi, aku tuh pengen banget Kak Vio tau kalau selama ini aku itu..."

Jantung Vicario sempat berdebar-debar ketika harus melanjutkan perkataan yang rumpang, namun Vicario tetap berusaha rileks dan fokus. Sementara Violetta pun juga ikut deg-degan menunggu lanjutan kalimat Vicario yang rumpang dari kemarin. Violetta menatap Vicario dengan sangat fokus. Lalu, Vicario juga berusaha menajamkan tatapannya ke Violetta dan mengungkapkan semuanya.

Karena tak ingin membuang waktu dan selalu gagal, Vicario malah justru melawan rasa gugupnya dengan refleks berbicara dengan tempo sedikit cepat. "Kalau aku tuh sebenarnya suka sama kakak." Begitu dia telah menyelesaikan semua perkataannya yang rumpang dari kemarin, Vicario langsung membuang pandangannya sejenak dan menghela nafas berulang kali.

Violetta yang barusan mendengar ungkapan Vicario langsung terbelalak dan jantungnya semakin berdebar-debar. Bahkan, tubuhnya pun juga gemetaran dan seperti sedang kedinginan. Dugaan Violetta selama ini seratus persen benar.

Perlahan-lahan, Violetta semakin mendekat ke sebelah Vicario dan menanyakan semua hal itu dengan nada masih belum sepenuhnya percaya. "Yang benar, Vic? Aku gak salah dengar kan tadi?"

Vicario yang masih terasa kaku menjawab Violetta dengan tertatih-tatih. "Emm...benar. Aku memang udah suka sama kakak dari pertama kali kita ketemu di lomba pentas drama." Dia tetap tidak berani untuk menatap wajah Violetta dan masih bersikap pesimis atas reaksi Violetta selanjutnya.

Suasana menjadi sedikit tercengang diantara mereka berdua. Tubuh Violetta sedikit gemetaran, namun di sisi lain dia juga telah menyiapkan tekadnya untuk membalas ungkapan Vicario. Dia menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan lalu juga ikut mengutarakan perasaannya.

"Sebenarnya Vic...aku itu...juga suka sama kamu..."

Vicario langsung terbelalak dan mulai menatap Violetta kembali. Dia kaget tak percaya. Perasaannya yang pada awalnya tegang kemudian menjadi lega serasa habis terlepas dari cekikan tali yang erat. "Se...seriusan, Kak Vio?"

"Aku serius, Vic."

Vicario menggeleng pelan dengan nada tidak yakin. "Gak...gak mungkin...aku masih gak percaya...mana mungkin ada cewek yang bisa suka sama aku yang gak ada apa-apanya ini, termasuk kakak."

A Look Back of ViolettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang