Jangan lupa vote, comment, dan share
Happy reading guys
~~~~~~~~~~~~
Tiba-tiba, muncul seseorang dari belakangnya membawa selembar tisu lalu mengelapnya dengan pelan ke pipi Violetta yang terbasuh oleh aliran air matanya. Violetta pun terkejut dan langsung menoleh ke kanan. Violetta pun juga terbelalak begitu melihat sosok Drian yang ternyata muncul di hadapannya. Violetta pun langsung cepat-cepat menyeka air matanya dengan telapak tangannya kemudian memasang ekspresi datar. Violetta pun juga tidak ingin menatap Drian.
Drian yang tak tega melihat kejadian Violetta tadi langsung hendak memeluknya dengan harapan menenangkan perasaan Violetta sejenak. Namun, Violetta malah menangkis kedua tangan Drian.
"Mau ngapain lo? Jangan macem-macem sama gue ya," sergah Violetta sambil menatap tajam dan menunjuk wajah Drian.
"Tenang, kak. Gue gak bakal apa-apain kakak kok. Gue niatnya mau tenangin perasaan kakak."
"Paling lo cuma pura-pura kasian doang kan. Padahal lo mungkin juga udah liat kejadian gue tadi. Udah puas liat gue ditampar sampe dipukul kayak gitu tadi? Lo seneng kan liat gue digituin tadi?" ringis Violetta dengan tatapan nanar ke Drian.
Drian menggeleng dan mencoba untuk menenangkan emosi Violetta lagi. "Kak, dengerin gue. Gue gak bermaksud seperti apa yang kakak pikirkan."
Violetta kali ini mulai menatap mata Drian.
"Gue emang dikenal sebagai playboy disini, yang sukanya deketin cewek sana sini. Tapi seengaknya, gue gak pernah sampe yang namanya berani main kasar sama cewek, apalagi kalo sampe kayak kejadian kakak tadi. Gue tadi niatnya mau leraiin kalian, tapi dia nya tadi udah terlanjur pergi. Sori kalo gue agak terlambat ngebantuin lo, kak."
"Kok jadi lo yang minta maaf sih? Lo kan emang gak terlibat dalam kejadian kami," ujar Violetta dengan heran.
"Iya tau. Tapi kalo seandainya tadi gue bisa leraiin kakak secepatnya pas lo dikasarin, mungkin kakak gak bakal terpuruk kayak gini."
Violetta tersenyum ironis. "Gak ada kaitannya lah, dek. Lagian lo tuh gak tau apa-apa mengenai kejadian kami. Jadi mending lo gak usah ikut campur deh, ini tuh masalah pribadi. Lo sebaiknya pulang aja."
"Ini bukan masalah kakak lagi punya masalah pribadi sama dia. Tapi liat sendiri kan? Dia tuh udah sampe berani main kasar sama kakak. Itu udah bener-bener kelewatan. Asal lo tau, kak. Gue tuh gak tegaan dan paling gak suka kalo liat ada cowok yang berani main kasar sama cewek, apalagi kalo sampe main fisik. Itu namanya cowok pengecut."
Violetta hanya termenung dan pikirannya benar-benar sedang terombang-ambing. Drian mengerti dengan apa yang dirasakan Violetta. Violetta masih terus mengelus-elus perut kanan atasnya yang masih ada sisa rasa sakit.
"Belum lagi dia sampe berani mukul kakak. Udah sakit jiwa tuh cowok. Masih sakit ya perutnya, kak?" Violetta mengalihkan ekspresinya. "Udah, gue udah gak apa kok sekarang dek." Violetta pun mengatur ulang pernafasannya.
"Tapi gue perhatiin tadi tonjokannya kayak keras banget loh. Gue khawatir kalo sampe kakak bakal kenapa-kenapa nanti," ujar Drian dengan gelisah.
"Udah, gue gak apa kok. Tadi tonjokannya gak terlalu keras kok," dalih Violetta sambil menahan tangisannya.
"Kalo lo mau nangis, nangis aja kak daripada dipendem mulu, entar yang ada kena tekanan batin loh. Emang sih kesannya keliatan cengeng, tapi kalo emang itu cara yang terbaik untuk melegakan perasaan, kenapa enggak, ya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Look Back of Violetta
Teen FictionMenceritakan tentang kisah Violetta Averine (Vio), si gadis anggun yang lugu, cerdas, dan tangguh yang saat ini sudah memasuki tahun terakhir di masa-masa sekolahnya di SMA Madeleine. Kecantikannya mampu meluluhkan seorang adik kelasnya, Vicario yan...