84 - A Hidden Truth

3 2 0
                                    

~~~~~~~~~~

Jam pulang sekolah pun tiba. Teman-teman kelas 12 IPS 2 pada berkumpul sambil makan-makan bareng di Deventer Resto. Kebetulan, Violetta juga mengajak teman-teman IPA nya.

"Jadi gue sebenarnya udah saling kenal sama Vicario waktu ikut pentas drama Cinderella di tahun lalu. Waktu itu gue juga lumayan akrab sama dia selama latihan pentas drama. Begitu selesai acara pentas drama, gue udah jarang ngobrol sama dia lagi bahkan udah kayak hampir gak kenal gitu. Tapi siapa sangka, begitu kita udah masuk kelas 12 dan dia kelas 11, tiba-tiba kita bisa deket lagi walaupun diujung-ujung kita cuma berani backstreet karna ortu dia strict parents," papar Violetta.

Faustine tertawa geli sambil menepuk pelan lengan Violetta. "Ya ampun, Vio...Vio...kalo diliat-liat, lucu juga kalian berdua tuh. Gue ngerti kok gimana rasanya punya ortu yang strict parents."

"Emang apa sih yang harus di gengsi kan? Sampe-sampe lo harus nutupin semua itu di depan orang?" Sofia ikut tertawa geli.

"Mungkin mereka mandangnya gue sama Vicario punya banyak perbedaan. Makanya waktu itu kita masih gak pede buat nunjukin hubungan kita ke semuanya." Violetta terbata dan tersipu.

"Gak boleh gitu dong, Vio. Walaupun kalian punya perbedaan, harusnya kalian tetep pede aja buat nunjukin. Kalo menurut kata orang-orang, justru dengan memiliki perbedaan bakal terlihat lebih unik dan indah jika dipersatukan. Asik..." tanggap Erlina dengan kepedean.

"Kayak Bhinekka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu. Ya gak, guys?" tanggap Shella sambil tersenyum lebar. Semua temannya langsung serentak menyahut.

"Gue penasaran deh sama tampangnya Vicario. Soalnya walaupun gue juga banyak koneksi sama adek kelas, gue justru malah gak pernah denger orang yang namanya Vicario. Lo masih punya fotonya gak?" timpal Faustine.

Setidaknya Violetta masih ada menyimpan sisa swafoto-nya dengan Vicario. Agar lebih mudah, Violetta langsung mengirimkannya di grup chat kelas di Line. Teman-temannya pun langsung gesit mengecek HP nya masing-masing. Beberapa temannya langsung bergumam menanggapi swafoto Violetta.

"Oalah, cowok kayak gini doang toh," celetuk Desti pelan.

"Kalo diliat-liat, kayaknya karakteristik-nya agak mirip sama Alvero deh," cengir Harto.

"Mirip dimana-nya coba?" Nardo tertawa geli.

"Dih, kok malah sama-samain gue sama cowoknya Vio sih? Beda jauh kaliii...gantengan juga gue," celetuk Alvero dengan kepedean. Jeff dan Oktavius langsung meledek Alvero.

"Udahlah, guys. Kalian gak boleh nge-judge kayak gitu dong. Itu berarti si Vio nerima Vicario apa adanya. Bener kan Vio?" ujar Erlina. Violetta mengangguk tersenyum simpul.

"Jadi gimana nih mengenai kebenaran lo yang bilangnya suka sama Alvero? Lo berarti selama ini cuma ngaku-ngaku doang dong kalo lo suka sama Alvero?" Oktavius tertawa bingung.

Violetta cengar-cengir dan tersipu. "Sekali lagi, sori ya guys kalo gue selama ini udah bohong besar sama kalian semua, terutama buat Alvero." Pandangan Violetta kini tertuju pada Alvero. "Sori juga kalo selama kemaren gue selalu bawa-bawa nama lo cuma buat nutupin kenyataan hubungan tertutup gue sama Vicario. Terserah kalo lo mau marah sama gue sekalipun makin benci sama gue."

Alvero menghela nafas dan hanya mengangkat kedua alisnya tanpa menatap Violetta.

"Lo gak perlu merasa bersalah, Vio. Namanya juga manusia, jadi wajar dong kalo kita semua gak akan luput dari kesalahan," ujar Celine sambil mengelus pundak Violetta.

"Bener tuh," sahut temannya yang lain.

"Tapi mau gimanapun, Vio kayaknya udah terlanjur bikin Alvero sakit hati nih. Waduh..." celetuk Harto.

A Look Back of ViolettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang