Makan Malam

2.4K 201 8
                                    

Bruummm...

Sebuah mobil porsche putih melaju pelan mendekati sebuah rumah besar nan mewah.
Gerbang hitam yang dipadukan lembut dengan warna emas terbuka perlahan.

Setelah terbuka lebar, mobil itu kembali melaju pelan memasuki rumah itu.
Gerbang hitam itu kembali menutup perlahan dengan sendirinya.

Mobil porsche putih itu melaju pelan dan berhenti tepat di pintu utama.

"Oke.
Kita sudah sampai," ujar Mark.

"Dimana kita?" tanya Michael.

"Ini tempat peristirahatan yang kita sebut rumah," jawab Mark dengan nada tegas.

"Kita hanya beristirahat di sini?" tanya Michael.

"Di sini kita akan tinggal, makan, tidur dan belajar apapun tentang aktivitas manusia," kata Mark sambil membuka pintu dan keluar dari mobil.

Michael terdiam dan menatap pintu mobil di sampingnya.
Ia terus mengamati dan mencoba memikirkan sesuatu.
Memikirkan cara bagaimana membuka pintu itu dan keluar dari sana.

Mark tersenyum renyah lalu menggelengkan kepala seakan mengerti mengapa Michael tak lekas keluar dari mobil.
Ia segera melangkah ke sisi lain mobil dan membuka pintu itu.

Michael yang sedari tadi mengamati dibuat terkejut olehnya karena pintu yang sedari tadi diam tiba-tiba bergerak dan terbuka sendiri.
Mark berdiri tepat di samping Michael.

"Ayo cepat keluar.
Kau harus belajar mulai awal," kata Mark.

"Setidaknya ajari aku membuka dan menutup benda ini," seru Michael tegas.

Mark menghembuskan nafas panjang.

"Benda ini namanya mobil.
Kau harus ingat itu," kata Mark.

"Oke.
Aku terlatih untuk mengingat.
Jadi ini namanya mobil," kata Michael sambil mengangguk anggukkan kepala memahami.

"Dan begini cara membuka mobil (sambil membuka pintu mobil) dan begini cara menutup mobil (sambil menutup pintu mobil).
Di dalam juga sama caranya cuma bentuk pengaitnya aja yang berbeda.
Paham?" tanya Mark.

"Baiklah.
Aku sangat paham (sambil membuka dan menutup pintu mobil secara berulang)," kata Michael.

"Sudah cukup Chel.
Ayo kita ke dalam, sudah waktunya makan malam," ajak Mark sambil menarik tangan Michael.

"Oke oke," ujar Michael pasrah.

Mark membuka pintu besar itu dan memasuki rumah.
Mark terus melangkah namun Michael mencoba mengamati pintu besar itu.

Ia menggenggam gagang pintu berwarna emas, kemudian mencoba menarik dan mendorongnya.
Berulang kali menutup dan membukanya.
Mark yang mendengarnya langsung menoleh ke belakang lalu menghampiri Michael.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Mark.

Michael menatap Mark tajam.

"Aku sedang belajar," ucap Michael tegas

Mark menatapnya dingin lalu menghembuskan nafas panjang.

"Sudah belajarnya?" tanya Mark.

"Sudah (sambil menutup pintu itu kembali).
Ayo kita makan malam," ajak Michael sambil merangkul pundak Mark.

Mark menatapnya aneh.
Ia menggerakkan pundaknya cepat menghempaskan tangan Michael dari pundaknya.

"Ayo!
Aku lapar.
Apalagi melihat tingkah gilamu," ujar Mark bercanda.

"Hahaha.. siapa yang gila? Bukannya kamu?" tanya Michael.

"Whatever," kata Mark tak menggubris Michael yang berjalan di sampingnya.

Sesampainya di meja makan, berbagai macam makanan menghiasi meja makan yang begitu panjang.
Meja kokoh yang terbuat dari marmer putih dengan berbagai makanan lezat penggugah selera tertata rapi di atasnya.

"Apa ini? Mengapa melihat ini semua, aku merasakan hal yang aneh pada tubuhku.
Terlebih pada...perutku?" tanya Michael.

"Ini namanya makanan.
Sekarang tubuh kita adalah tubuh manusia.
Diciptakan dari tanah dan air bukan dengan cahaya seperti tubuh kita yang dulu.
Kita perlu makan supaya tubuh ini berfungsi normal," kata Mark menjelaskan.

"Oh.. jadi begitu," ujar Michael sambil terus menatap makanan di hadapannya.

"Kau tak akan pernah kenyang hanya dengan menatap makanan itu.
Kau harus memakannya," ujar Mark.

Michael menoleh dan menatap Mark tajam.

"Caranya?" tanya Michael.

Mark tersenyum kejam.

"Lihat saja bagaimana aku menghabiskan semua makanan ini dan tak menyisakan sedikitpun untukmu.
Hahahaha... " kata Mark sambil tertawa lebar.

Michael hanya menatapnya heran dengan memincingkan satu alisnya ke atas dan menyipitkan satu mata lainnya.
Mark melihat Michael dan mulai meredakan tawanya lalu berhenti.

"Aargghh.. sudahlah.
Ayo kita makan.
Kau lihat saja caraku makan lalu kau tiru.
Paham?" tanya Mark sambil mengambil peralatan makan yang sudah disiapkan di hadapannya.

"Okelah kalau begitu," ujar Michael.

Mereka pun memulai acara makan malam pertama yang indah.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang