Tak terduga

327 25 0
                                    

Markhiel pun mencari keberadaan Ekhziel.
Ia dibantu oleh malaikat lain bernama Eric yang tugasnya di dunia menjabat sebagai seorang letnan.
Menurut informasi yang beredar, Ekhziel yang kini dipanggil Evil sedang berpesta di sebuah kawasan perumahan elit yang terletak di pusat kota.

Markhiel dan Eric pun segera bergegas menuju tempat itu pada malam harinya.

Di Surga, Michael pun sudah mempersiapkan diri meninggalkan Surga untuk bertugas ke dunia.
Tak butuh waktu lama hanya untuk mencabut aureole seorang malaikat.
Maka dari itu, ia pun pergi sendiri sebagai sesosok malaikat tentunya.

Markhiel dan Eric pun sampai di sebuah rumah mewah yang nampak remang daripada rumah lainnya.
Mereka pun memutuskan masuk ke dalam rumah itu.
Pintu masuk tiba-tiba terbuka dengan sendirinya seakan menyambut kedatangan mereka.

Di sebuah ruang tamu yang sangat luas dan agak terkesan gelap, Markhiel pun memutuskan memakai serbuk cahayanya untuk menerangi tempat itu.
Ia dan Eric sangat terkejut dengan apa yang mereka dapati di ruangan itu.
Beberapa mayat manusia tergeletak dimana-mana.
Bau anyir menyerbak menusuk hidung karena darah segar yang tercecer hampir di seluruh lantai ruang tamu itu.

"Apa-apaan ini?!" ujar Eric geram.

Tiba-tiba lampu ruang tamu menyala dengan sendirinya.
Cahayanya semakin menegaskan pemandangan kelam di tempat itu.
Beberapa mayat yang tak utuh dan terpisah-pisah bagian tubuhnya.

Terdengar suara hentakan langkah tajam seseorang menuruni anakan tangga.
Terlihat seorang lelaki berkemeja hitam yang berjalan santai menuruni tangga dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya masing-masing sisi.
Tatapan yang begitu tajam dari bola mata yang berwarna merah pekat.
Serta sunggingan senyum yang membuatnya nampak begitu menawan.

"Lama tak bertemu kawanku.
Apa kau merindukanku?" tanya Evil dengan nada dingin sambil tersenyum menampakkan kedua taring tajamnya yang telah tumbuh sempurna.

Ia pun terus melangkah dan kemudian berdiri tak jauh dari hadapan Markhiel dan Eric.

"Ekhziel! Apa yang terjadi padamu? Mengapa kau pilih jalan sesat ini? Apakah kau sudah kehilangan akal sehat?" tanya Markhiel geram.

"Kudengar belakangan ini kau mencari informasi tentangku.
Apakah karena kau merindukanku?
Atau memastikan diriku masih menjadi budak manusia?" tanya Evil sinis.

"Apa maksudmu?" tanya Markhiel tak mengerti.

"Bukankah saat ini kau sedang sibuk dengan tugas kepemimpinanmu?
Mengapa kau datang ke dunia untuk menemuiku?
Apakah karena kini aku telah menjadi lebih hebat darimu?" tanya Evil.

"Ekhziel!
Aku datang ke dunia ini untuk bertemu sahabatku yaitu engkau!
Apa yang telah kau perbuat ini pada dirimu sendiri?
Bahkan di mataku, ini sama sekali tak hebat!" ujar Markhiel geram.

"Hahaha...tak hebat ya?
Bukankah di Surga aku juga dianggap tak hebat sehingga hanya kalianlah yang dipilih menjadi pemimpin.
Tapi nyatanya ada yang sadar akan bakat hebatku dan menjadikan aku seorang pemimpin meski tak di Surga sekalipun itu." ujar Ekhziel sambil tertawa renyah.

"Bodoh kau!
Hanya karena keinginanmu menjadi seorang pemimpin bukan berarti kau harus mengambil jalan ini bukan!" tegas Markhiel.

"Jadi menurutmu aku harus bagaimana?" tanya Evil merendah.

"Tinggalkan kekuatan ini dan ikutlah denganku kembali ke Surga.
Jika kau benar-benar menyesalinya maka pemimpin Surga pun akan memaafkanmu, sebelum aureole di atas kepalamu benar-benar akan dicabut." ajak Markhiel.

"Begitu ya? Jika memang aureole ku ini dicabut maka..." ujar Evil terhenti.

"Maka kau tak akan pernah bisa menginjakkan kakimu di Surga sekali pun itu." lanjut Eric.

"Hmmmm...jadi begitu ya.
Aku tak akan lagi ada hubungan dengan Surga?
Aisshh...itu sangat mengerikan bagiku." ujar Evil merendah.

"Maka dari itu, ayolah ikut aku.
Kita minta maaf melalui pemimpin Surga." ajak Markhiel.

"Lepas dari ikatan Surga ya?
Namun itu tak masalah bagiku.
Kau tahu Mark? Aku merasa lebih senang dengan posisiku sebagai pangeran Neraka saat ini." ujar Evil terkekeh senang.

"Sialan kau Ekhziel!
Ini benar-benar akan menghancurkan dirimu sendiri!" ujar Markhiel marah.

"Begitukah?
Sejak kapan kau peduli padaku?
Baru ini saja kau sudah mendapat perhatian dariku.
Kemana saja kau selama ini bahkan tak sempat datang walau hanya sekedar menanyakan kabar menengokku?
Itukah yang kau sebut kawan?" tanya Evil dengan nada tegas dan dingin.

"Ekhziel, aku mohon.
Bagaimanapun juga kau masih sahabatku.
Kau masih kawanku.
Aku tak ingin kau menghancurkan dirimu seperti ini." ujar Markhiel memohon.

"Maaf Mark.
Ini adalah kesenanganku.
Dan inilah keinginanku saat ini.
Bagaimanapun kau membujukku aku tak akan pernah mau lagi berurusan denganmu juga Michael terlebih berurusan lagi dengan Surga!" tegas Evil.

Tiba-tiba sekelebat cahaya sangat terang muncul menerangi tempat itu.
Cahaya yang begitu menyilaukan dan sesaat kemudian mereda.
Terlihat seorang lelaki yang masih bercahaya berdiri di dekat Markhiel.

"Markhiel? Kaukah itu?" tanya Michael yang sudah sampai ke dunia.

"Michael? Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah kau diutus ke dunia juga untuk menjaga seorang Chrierist?" tanya Markhiel memastikan.

"Tidak.
Aku datang kesini hanya untuk mengambil aureole seorang malaikat yang memberontak.
Apakah kau tahu dimana dia?" tanya Michael.

"Di belakangmu." jawab Eric cepat.

Michael pun segera menoleh ke belakang lalu melihat Ekhziel dihadapannya.

"Hei kawanku!
Lama tak jumpa denganmu.
Sudah disampaikan kah salamku padamu oleh Markhiel.
Aku sangat senang bertemu denganmu saat ini.
Akhirnya kita bisa berkumpul bersama seperti dulu ya." ujar Michael sambil tertawa bahagia.

Evil hanya menyunggingkan sebuah senyum sinis.
Michael melihat banyak mayat manusia tergeletak dan darah tercecer dimana-mana.

"Aisshhh...apa-apaan ini?
Apa yang terjadi dengan mereka?" tanya Michael sedikit geram.

Evil menoleh ke belakang sejenak lalu kembali menatap Michael yang berdiri di hadapannya.

"Yach...aku memakan mereka.
Tak bisa kupingkiri daging dan darah mereka yang begitu lezat." ujar Evil santai.

Sesaat Michael tertegun dengan kata-kata Ekhziel.
Ia pun langsung menghujamnya dengan tatapan tajam.

"Apa maksud perkataanmu itu?
Apakah kau yang sudah kehilangan akal dan memberontak pada Surga?" tanya Michael tak yakin.

"Menurutmu?" ujar Evil sambil menatap Michael dengan mata merahnya dan tersenyum dingin menampakkan kedua taring tajamnya.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang