Kembali

357 26 0
                                    

CRAAASSSHHHH....!!!!

Kabut hitam yang mencekik Mark mulai memudar dan menghilang lalu menjatuhkannya keras ke lantai.
Mark memegangi lehernya sambil terbatuk-batuk dan mencoba mengatur nafasnya kembali.
Ia pun melihat ke arah Evil dan Michael.

Michael masih memegang erat belati yang ia hunuskan tepat di jantung Evil.
Evil membelalakkan mata menatap belati Heavier yang tertancap dalam pada jantungnya itu.
Darah hitam mulai mengalir dari dadanya juga dari ujung bibirnya.
Darah hitam yang begitu pekat mulai mengalir deras dan menetes pelan hingga ke lantai.

"Ba..ba..bagaimana mungkin?" tanya Evil tak percaya merasakan rasa sakit yang baru pertama kali ia rasakan kala itu.

"Dengan darah Chrierist kau mendapatkan kekuatan kegelapan ini.
Lewat darah Chrierist pula belati ini akan menghisap seluruh kekuatan gelap tanpa tersisa darimu!" ujar Michael sambil menatap Evil dingin.

Tangan Michael perlahan melepaskan pegangan belati itu.

"Ti...tidak.
Tidak mungkin.
TIDAAAKKK!" teriak Evil begitu keras.

Belati itu pun mulai bersinar sangat terang.
Sekejap kemudian kabut hitam yang membelenggu Evil seakan terhisap oleh kekuatan belati itu.
Semua kekuatan gelap di tubuh Evil semuanya terhisap dalam belati Heavier itu.
Evil mengerang kesakitan karenanya.
Ia meraung keras dengan suara pedih yang membahana di seluruh tempat ini.

Sesaat kemudian suara erangannya pun menghilang.
Begitu juga dengan kekuatan yang ia dapatkan dari para iblis.
Tubuhnya terlihat begitu bersinar meskipun darah merah segar masih berlumuran di tubuhnya dan sekitar bibirnya.

Ia meletakkan kedua tangannya ke masing-masing pundak Michael untuk menopang tubuh lemahnya.
Michael mencoba menahannya namun tubuhnya juga terasa begitu lemah sampai-sampai mereka pun akhirnya berlutut di tanah dengan saling berhadapan satu sama lain.

Ekhziel menundukkan kepalanya begitu juga dengan Michael hingga kening mereka saling bersandar satu sama lain.

"Apakah kau tak apa Michael?" tanya Ekhziel lirih.

"Ckk...rupanya akal sehatmu sudah kembali ya." ujar Michael sambil tertawa renyah.

"Hmmm...kurasa begitu." ujar Ekhziel yang ikut tertawa kecil.

Michael mengumpulkan cahaya di salah satu tangannya.
Cahaya itu mulai berkumpul dan membentuk sebuah benda.
Sebuah gulungan kertas yang mana diikat erat dengan pita biru keemasan.

"Seharusnya aku memberikan ini waktu bertemu denganmu, bukannya malah merenggut Aureole darimu." ujar Michael seraya memberikan gulungan kertas itu kepada Ekhziel.

"Apa ini?" tanya Ekhziel lemah.

Ekhziel menarik pita itu dan melihat isi gulungan kertas yang diberikan Michael padanya.
Ia mencoba membacanya dengan kening masih menempel pada kening Michael tentunya.

Di kertas itu berisi tentang Markhiel yang telah memberikan posisi nya sebagai Captain kepada Ekhziel.
Kedua kelopak mata Ekhziel pun mulai menghangat.
Penglihatannya mulai mengabur.
Kertas itu terjatuh dari genggamannya.
Air mata mulai mengalir pelan di kedua sisi wajahnya.

"Aku adalah sahabat paling bodoh yang pernah kalian kenal ya.
Maafkan aku Chel.
Maaf." ujar Ekhziel lirih sambil beruraian air mata penyesalan.

"Aku sudah memaafkanmu bahkan sebelum kau memintanya." ujar Michael sambil tersenyum lembut.

"Sampaikan terima kasih dan juga maafku pada Markhiel.
Kalian berdua adalah kawan terbaik yang pernah aku miliki dalam hidupku.
Maafkan aku..." ujar Ekhziel lemah.

Michael pun beruraian air mata dan mencoba mengangguk lemah.
Tubuh Ekhziel semakin bersinar terang lalu kemudian terurai menjadi butiran-butiran cahaya kecil yang melayang ke udara dan menghilang perlahan.
Markhiel mengepalkan tangannya kuat-kuat dengan mata yang sudah sembab akan air mata.
Kehilangan kawan adalah hal yang sangat menyakitkan baginya.

"Apa yang tercipta dari cahaya maka akan kembali ke asalnya sebagai cahaya." ujar Mark sambil bercucuran air mata.

Michael langsung terkulai lemah di tanah dengan darah segar masih terus mengalir deras dari lukanya.

"Michael!" panggil Mark sambil mencoba mengguncang-guncangkan tubuhnya.

Tak ada respon sama sekali.
Karena luka pada tubuhnya, Michael pun akhirnya kehilangan kesadarannya.
Mark langsung mencoba bangkit berdiri dan berlari kecil ke luar bangunan untuk mengambil handphone yang ia letakkan di dalam mobil.

Beberapa saat kemudian bantuan pun datang.
Michael dan aku akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat sampai akhirnya kami dibawa ke rumah sakit di kota asal kami.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang