Hitam

329 22 0
                                    

"Kalian sudah terlalu banyak mencampuri urusanku.
Tak cukupkah urusan lain yang kalian urus?" tanya Evil dingin.

"Tapi rencanamu ini semua adalah untuk membuat manusia menentang-Nya.
Kami tak bisa membiarkan hal itu." ujar Mark.

"Ini pun sama sekali tak ada kaitannya dengan Chiellyn.
Lepaskan dia!" ujar Michael penuh emosi.

"Oh...adik manismu itu ya.
Baru aku tahu juga kau punya masa lalu yang belum terselesaikan di dunia ini dengan adikmu itu." ujar Evil sambil menyunggingkan senyuman dingin.

Tiba-tiba sekelebat kabut hitam menggumpal di belakang Evil.
Sangat hitam dan pekat lalu kemudian membaur bersama udara dan menghilang.
Terlihat tubuhku yang tak berdaya tergeletak di belakang Evil.

"Chiellyn!" teriak Michael sambil berlari kecil hendak menghampiriku.

Langkahnya terhenti saat Evil menunjukkan sesuatu di hadapannya.

"Apakah kau tahu ini Michael?" tanya Evil.

"Belati Heavier?" tanya Michael.

"Yach...aku mendengar ramalan bahwa belati ini lah yang mampu melenyapkanku.
Tapi anehnya, saat aku mencobanya dengan menyayat tanganku, luka itu hanya seperti luka biasa dan kembali sembuh cepat seperti sedia kala.
Oh...bagaimana jika aku membantu kawan lamaku ini menyelesaikan masa lalunya." ujar Evil sambil tersenyum dingin.

"Apa maksudmu?" tanya Michael geram.

Evil pun membungkuk dan menggenggamkan pegangan belati itu pada tangan kananku.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Michael khawatir.

"Hanya sedikit hiburan belaka." ujar Evil sambil terkekeh.

Ujung jari telunjuknya menempel pada dahiku dan sekelebat kabut hitam seakan masuk ke dalam kepalaku.
Aku merasakan tubuhku yang kejang karena kesakitan.
Begitu sakit seakan darah pada tubuhku mendidih semuanya.
Namun sesaat kemudian rasa itu musnah meninggalkan sepenggal ingatan rasa sakit yang pernah aku alami.

Aku membuka mataku perlahan lalu bangkit berdiri.
Kugenggam erat belati di tanganku dengan penuh kebencian.

"Chiellyn? Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Michael panik.

"Tenang saja.
Aku hanya mengingatkan rasa sakit pada masa lalunya.
Dan sedikit arahan akhir yang lebih bahagia tentunya." ujar Evil sambil tersenyum dingin.

"Perhatikan kakak yang kau benci di hadapanmu kini.
Daripada kau menyayat lehermu dan merasakan sakit yang berulang, bukankah lebih baik kau hujam saja orang yang paling kau benci itu." bujuk Evil yang berbisik keras di telingaku.

"Evil...ka...kau...!" Michael tak mampu mengucapkan apa-apa saat mendengar Evil mengatakan hal itu padaku.

Kedua bola mataku berubah warna seketika menjadi hitam pekat.
Aku masih menggenggam erat belati di tanganku sambil menatap Michael tajam dan penuh dengan kebencian.
Masih terus berputar-putar rasa sakit yang kualami karenanya.
Karena kebodohannya juga karena ketidak peduliannya padaku.
Ia lebih percaya pada kawannya daripada melindungiku.

Masih terngiang rasa benci yang sangat amat saat terdengar tawa temannya itu membahana mempermainkan tubuhku.
Betapa ia tak peduli akan air mataku.
Betapa aku sangat membencinya.
Membenci semuanya dan rasanya ingin aku mati saja.

Aku pun melangkah perlahan menghampiri Michael.
Michael mencoba menenangkanku.

"Chiellyn? Maafkan aku." ujar Michael terbata.

"Segitu mudahnya kau ucapkan maaf atas rasa sakitku? Semudah itukah kau lebih peduli pada kesenangan kawanmu dan acuhkan air mataku?" tanyaku menghujam.

"Chiellyn?" ujar Michael.

Michael hanya menghela nafas panjang mengingat rasa sakit yang pernah kurasakan itu.
Ia masih menyalahkan dirinya untuk semua itu.
Ketidak becusannya menjagaku adik satu-satunya.
Ia pun kali ini hanya bisa berpasrah.

"Maafkan kakak." ujar Michael.

Aku pun tanpa sadar,dengan hatiku yang sudah diperbudak penuh oleh kabut kebencian, mengangkat tanganku tinggi-tinggi hendak menikam Michael yang berdiri diam di hadapanku saat ini.

"Chiellyn hentikan!" cegah Mark.

Namun terlambat.
Tanganku langsung melesat cepat.
Darah segar menetes pelan ke lantai bersamaan dengan sedikit suara sakit yang tertahan.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang