Terima kasih

976 84 2
                                    

Setelah piknik hari itu, malamnya Michael mengantarku pulang ke rumah.

"Oke, kita sudah sampai.
Sampai ketemu lain waktu." ujar Michael sambil tersenyum padaku.

Aku membalas senyumnya dan mengangguk cepat.
Aku hendak membuka pintu namun tiba-tiba kuurungkan niatku.
Aku menoleh pada Michael.
Michael menatapku heran.

"Ada apa?" tanya Michael.

"Kak Michael.
Terima kasih." ujarku sambil tersenyum lembut.

"Oh...iya tak masalah.
Aku bisa mengantarmu kapanpun kamu mau kok." kata Michael.

"Bukan tentang ini, aku berterima kasih untuk segala halnya." ujarku malu-malu.

"Segala halnya?" tanya Michael.

"Iya.
Untuk segala halnya.
Entah mengapa aku seakan telah menemukan kebahagiaan yang sangat aku rindukan seperti hari ini.

Sejujurnya sebelum aku bertemu denganmu, aku bahkan benci bangun dari tidurku.
Rasanya aku ingin sekali memejamkan mataku terus dan enggan melihat matahari apalagi menjalani hari membosankan yang terkadang menyakiti pikiranku.

Aku hanya ingin tidur senyenyak-nyenyaknya dan berharap tak seorangpun membangunkanku.
Namun setelah bertemu denganmu, aku merasa semua berbeda.

Meski terkadang masih tak masuk akal bagiku jika dipikir lagi dengan logika bahwa kau adalah seorang malaikat.

Tak peduli akan hal itu.
Aku berterima kasih padamu karena sudah mau menjadi kawanku.
Sudah mau berbagi cerita indah padaku.
Juga sudah mengenalkanku dengan banyak orang.
Dan sudah membuatku tersenyum hari ini.

Sekali lagi terima kasih." ujarku sambil tersenyum tulus padanya.

Michael terpaku mendengar kata-kataku.
Ia terus menatapku hampir tanpa berkedip sekalipun.
Entah mengapa ada sebuah rasa hangat yang mengalir di selubung dadanya dan membuat jantungnya berdetak sedikit cepat.
Ia pun membalas senyumanku dan mengangguk senang.

Dengan jahilnya aku sempat mengobrak abrik rambut coklat halusnya sebelum aku turun dari mobilnya.
Aku pun lekas turun dari mobil dan masuk ke rumah.
Michael hanya bisa menatapku bingung dan terdiam.
Lalu ia pun tersenyum.

Setelah itu Michael mengemudikan mobilnya pelan menjauh dan membiarkan rambutnya berantakan.
Terkadang pun ia tersenyum sendiri mengingat hal-hal yang aku ucapkan padanya.

Di rumah Mark.
Michael duduk di sofa sambil merengkuh sebuah bantal putih kecil.
Tanpa ia sadari kedua ujung bibirnya tertarik naik dan menciptakan senyuman kecil.
Matanya berkilauan dan kedua sisi pipinya bersemu merah.
Terkadang juga ia memegangi helaian rambutnya yang masih berantakan.

"Hohoho...apa-apaan nih? Kenapa senyum-senyum sendiri? Pikiranmu sakit ya?" tanya Mark jahil.

Michael tak menggubris Mark dan terus tersenyum dengan sendirinya.

"Kamu kenapa sih? " tanya Mark penasaran.

"Kepo." ujar Michael santai.

"Aissshhh...." desis Mark kesal sambil melemparkan sebuah bantal kecil ke wajah Michael.

Michael tersadar lalu menoleh cepat ke arah Mark.
Ia menghujamkan tatapan kesalnya pada Mark.
Mark segera beranjak dari posisi duduknya dan hendak kabur karena ia tahu Michael akan membalas perbuatannya.
Michael pun beranjak dari sofa dan mengejar Mark yang berlarian tanpa arah.

Mark yang membawa bantal kecil sebagai tameng mencoba menghalau Michael yang seperti hendak mengajaknya bergulat.

"Sini kau! Sukanya gangguin orang aja!" teriak Michael pada Mark.

"Becanda kali Chel." ujar Mark sambil berlari menuju taman belakang.

Michael pun ikut berlari mengejarnya.

"Huwaaaa....tolong..." teriak Mark panik.

Mr.Robert yang melihat tingkah mereka hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepala.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang