Kangen

511 38 0
                                    

"Halo Lyn, aku ke rumahmu ya?" ujar Michael lewat telepon.

"Ngapain?" tanyaku.

"Ketemu kamulah!
Emangnya aku gak boleh ke rumahmu?
Emangnya kamu gak kangen sama aku?" tanya Michael sinis.

"Ih...apa-apaan sih? Sapa juga yang kangen." sahutku sambil terkekeh geli.

"Awas kamu nanti.
Dua puluh menitan lagi aku sampai di sana." ujar Michael.

"Iya kak." ujarku lembut.

Telepon pun terputus.

Benar kata Michael.
Sekitar dua puluh menit kemudian terdengar suara klakson mobil dari luar rumah.
Aku segera beranjak dari sofa ruang tamu dan membuka pagar.

"Chiellyn." sapa Michael sambil tersenyum lebar dan bahagia begitu mendapatiku dalam pandangannya.

Aku segera menghampirinya dengan tersenyum nakal dan menengadahkan kedua tanganku ke hadapannya.
Michael langsung menatapku bingung.

"Oleh-oleh?" tanyaku cepat.

Michael menatapku geram.

"Chiellyn! Saat melihatku bukannya tanya datang kapan, apa bilang kangen, malah yang ditanyain oleh-oleh sih!" ujar Michael gemas sambil mencubit kedua pipi chubbyku.

"Aduh aduh.
Apa-apaan sih kak? Sakit tahu." ucapku sambil melepaskan kedua tangannya dan mengelus-elus kedua pipiku.

"Abisnya kamu itu nyebelin tahu gak." ujar Michael sambil mencebik.

"Jadi gak bawa nih?" tanyaku lagi.

"Tuh kan yang ditanyain itu lagi.
Dasar kamu itu Chiellyn!" ucap Michael gemas sambil berkacak pinggang.

Tiba-tiba Michael tertegun diam saat aku merengkuh tubuhnya cepat.
Kueratkan pelukanku sambil tersenyum penuh syukur.
Michael mengerjapkan mata cepat namun lebih cepat jantungnya yang berdetak tak karuan.
Mukanya menghangat dan sedikit memerah.

"A..apa yang kamu lakukan Chiel?" tanya Michael terbata-bata.

"Kangen? Iya itu pasti.
Aku begitu merindukanmu sampai mau mati rasanya.
Tiba-tiba kau muncul di hadapanku lagi seperti saat ini dan itu membuat hatiku begitu bahagia.
Bodoh jika aku tak merindukanmu.
Bodoh juga jika aku memikirkan hal lain selain dirimu.
Makasih kak kamu udah kembali." ucapku lembut.

Michael terpaku diam di tempatnya mendengar ucapanku.
Entah dengan alasan apa dia langsung memandang langit sambil tersenyum senang dengan sendirinya.
Matanya terlihat berkaca-kaca karena begitu bahagianya perasaan yang ia rasakan saat ini.

Tiba-tiba ia memudarkan senyumnya cepat dan menyadarkan dirinya.
Ia langsung memegang kedua pundakku dan melepaskan pelukanku dari tubuhnya.

"Apa-apaan sih? Bukannya kamu kangen sama oleh-oleh dariku ya?" ujar Michael mencoba menyangkal situasi.

"Iya juga.
Hehehehe..." ujarku sambil tergelak.

"Tuh kan! Chiellyn!" seru Michael kesal sambil berusaha mencubit hidung mungilku.

Aku terus mencoba menghindari serangannya itu sambil berteriak dan tertawa.
Begitu juga dengannya yang nampak begitu bahagia.
Meskipun di sisi lain tempat, ada seseorang yang sedang mengawasi kami dari kejauhan sambil menyeringai sinis.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang