Merpati Putih (1)

679 59 0
                                    

"Mereka lucu ya?" ujarku sambil menatap burung-burung kecil yang sedang berkumpul di trotoar jalan.

"Siapa? Aku?" tanya Michael sambil terkekeh dan terus berkutat pada setir kemudi yang ia pegang.

"Cih...kepedean banget sih?" cibirku.

"Emangnya siapa yang lucu di sini selain aku?" tanya Michael narsis.

"Ya jelas akulah." ujarku sambil menyunggingkan senyum kepercayaan diri.

"Kepedean." ujar Michael datar.

"Senjata makan tuan." pikirku.

"Burung-burung kecil itu lho kak.
Mereka kelihatan lebih lucu berkeliaran seperti itu kan daripada kita melihatnya hanya bisa diam terpaku dibatasi oleh tempat sempit yang bernama sangkar." ujarku.

"Iya.
Kau benar.
Aku jadi teringat kisah seekor merpati putih." ujar Michael.

"Merpati putih?" tanyaku.

"Iya.
Ada seekor merpati putih yang suka terbang melayang mengitari suatu wilayah yang mempunyai sebuah pohon rindang dan mempunyai pasokan makanan yang berlimpah.

Bisa dikatakan ia seperti berkuasa ditempat itu.
Ia suka bertengger di ranting teratas pohon itu dan melihat burung-burung kecil yang bertengger di bawahnya dengan pandangan sombong.
Ia juga melihat burung-burung kecil yang tak bisa menandingi ketinggian saat ia terbang di udara dan suka mencibir mereka dengan begitu angkuh.

Ia memandang begitu rendah semua burung-burung kecil yang menurutnya tak setara dengannya yang begitu cantik dan berkuasa dimanapun ia berada.
Terkadang ia juga mengusir burung-burung kecil yang menemukan makanan di dekat pepohonan itu.

Suatu hari ada seekor burung Elang yang tanpa sengaja menghampiri pohon itu dan bertengger di ranting paling atas pohon itu.
Tempat dimana merpati itu suka berdiam di sana.

Saat merpati itu kembali dan melihat burung itu ia memutuskan bertengger di tempat lain.
Ia merasa tersaingi oleh keberadaan elang tersebut.

Saat Elang itu memutuskan untuk kembali terbang, merpati itu pun mencoba mengikutinya.
Elang terbang lebih tinggi dari yang bisa digapai merpati itu.
Dan ada saat dimana merpati dibuat takjub oleh apa yang dilakukan Elang itu.

Elang itu dari ketinggian yang sangat tinggi tiba-tiba menikuk tajam ke tanah dan mengepakkan sayapnya kembali ke langit dan melayang pada ketinggian semula.

Merpati itu merasa ia juga mampu melakukannya.
Dengan sombong dan dipenuhi oleh keyakinannya yang angkuh, ia pun menukik tajam ke tanah.
Tanpa sempat ia mengepakkan sayapnya akhirnya ia jatuh tersungkur di tanah yang dipenuhi batu-batu tajam tersebut.
Salah satu sayapnya terluka dan patah.

Sejak kejadian itu, merpati itu pun tak bisa terbang lagi dan hanya bisa berjalan berkeliling di sekitar pohon itu.
Bulu-bulu putihnya kini menjadi kotor kecoklatan.
Ia nampak lusuh dan berantakan.
Tanpa ia sadari air mata menetes dari kedua matanya." Michael mengakhiri ceritanya.

"Akibat kesombongan ya? Di dunia ini juga banyak manusia seperti itu.
Banyak sekali.
Sampai -sampai aku takut untuk mengenal mereka yang hidup disertai keangkuhannya itu." ujarku pelan.

"Tapi ceritaku belum berakhir..." ujar Michael sambil tersenyum lembut memandangku.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang