Akhir Persahabatan

342 24 0
                                    

"Apa maksud perkataanmu itu? Apakah kau malaikat yang sudah kehilangan akal dan memberontak pada Surga?" tanya Michael.

"Menurutmu?" tanya Evil sambil tersenyum dingin.

"Itu tak mungkin engkau kan?" tanya Michael lagi.

"Ayolah...jangan berlagak bodoh Chel! Bahkan kau tahu Aureole ku sudah memudar kan?" tanya Evil.

"Tapi mengapa?" ujar Michael sedih dan sedikit geram.

"Untuk itu tanyakan langsung saja alasannya pada Markhiel.
Aku malas mengulangi apa yang sudah kukatakan." ujar Evil santai.

"Tidak Ekhziel!
Kau adalah sahabatku!
Kita akan menyelesaikan ini bersama!
Kita adalah kawan bukan?" ujar Michael.

"Hhhh...." Evil menghela nafas panjang.

"Bukan!
Aku bukan lagi kawan bodohmu dulu!
Aku bukan lagi Ekhziel yang lemah seperti dulu!
Kini aku adalah Evil sang pemimpin dunia dan neraka.
Tahukah kau Michael?
Mendapat kekuatan ini seperti mendapat berkat bagiku.
Aku menjadi apa yang ku inginkan dan mendapatkan apa yang aku mau.
Sesuai dengan kehendakku." ujar Evil sambil tersenyum renyah.

"Bodoh!
Bukan berkat yang kau dapat melainkan kutuk untuk menghancurkan dirimu sendiri!" ujar Michael penuh emosi.

"Terserah." ujar Evil santai.

"Percuma bicara dengannya.
Cahayanya benar-benar sudah diserap oleh kekuatan gelap itu begitu juga dengan akal sehatnya." ujar Eric.

"Ekhziel!
Jikalau itu memang maumu!
Terpaksa aku harus merenggut Aureole mu itu!" ujar Michael dengan perasaan yang sangat hancur.

"Nih...ambil cepat." ujar Evil santai sambil menundukkan kepalanya di hadapan Michael.

Michael dan Markhiel mengepalkan tangan mereka erat-erat.
Mereka tak menduga kawannya akan menjadi sebodoh ini mau diperbudak oleh kekuatan iblis.
Tapi bagaimanapun membujuknya, hatinya sudah penuh dengan keegoisan dan kegelapan.

Michael mengangkat tangannya perlahan lalu menyentuh Aureole yang berada di atas kepala Ekhziel.
Aureole itu memang tampak hampir padam.
Tak bercahaya lagi.

Michael mengeratkan genggamannya lalu mencoba menarik Aureole itu.
Petir-petir kecil menyambar cepat di sekitar Aureole itu dan nampak cahaya yang sangat menyilaukan mata muncul sesaat lalu kemudian menghilang.
Bunyi gemuruh pun datang bersahutan.
Ekhziel mengerang kesakitan karenanya.
Ia berteriak sangat kuat.

Sesaat kemudian Aureole pun telah terlepas dari atas kepala Ekhziel.
Mulai saat ini ia bukanlah malaikat Surga lagi.
Evil pun menjadi tak berdaya dan kedua lututnya pun jatuh menghujam tanah.

Michael dan Markhiel melihatnya penuh rasa iba.

"Ekhziel?" panggil Michael sambil perlahan menjulurkan tangan ke arahnya.

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang membahana keras.

"Hahahaha...kutegaskan sekali lagi padamu kawan lamaku.
Mulai saat ini jangan pernah panggil aku Ekhziel!
Namaku adalah Evil!" ujar Evil sambil tertawa dan berdiri di hadapan Michael.

"Kau akan menyesali apa yang kau pilih saat ini." ujar Michael geram.

"Terlebih dari itu, aku menyesali telah menjadi malaikat lemah dan berkawan denganmu." ujar Evil sambil menyunggingkan senyuman dingin.

"Jaga ucapanmu itu Evil!" ujar Markhiel marah.

"Kenapa Mark? Apakah kau mau menghajarku saat ini? Apakah kau juga akan membantunya melawanku? Kawan lamaku Michael?" tanya Evil dingin.

"Tak ada waktu aku berurusan denganmu saat ini!
Masih ada banyak tugas di Surga yang harus aku selesaikan.
Aku harap kau baik-baik saja Evil!" ujar Michael dingin dan langsung menghilang di balik serpihan cahaya-cahaya putih.

Markhiel masih merasa geram dengan sahabatnya itu.
Namun ia sadar bahwa menghajarnya kali ini pun tak akan mampu membuatnya berbalik pikiran.

"Ingat Evil.
Kali ini aku pun akan membiarkanmu.
Namun jika aku mendengar engkau hendak merencanakan sesuatu yang bertentangan dengan urusan-Nya.
Aku benar-benar tak akan memaafkanmu.
Ingatlah itu!" ujar Markhiel sambil berbalik melangkah pergi dan diikuti oleh Eric.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi kawan lamaku.
Aku rasa kita akan segera bertemu lagi." ujar Evil terkekeh geli.

Di Surga,
Michael berdiri di depan pohon rindang di padang Surga.
Ia pun berlutut dan meremas rumput hijau halus di hadapannya kuat-kuat.
Ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
Entah tanpa sadar ia pun mulai menahan erangan tangisnya namun membiarkan lelehan air matanya mengalir deras.

Ia membungkuk dengan sebuah Aureole yang sudah hampir pudar cahayanya tergeletak diam di sampingnya.
Aureole yang ia renggut dari sahabatnya sendiri.
Saat itulah menandakan akhir persahabatan antara mereka.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang