Pertempuran (4)

390 31 0
                                    

Mark berlari menuju mobil yang diparkir diam di samping pabrik.
Ia membuka bagasi lalu mengacak-acak sebuah tas ransel cokelat dan mengambil sebuah sos pistol.
Ia menembakkan flare gun itu ke udara.
Sebuah bunga api berwarna merah terang meluncur ke langit hitam seakan memberi sebuah pertanda.

"Itu tandanya!"

Sesaat kemudian ledakan terjadi di beberapa bangunan tak jauh dari tempat itu.
Kota Santura nampak menyala terang karena beberapa bangunan besar yang nampak bagai api unggun raksasa menguasai gelap malam itu.

Evil menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar beberapa dentuman ledakan tadi.
Ia menoleh ke luar jendela yang menampakkan pemandangan di luar pabrik itu.
Ia menoleh geram ke arah Michael dan berteriak dengan suara berat.
Ia menunjukkan kedua taringnya yang sangat tajam.

Ia berusaha melukai Michael dengan cakaran, dengan seluruh benda tajam baik pedang maupun belati yang ia buat dengan kabut hitamnya itu.
Michael mencoba menghindari setiap serangan Evil yang mematikan tersebut.

"Bagaimana menurutmu Evil?" tanya Michael sambil menyeringai sinis.

"Kalian!" ucap Evil geram sambil terus mengarahkan pedangnya mencoba menebas habis Michael yang berada di hadapannya saat itu.

"Ya.
Kami tak sebodoh yang kau pikir.
Kau memancing kami dengan informasi bahwa tempat ini adalah satu-satunya. Namun aku dan Mark bekerja sama dengan Eric mencari setiap detail tempat pembuatan obat beracunmu itu dan menghabiskannya dalam sekejap.
Tak hanya kota ini.
Kota-kota lain dimana kau menyembunyikan tempat itu dibalik nama perusahaan lain pun ikut kami binasakan.
Sehingga tak ada lagi kesempatan bagimu untuk menyusup ke dalam manusia dan membuat mereka saling menghancurkan."
ujar Michael penuh kemenangan.

"Tutup mulutmu.
Akan kubinasakan kau dan juga semua yang pernah kau kenal di dunia manapun itu." ucap Evil Murka.

"Oh ya. Coba saja." ujar Michael sambil menyayat halus pergelangan tangan Evil.

Evil mengerang kesakitan.

"Seperti biasa ya.
Saat terdapat ambisi untuk membunuh di saat itulah aku bisa menyentuhmu dengan mata pedangku." ujar Michael tersenyum penuh kemenangan.

"Hahaha...tetap saja pedangmu itu hanya mampu menggoresku saja namun tak bisa menghancurkanku." ucap Evil sambil terkekeh.

"Tunggu saja sampai aku menemukan Heavier.
Di saat itu juga aku akan langsung membinasakanmu." ujar Michael penuh keyakinan.

"Oh...maksudmu belati ini?" tanya Evil sambil melayang-layangkan sebuah belati putih di atas tangannya.

Belati cantik yang genggamannya dihiasi oleh tebaran batu saphire dan permata lain.
Belati itu nampak berkilauan karena itu terbuat dari tujuh macam cahaya yang diambil dari bintang-bintang terpilih.

"Bagaimana itu bisa ada padamu?" tanya Michael.

"Menurutmu aku bodoh tak mengenali senjata apa yang mampu membunuhku? Aku tahu saat aku memaksa Dellion memberitahukan aku apakah aku bisa abadi.
Namun ternyata hanya sebilah belati ini mampu menghancurkan keabadianku." ujar Evil kesal.

"Hahaha...baru kau sadar makhluk sepertimu tak bisa abadi." ucap Michael sambil tersenyum sinis.

"Cih...tak usah berlagak kau.
Mentang-mentang kau di sini untuk bertemu dengan adik yang pernah kau khianati dulu.
Menurutmu ia akan memaafkanmu begitu saja." ujar Evil terkekeh.

"Adik? Apa maksudmu?" tanya Michael bingung.

"Hahaha...ternyata Dellion tak menceritakan alasan mengapa kau menjaga seorang Chrierist ya?" ujar Evil sambil tersenyum licik.

"Apa yang kau tahu tentang aku? Cepat ceritakan padaku!" bentak Michael.

"Hahaha...tak usah terlalu dingin padaku.
Sebagai kawan lamamu aku akan berbagi sebuah kisah kehidupan kepadamu." ujar Evil sambil melangkah pelan mendekati Michael.

Ia menyentuh kening Michael dan menyusupkan kabut hitam ke kepalanya.
Seketika itu juga Michael berteriak mengerang kesakitan.

Mark datang dan melihat Michael yang sedang tersiksa.
Ia langsung membuat sebilah pedang dari cahaya dan mencoba menebaskannya ke arah Evil.
Evil hanya menoleh ke arahnya sambil menyeringai sinis.

"Ada juga untukmu.
Tunggulah hadiah dariku.
Hahaha...."

Gelak tawa Evil memenuhi seisi ruangan namun lama-lama samar dan menghilang sama sepertinya yang menghilang di balik kabut hitam.
Michael tersujud lemah di tanah.

"Michael kau tak apa?" tanya Mark khawatir.

Michael hanya menggeleng.
Mark membantu Michael berdiri lalu menopang tubuh sampingnya dan membantunya berjalan.

Pertarungan malam itu pun berakhir.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang