Pemakaman

407 30 0
                                    

Shannon menghentikan gerakan mengirisnya dan tersenyum kecil.

"Apa yang sudah diberikannya pada kakak? Ia bilang ia telah memberikan sesuatu padamu kak?" tanya Shannon.

"Yach..memang.
Ia memberikan benda yang amat sangat penting bagiku.
Aku sudah lama mencarinya kemana-mana dan ternyata ia yang mempunyainya." ujar Michael sambil terus menyiapkan tatanan piring di meja makan.

Shannon menoleh ke arah kakaknya dengan tatapan sayu.
Kedua bola matanya telah penuh dengan genangan air mata.
Wajahnya menghangat dan memerah.
Ia berdiri menghadap ke kakaknya sambil membawa pisau di tangannya.

"Dengan barang itukah kau menjualku." ucap Shannon dengan suara parau.

Michael menghentikan gerakannya lalu menoleh ke arah Shannon dengan tatapan heran.
Ia begitu terkejut saat mendapati adik tercintanya itu menatapnya sambil berlinangan air mata.

"Shannon?
Apa maksudmu?
Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Michael bingung dan hendak menghampiri Shannon.

Langkah Michael terhenti saat Shannon mengacungkan pisau ke arahnya.

"Kau janji kau akan menjagaku kak.
Namun kau malah menyakitiku seperti ini.
Mengapa kau meninggalkanku?Aku membencimu kak.
Hingga seluruh urat nadiku aku sangat membencimu.
Selamat tinggal."

Shannon mengarahkan pisaunya ke lehernya dan dengan perlahan ia mengiris nadi sepanjang lehernya.

"Tidak!! Shannon!! JANGANNN!!!" teriak Michael.

Namun sudah terlambat.
Darah tersembur kemana-mana.
Michael nampak pucat dan terkejut.
Ia langsung menghampiri Shannon yang menggelepar di atas lantai dingin itu.
Seluruh mulutnya dan tubuhnya penuh dengan darah segar.
Kedua mata Shannon masih berlinangan air mata dan menyatu dengan genangan darahnya.
Michael terus berteriak-teriak memanggil adiknya itu dan mencoba mengguncang-guncangkan tubuhnya.

"Tidak Shannon kumohon!
Jangan tinggalkan kakak!
Apa yang telah kau lakukan?
Shannon kumohon jangan pergi!" ucap Michael sambil berlinangan air mata dan terus mengguncang-guncangkan tubuh Shannon.

Namun Shannon tetap bersikukuh dalam diamnya.
Kedua matanya terbuka sayu dengan tatapan kosong.
Tak terdengar lagi suara degup jantung.
Nafas pun sudah terhenti.

"SHANNONNN!!!"

...

Pemakaman diadakan begitu sendu.
Kedua orang tua Michael memakai baju hitam dan merasa terpukul dengan kepergian anak bungsunya.
Michael mengenakan baju warna senada dengan hatinya saat itu, hitam pekat.

Ia terus menatap makam basah yang ada di hadapannya.
Ia terus melamunkan senyum Shannon dan begitu tersiksa dengan kepergian adik satu-satunya itu.
Ia pun berlutut di samping makam dan terus membelai batu nisan berukir nama adiknya itu.
Ia kepalkan kedua tangannya lalu berdiri dan berbalik cepat meninggalkan makam dan pergi penuh emosi ke sebuah tempat.

Setelah sampai di sebuah gudang tua tak terurus.
Ia menemui temannya yang sudah ia anggap kawan baik sebelumnya.
Temannya itu sedang berkumpul dengan teman-temannya yang lain di tempat itu.
Michael langsung menghampirinya lalu mendaratkan sebuah pukulan tepat di wajahnya.

"Apa yang sudah kau lakukan terhadap adikku?" sentak Michael penuh dengan emosi.

Temannya itu hanya mengusap darah di ujung bibirnya sambil terkekeh.

"Adikmu itu menolakku.
Aku tak terima lah.
Karena itu aku dan teman-temanku pun mencoba bagaimana nikmat badannya.
Kami tak melukainya.
Hanya beberapa kali memukulnya karena ia memberontak.
Namun aku rasa adikmu juga sangat menikmatinya.
Hahahaha...." ujarnya tanpa merasa bersalah.

"Brengsek!" ujar Michael sambil terus mendaratkan beberapa pukulan di wajah temannya itu.

Temannya itu tak mau tinggal diam ia membalas serangan Michael dan menghajarnya dengan membabi buta.
Michael tak mau menyerah.
Ia terus melawan dan menghantam temannya itu sekuat tenaga.
Saat temannya itu sedikit melemah, teman-temannya yang lain pun ikut membantu dan mereka bersama-sama mengeroyok Michael yang seorang diri.

Darah tercecer dimana-mana, lebam dan luka penuh di wajah Michael.
Kedua tangannya dipegang erat oleh anak-anak yang lain.
Temannya itu menghampiri, menjambak rambut depannya lalu mendaratkan sebuah pukulan keras di wajah Michael.
Michael terbatuk dan darah merah segar termuntahkan dari mulutnya.

"Dasar cecunguk bodoh!
Adik cantikmu juga bodoh!
Bagaimana bisa ia menolak cintaku.
Tapi lebih lucu lagi kau mau mengenalkan adikmu hanya karena benda ini?
Apa kau banci hah!" bentak temannya itu.

Temannya itu memegang sebuah patung malaikat porcelain kecil yang diambil dari kantung jaketnya.

"Makan ini malaikat!" bentak temannya itu sambil membanting patung itu hingga hancur lebur di hadapan Michael.

"Brengsek kau!" ucap Michael sambil meronta dan berhasil melepaskan diri lalu menghampiri temannya itu dan kembali memberikannya pukulan keras di wajahnya.

Temannya itu merasa sangat emosi hingga akhirnya ia mengambil pemukul dari besi dan memukul keras kepala Michael.
Kepala Michael mengucurkan darah segar dan ia langsung terbujur lemah di tanah.

"Bodoh! Ia bisa mati.
Ayo kita pergi saja." ucap temannya yang lain sambil meninggalkan Michael yang terbujur lemah bersimbah darah.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang