Sang Peramal (3)

465 40 0
                                    

Tak lama setelah Mark dan kawan-kawannya pergi dari tempat itu, datanglah dua buah mobil hitam ke pondok itu dan berhenti tepat di depannya.
Seseorang turun dari mobil diikuti dengan para pria jangkung lainnya.
Itu adalah Jackob dan para anak buah Evil yang lain.

Aura dingin mengelilingi mereka.
Kegelapan seakan menjadi sahabat di mata mereka.
Mereka berjalan bersama menuju ke dalam pondok.
Jackob membuka pintu masuk itu dengan kasar.

"Jadi di sini rupanya kau berdiam." ujar Jackob dingin.

"Jadi kau sudah datang rupanya.
Aku rasa inilah saatnya bagiku." ujar Dellion dengan tenang.

"Apakah ia sudah kemari?" tanya Jackob.

Dellion hanya menggeleng pelan.

"Menurutmu aku percaya padamu saat kau menggelengkan kepalamu! Sekarang katakan padaku apakah ia sudah kemari dan apa saja yang sudah kau katakan kepadanya!" bentak Jackob geram.

"Sampai saatku tiba.
Aku tak akan mengatakan apapun padamu." jawab Dellion tenang.

"Hahaha...jadi kau sudah tahu kalau malam ini memang adalah saatnya bagimu." ujar Jackob sambil tersenyum sinis.

"Yach begitulah." ujar Dellion sambil menghembuskan nafas panjang dan tersenyum tenang.

Jackob menundukkan kepala sambil tertawa kecil, lalu ia menggelengkan kepala sesaat dan berbalik tubuh.
Ia melangkah pelan menuju pintu masuk.
Ia menghadap para anak buah Evil lainnya.

"Habisi dia."

Malam itu di dalam pondok terdengar suara begitu ricuh.
Dan sesaat kemudian terdengar erangan rasa sakit yang begitu dalam.

Dellion sudah tergeletak di lantai kayu dingin itu dengan bersimbah darah.
Tak ada lagi tanda-tanda kehidupan darinya.
Genangan darah pekat mengelilingi tubuh tua renta itu.
Ia tahu bahwa malam ini adalah malam terakhir ia bertugas di dunia.

Salah satu anak buah Evil mengambil sebuah lampu api kecil yang berisi penuh dengan minyak tanah lalu melemparkannya ke lantai dekat mayat Dellion.

"Selamat tidur malaikat tua!" ujarnya sambil tersenyum sinis.

Mereka berjalan meninggalkan pondok itu dan menaiki mobil lalu melaju kencang menjauhinya.

Tubuh Dellion pun bersinar.
Sangat terang.
Sesaat lalu melebur menjadi serpihan udara mengelilingi seluruh isi pondok kecil itu.

Semakin lama kobaran api semakin membesar dan melahap habis pondok kecil itu beserta isinya.
Malam itu di ujung hutan Theros yang gelap, kini menjadi sangat terang akan kobaran api yang merah menyala dan mengepulkan asap hitam hingga menyentuh langit.

Jackob mengambil handphone dari sakunya dan mulai melakukan sebuah panggilan.

"Tampaknya mereka sudah sampai ke peramal itu sebelum kami tuan."

Tiba-tiba panggilan pun tertutup.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang