Selamat tinggal

432 26 1
                                    

"Aku pulang." ujar Mark sesampainya di rumah.

Mr.Robert yang semula berada di dapur pun langsung datang menghampirinya.

"Tuan Mark? Bagaimana keadaan tuan Michael dan nona Chiellyn?" tanya Mr.Robert cemas.

"Chiellyn sudah berhasil melewati masa kritisnya dan akan berangsur pulih." ujar Mark sambil mendesah sedih.

"Lalu tuan Michael?" tanya Mr.Robert.

"Mungkin kau dan aku akan mulai merindukan kekonyolannya." ujar Mark dengan kedua mata sembab.

Ia langsung melangkah menaiki anakan tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
Mr.Robert seakan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mark.
Ia pun mencoba melangkah berjalan menghampiri kamar Mark dan mencoba untuk menghiburnya.
Saat ia sampai di depan kamar Mark, Mr.Robert mendengar jelas erangan tangis Mark yang begitu kehilangan kawannya itu.
Meskipun Mark mencoba menahannya namun rasa sakit dan perih di dadanya itu mengundang air mata yang mengalir deras tanpa henti.

Ia pun meremas erat bajunya sambil menekan dadanya.
Ia pun melampiaskan rasa sakitnya itu dengan luapan kesedihan dan tangis yang mengharu biru.
Terkadang pun raungannya terdengar begitu menyakitkan.

Mr.Robert menghela nafas panjang dan tak lagi berniat mengetuk pintu kamar Mark.
Ia pun berbalik melangkah turun menuju ke ruangannya.

...

Beberapa hari kemudian aku pun tersadar.
Meski rasa sakit pada perutku masih benar-benar terasa tapi kali ini aku mampu membuka kedua mataku dan menggerakkan seluruh tubuhku.

Keadaanku pun semakin berangsur membaik meskipun aku masih belum boleh pulang dari rumah sakit ini.
Mark setiap hari selalu mengawasi keadaanku.
Saat ia mendengar aku tersadar ia pun memberanikan diri menghampiriku.

Aku masih sadar dengan tubuh yang masih terbaring lemah di ranjang putih ini.
Aku mendengar seseorang masuk ke dalam kamarku.
Aku melihat kak Mark masuk dan menghampiriku sambil tersenyum.

"Hai Chiellyn, bagaimana keadaanmu saat ini?" tanya Mark cemas sambil duduk di samping ranjangku.

"Yach...jauh lebih baik.
Oh ya kak Mark, bagaimana keadaan kak Michael?
Apakah ia baik-baik saja?" tanyaku khawatir.

Mark menghela nafas panjang.
Ia pun memberanikan diri untuk mengatakan sebenarnya padaku.

"Ia minta maaf tak sempat mengucapkan perpisahan padamu.
Ia pun mengatakan bahwa ia sangat menyayangimu.
Juga ia mengatakan bahwa ia sangat mencintaimu." ujar Mark sedih.

Aku tertegun sesaat mendengar kata-kata yang terucap dari mulut kak Mark.
Wajahku mulai memerah dan menghangat.
Kedua mataku langsung penuh dengan genangan air mata.
Aku mencoba memahaminya
Aku langsung menatap ke arah langit-langit untuk menahan aliran air mataku ini.

"Begitu ya." ujarku lirih.

Kedua mataku sudah tak sanggup lagi membendungnya.
Air mata mengalir deras di kedua sisi wajahku.

"Dia datang tiba-tiba dan juga pergi secara tiba-tiba.
Dia malaikat apa jailangkung sih?" ucapku sambil tertawa renyah meskipun masih beruraian air mata.

"Cih...dasar kau ini." ujar Mark yang ikut tersenyum renyah.

"Jadi dia kembali ke Surga ya." ujarku.

"Iya.
Dia kan seorang pemimpin di sana.
Pasti masih banyak tugas yang menunggunya." ujar Mark.

"Wahhh...ternyata kakakku itu seorang pemimpin ya? Hebat." ujarku sambil tersenyum bangga.

"Tenang, aku yang akan menggantikan Michael menjagamu.
Tak akan ku biarkan kau terluka lagi, Chiellyn." ujar Mark sambil mengusap kepalaku lembut.

"Yach...terima kasih.
Setidaknya kau masih di sini kak.
Setidaknya aku tak akan bergumul dengan kesepian seperti saat sebelum aku bertemu kak Michael dulu." ujarku sambil mengusap air mataku.

"Ya kau tenang saja.
Aku pasti akan selalu di sisimu dan menjagamu." ujar Mark sambil tersenyum lembut.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang