Kekhawatiran

899 83 0
                                    

"Chel.
Tadi aku bertemu Chiellyn di rumah sakit." ujar Mark yang baru saja tiba memasuki rumah dan mendapati Michael sedang makan malam.

"Hah? Apa? Bagaimana dia ada di sana? Dia kenapa? Sakit apa? " tanya Michael panik.

Mark menatapnya heran sesaat lalu terlintas dalam pikirannya untuk menjahili temannya itu.

"Sakit parah! Cuma dia tak mau bilang padaku ia sakit apa.
Sebenarnya aku juga tak boleh memberitahumu bahwa ia ada di sana." ujar Mark sambil menahan tawa.

"Serius kau Mark!" kata Michael panik.

Michael langsung beranjak dari kursi makan dan langsung mengambil kunci mobil dekat televisi.
Tak lama kemudian Michael sudah mengendarai mobil meninggalkan rumah itu.
Mark hanya tertawa geli dan langsung merebahkan dirinya di sofa putih tanpa rasa bersalah sekalipun disertai senyum puas karena mengerjai kawannya itu.

Sebuah mobil putih berhenti tepat di depan rumahku.
Michael turun dari mobil dan berdiri di depan rumahku dengan gusar.
Ia segera mengambil handphone dan meneleponku.

Aku yang sedang asyik menonton tv di ruang keluarga dibuat terkejut dengan bunyi nyaring hpku.
Aku langsung mengangkat telepon itu.

"Lyn kamu di mana sekarang? " tanya Michael panik.

"Di rumah kak? Kenapa?" tanyaku.

"Aku di depan rumahmu sekarang! Cepatlah kemari ada hal penting yang mau aku bicarakan." ujar Michael dengan nada serius.

"Oke oke, aku datang." ujarku sambil menutup telepon.

"Kenapa sih kok mendadak banget?" pikirku sambil beranjak dari sofa.

Aku langsung menemui Michael yang sudah tampak gusar di depan pagar.
Aku segera membuka pagar hitam itu dan menghampirinya.

"Kak, kau kenapa?" tanyaku bingung.

Michael segera menghampiriku lalu tiba-tiba merengkuhku.
Itu membuatku terkejut dan tertegun sesaat.
Entah mengapa wajahku langsung menghangat dan jantungku mulai berdegup kencang tanpa bisa aku kendalikan.
Ia melepaskan pelukannya dan beralih mendekap kedua bahuku erat.

"Kau gak papa? Kenapa kau tak bilang apa-apa padaku?
Apa yang terjadi padamu?
Apa yang kamu lakukan di rumah sakit? Kau pikir aku tidak tahu hah?" tanya Michael panik sambil terus memandang mataku lekat.

"Ehmmm...tadi aku ke rumah sakit nganterin nenekku check up.
Kalo aku sendiri baik-baik saja kok." ujarku mencoba menjelaskan.

Michael mengeratkan genggamannya di kedua sisi bahuku.
Ia memejamkan kedua matanya sejenak sambil nyengir kuda.

"Awas kau Mark! Jadi kau mengerjaiku.
Lihat saja nanti kalau aku bertemu denganmu." pekik Michael dalam hati.

Ia segera melepaskan kedua bahuku dan mengusap-usap tengkuknya.

"Kau mengkhawatirkanku ya?" tanyaku narsis dengan sedikit senyuman senang.

"Si...siapa yang mengkhawatirkanmu? Aku hanya ingin bertemu denganmu.
Ha...hanya itu saja." kata Michael gugup.

"Mau apa bertemu denganku malam-malam begini?" tanyaku penasaran.

"Aku hanya mau bilang.
Tidurlah yang nyenyak malam ini dan juga jangan benci untuk bangun lagi.
Selain itu..." ujar Michael bingung.

"Yach...pastilah aku akan tidur nyenyak malam ini dan juga terima kasih telah khawatir padaku." ujarku.

"Ka..kalau gitu aku balik dulu.
Selamat malam." kata Michael sedikit terbata karena gugup dan langsung masuk ke mobilnya.

"Selamat malam." balasku sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Mobil itu pun segera melesat menjauh.

Sesampainya di rumah.
Sebuah suara teriakan nyaring menggema sampai sudut-sudut rumah besar yang tenang malam itu.

"MAAARRKKK!!!" 

Di ruang tamu yang sedikit remang.
Mark yang sedang makan pop corn dan mendengar suara itu pun berhenti seketika.

"OOw..." pekik Mark.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang