Bab Bonus (2)

600 29 0
                                    

Seorang gadis menatap lesu pemandangan di hadapannya saat ini.
Ia sedang berdiri di sebuah halte bis dekat rumahnya.
Hujan deras membuatnya terjebak di halte itu.
Ia menatap langit sambil terus bertanya-tanya dalam hati.

"Kapan redanya coba? Aku kan lapar." ujar gadis berambut cokelat pekat itu sambil menyentuh perutnya.

Sedikit lama menunggu pun tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

"Apa aku nekat aja ya?" pikirnya dalam hati.

Setelah ia memantabkan niatnya karena dirundung rasa lapar, ia pun memutuskan melangkah hendak menembus derasnya hujan sore itu.
Saat ia hendak melangkah, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangannya cepat.

Gadis itu sontak kaget dan langsung menoleh ke arah seseorang yang menarik tangannya itu.

"Apa kau mau nekat di bawah hujan?" tanya pemuda yang menarik tangannya dari belakang.

"Akh...iya." ujar gadis itu polos.

"Cih...dasar.
Kamu memangnya mau kemana?" tanya pemuda berpostur tubuh tinggi itu.

"Rumahku tak jauh dari sini." ujar gadis itu sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang tak terlalu jauh dari sana.

"Tapi jika langsung kena hujan kau bisa sakit.
Aku akan mengantarmu." ujar pemuda berkulit putih itu.

"Memangnya kamu bawa payung?" tanya gadis itu.

"Tidak.
Tapi setidaknya dengan ini kau tak akan langsung kena curahan air hujan kan." ujar pemuda berambut cokelat lurus itu sambil membuka jaketnya.

Ia pun membuat jaketnya sebagai peneduh di atas kepalanya dan kepala gadis itu.

"Ayo." ajaknya sambil tersenyum lembut.

Gadis itu membalas senyumannya dan mengangguk pelan.
Mereka pun berlari di bawah derasnya hujan kala itu.
Sambil tertawa dimana saat mereka tak sengaja menginjak genangan air dan mengenai satu sama lain.

Sesaat kemudian sampailah mereka di depan rumah gadis itu.
Pemuda itu melipat jaketnya yang jadi basah kuyub.

"Terima kasih." ujar gadis itu sambil tersenyum malu.

"Iya sama-sama.
Oh ya, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya pemuda itu.

"Entahlah, memangnya kenapa?" tanya gadis itu.

"Oh tidak.
Hanya sepertinya aku pernah merasa dekat denganmu." ujar pemuda itu sedikit malu.

"Begitu ya." ujar gadis itu sambil tersenyum lembut.

"Kalo boleh tahu, namamu siapa?" tanya pemuda itu.

"Namaku Ciella. Kalo kakak sendiri?" tanya gadis itu.

"Aku Michael." jawabnya sambil tertawa kecil.

"Masuklah dulu, hujan masih deras setidaknya keringkan badanmu." ujar Ciella.

"Apa boleh aku masuk?" tanya Michael tak yakin.

"Tenang saja.
Ada orang tuaku juga.
Mereka pasti senang aku mendapat teman baru." ujar Ciella.

"Hmmm...baiklah." ujar Michael.

...

Ya itulah aku di kehidupan selanjutnya.
Dimana bahkan setelah bereinkarnasi pun entah bagaimana kami tetap bertemu.

Seperti yang sudah dikatakannya padaku, dimanapun ia berada dan kapanpun itu, ia pasti akan menemukanku dan menjagaku.

Entah di kehidupan ini, kehidupan selanjutnya dan selanjutnya lagi, aku berharap bisa bertemu lagi dengannya, menjalani hidup bersamanya.

Entah itu sebagai seorang saudara, kawan ataupun kekasih.
Karena bagiku ia adalah kebahagiaan dan juga keajaiban bagiku.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang