Drama

1.5K 121 1
                                    

Michael berjalan pelan menuju ruang keluarga yang bernuansa putih.
Ia melihat Mark yang duduk manis di sofa putih sambil serius melihat serial drama yang ia sukai.

Sesekali ia mengambil tisu yang terletak di meja yang berada di depannya dan mengusap kedua matanya yang berair.
Michael mendekatinya dari belakang dan langsung membungkuk dan menoleh ke wajah Mark dengan jarak yang sangat teramat dekat mencoba mengejutkannya.

"Woiiii.. lagi ngapain?" tanya Michael dengan suara lantang.

Mark terkejut dan seketika ia melompat terduduk jauh dari posisi Michael saat ini dan menatapnya nanar.

"Gila kau Chel.
Ngagetin aku aja.
Gak tau orang lagi asyik nonton drama apa," ujar Mark kesal.

"Cih.. nonton drama aja segitunya sampai nangis segala.
Udah kayak kaum perempuan aja kamu," ujar Michael mengejek sambil duduk di samping Mark.

"Ngapain sih kau di sini? Enggak pergi kemana gitu?" tanya Mark.

"Ngusir?" tanya Michael balik.

"Hahaha.. dikit," ujar Mark sambil tersenyun kecut.

"Jadi gimana Chrieristmu?" tanya Mark.

"Gimana apanya?" tanya Michael.

"Aku penasaran aja kenapa dia bisa jadi sang Chrierist sampai-sampai kamu sendiri yang turun tangan ke dunia ini?" tanya Mark penasaran.

Kedua mata Michael memerah, kemudian berkaca-kaca.
Dari ujung kelopak matanya mengalir setetes air mata hangat yang berkilau.

"Chel? Cerita hidupnya sebegitu menyedihkannya ya?" tanya Mark menatap Michael penuh tanya.

Michael mengambil tisu di hadapannya dan mengusap air mata yang mengalir di salah satu sisi pipi licinnya.

"Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Michael tanpa menoleh sekalipun pada Mark.

"Apanya yang bagaimana?" tanya Mark bingung dan sedikit sedih dengan ekspressi Michael.

"Bagaimana bisa sang ibu nya meninggal?" tanya Michael sambil menunjuk televisi yang ada di depannya.

Mark menoleh ke televisi sesaat lalu menatap Michael kesal.

"Aisshh.. dasar kau ini! Aku pikir kau sedih karena kisah hidup Chrieristmu!
Ternyata malah nonton drama," ujar Mark sambil melempar sebuah bantal kecil ke arah Michael dengan kesal.

"Hei.. aku saja baru bertemu dengannya satu kali, ya mana aku tahu," ujar Michael polos.

"Huh.. kau bilang aku menangis seperti kaum perempuan? Kamu sendiri apa?" tanya Mark kesal sambil melanjutkan menonton drama favoritnya.

Michael kembali terisak lalu merengkuh bahu Mark dengan salah satu tangannya.
Mark juga ikut terisak dan mengambil tisu lalu mengusap pipi Michael yang basah karena air mata.
Michael melakukan hal yang sama, ia mengambil tisu dan mengusap ujung mata Mark yang sembap.

Mereka pun melihat drama tv itu bersama dan menangis histeris bersamaan.

"Oh ya Mark.
Ngomong-ngomong benda yang selalu kau pegang itu namanya apa?" tanya Michael sambil sedikit terisak dan menunjuk ke arah benda di atas meja.

"Oh itu.
Itu namanya Handphone.
Benda untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya," jawab Mark sambil mengusap pelan air mata yang terurai jatuh di pipi halusnya.

"Chiellyn juga punya benda semacam itu.
Apa kalau aku punya benda itu aku bisa berkomunikasi dengan Chrieristku?" tanya Michael.

"Ya iyalah.
Jaman gini gitu loh," ujar Mark sambil menoleh ke arah Michael.

Michael menatap Mark tajam sambil tersenyum lebar dengan aura penuh kekuasaan juga keinginan yang menggebu-gebu.

Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh kawannya itu, Mark menghembuskan nafas berat.

"Hhhh.. baiklah," ujar Mark pasrah.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang