Sang Peramal (2)

482 39 1
                                    

"Dellion, sudah lama sejak terakhir kita bertemu." sapa Mark.

"Ya.
Lama sekali.
Aku tahu kau pasti ingin aku memberitahumu apa yang direncanakan Evil kali ini bukan?" ujar Dellion.

"Iya, aku harap kau paham.
Aku tak ingin melihat hubungan manusia dengan Tuhan semakin hancur lagi karena Iblis dan para anak buahnya." jawab Mark tegas.

"Hmmm...baiklah.
Bagaimanapun juga aku harus memberitahumu karena hanya kau yang mampu meminimalisir masalah yang akan disebabkan oleh rencana Evil tersebut." ujar Dellion.

"Jadi apa rencananya?" tanya Mark dengan mimik muka serius.

"Dari dulu aku sudah tahu bahwa Evil hendak melakukan rencana penghancuran umat manusia demi memperebutkan tahta Iblis di kerajaan Neraka.
Namun kali ini ia bersungguh-sungguh akan rencananya itu.
Ia akan menyebarkan sesuatu kepada umat manusia dalam waktu dekat ini.
Sesuatu itulah yang bisa membuat manusia lupa akan siapa Tuhan dan sesama.
Perang dunia akan meledak di seluruh negara.
Kehancuran perlahan akan menyerang para umat manusia." ujar Dellion.

"Apa aku bisa menghentikannya?" tanya Mark ragu.

"Ya tentu saja Mark.
Hanya kau dan Michael yang bisa menghentikan penyebaran itu.
Namun Mark untuk menghentikan rencana Evil akan dibutuhkan pengorbanan yang sangat besar.
Apakah kau yakin?" tanya Dellion serius.

"Yach..tentu saja aku sangat yakin.
Bahkan jika aku mati sebagai manusia pun akan kuhentikan dia." ujar Mark dingin.

"Aku pernah mendapatkan penglihatan seseorang bisa membunuh Evil kelak." ujar Dellion.

"Benarkah?" tanya Mark.

"Iya.
Namun penglihatanku masih samar-samar siapa gerangan dia." jawab Dellion.

"Apakah antara aku dan Michael?" tanya Mark.

"Entahlah.
Mungkin saja, aku tak bisa memastikannya.
Evil hanya bisa mati jika jantung manusianya yang telah dilindungi oleh berbagai mantra jahat itu ditusuk oleh belati Heavier." ujar Dellion.

"Heavier? Aku pikir belati itu hanya sebuah legenda belaka.
Tapi dimana aku bisa menemukan belati itu?" tanya Mark.

"Tak perlu kau mencarinya.
Heavier akan menampakkan dirinya sendiri padamu." ujar Dellion.

"Aku bahkan belum pernah melihatnya sekalipun.
Bagaimana aku tahu bahwa itu Heavier saat itu muncul di hadapanku?" tanya Mark.

"Heavier terbuat dari cahaya bintang-bintang terpilih.
Begitu kau melihatnya kau pasti akan tahu bahwa itu adalah Heavier." ujar Dellion.

"Ehm...maaf ganggu apa bisa dipercepat pembicaraannya? Sepertinya aku merasakan ada yang akan datang." ujar Kenzi.

"Jadi Dellion, dimana asal penyebaran itu?" tanya Mark cepat.

"Di sebuah kota kecil bernama Santura." jawab Dellion.

"Baiklah sekarang kita pergi." ujar Mark.

"Tunggu!" cegah Michael.

"Kau pasti ingin tahu hubungan masa lalumu dengan Chrieristmu bukan?" tanya Dellion.

"Ceritakan padaku semuanya." ujar Michael serius.

"Kau akan tahu.
Tapi tidak dari mulutku." ujar Dellion.

"Apa maksudmu?" tanya Michael sinis.

"Sudah!
Ayo kita harus pergi!" ajak Kenzi sambil menarik tangan Michael.

Saat mereka berjalan mendekati pintu masuk tiba-tiba Dellion memanggil Mark.

"Bertahanlah Mark.
Tugasmu masih banyak di dunia." ujar Dellion.

Mark menatap Dellion dengan tatapan heran.
Namun ia segera ditarik juga oleh Kenzi.
Mereka bertiga pun berjalan cepat menjauhi pondok menuju mobil.

"Tunggu." tahan Michael.

"Apa lagi? Kau mau pamitan lagi?" tanya Mark.

"Bukan itu." jawab Michael sambil mencebik sinis.

Ia mengarahkan tangannya ke arah pondok dan serbuk cahaya yang tadi bersinar kemudian meredup dan menghilang.

"Kita tak boleh meninggalkan jejak." ujar Michael.

"Tumben pintar kamu Chel." ujar Mark bangga dengan kawannya itu.

"Emangnya selama ini aku tak pintar?" tanya Michael tak percaya.

"Hahaha...menurutmu?" tanya Mark sambil tergelak.

"Hei Mark! Tunggu! Apa maksudmu?" tanya Michael sambil mengikuti Mark dan Kenzi masuk ke dalam mobil.

Mereka pun melaju menjauh dari tempat itu.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang