Malam ini begitu mencekam.
Berbeda dengan malam-malam yang lalu.
Awan tebal menutupi seluruh permukaan langit.
Suara gemuruh saling bersahut-sahutan tanpa henti.Terkadang petir pun tak mau berdiam diri dan ikut ambil andil.
Suaranya lebih memekakkan telinga saat ia berhasil menepuk tanah.
Gerimis-gerimis kecil yang menetes pun beralih menjadi guyuran hujan deras yang jatuh bergantian memporak porandakan seluruh isi bumi.Malam itu,
Beberapa bayangan manusia sedang merayap diam-diam mengelilingi sebuah bangunan yang dihiasi dengan cahaya lampu yang sedikit meremang.
Tanpa basa basi Mark dan Michael pun melangkah tegas ke arah pintu masuk pabrik itu lalu membukanya dan melangkah masuk.Mereka dikejutkan oleh keadaan di dalam bangunan besar itu.
Suara berisik mesin-mesin pabrik yang masih beroperasi.
Benar adanya bahwa semua obat-obat beracun itu datangnya dari tempat ini.
Namun hal aneh yang terjadi adalah tak ada seorang pun yang mereka jumpai di sana."Kemana mereka semua?" tanya Jack yang berjalan menyusul mereka dari belakang.
"Mereka masih di sini." ucap Michael dingin sambil menatap tajam ke arah depan tepat di balik sebuah pintu yang terbuka lebar yang letaknya sedikit jauh dari mereka.
Di balik pintu itu tak terlihat apapun selain kegelapan.
Tak ada cahaya sama sekali yang menyorotinya.Tiba-tiba terdengar suara hentakan berat langkah seseorang.
Setiap langkahnya menggemakan suara keras dan tajam.
Seketika itu juga terselubung rasa ketakutan yang begitu dingin menyentuh tengkuk.Ia berjalan perlahan ke bawah bayangan cahaya lampu lalu ia berdiri diam sambil menatap dingin Michael juga Mark yang berdiri jauh di hadapannya.
Aura kegelapan yang begitu kuat mengelilinginya bagai kabut hitam.
Di pundaknya pun bertengger seekor elang hitam yang kedua matanya berwarna merah menyala dan ekornya menjadi satu dengan kabut hitam yang melayang-layang.Tatapan mata itu begitu dingin dan menyebarkan aura kebencian yang amat teramat dalam.
"Sudah sangat lama kawanku." ujarnya dengan suara berat.
Michael dan Mark menatap dingin orang itu yang tak lain adalah Evil.
Jack dan anak buahnya yang lain pun melangkah ke arah Mark dan berkumpul di belakang mereka.Tiba-tiba suara dentungan logam satu per satu terdengar menjadi semakin banyak dan riuh.
Para anak buah Evil berjalan pelan sambil membawa pemukul yang terbuat dari besi.
Mereka berjalan sambil memukulkan itu pelan ke seluruh dinding pabrik dan mereka berkumpul di belakang Evil.
Jackob pun melangkah perlahan dan berdiri tak jauh dari Evil."Sambutan yang meriah Evil." ujar Mark.
Evil hanya menampakkan senyum sinisnya dari guratan wajah angkuhnya.
Ia menoleh ke arah pil-pil bening yang tercecer di atas meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Ia hanya mengarahkan tangannya ke arah meja dan pil-pil itu kemudian melayang mendekatinya."Rencana yang sempurna kan?" ujar Evil sambil memperhatikan pil-pil yang melayang di dekatnya lalu kembali menatap Michael dan Mark.
"Jadi ini rencanamu yang sebenarnya?" ujar Michael dingin.
"Benda kecil yang mampu mengubah logika manusia dan mampu memperbudaknya untuk melakukan hal-hal yang kami inginkan.
Hanya cukup sedikit campuran serum kebencian, ketamakan dan nafsu untuk saling melukai yang kucuri dari simpanan kerajaan Neraka, aku bisa membuat manusia saling menghancurkan dengan sendirinya.
Begitu mudah kan?" ujar Evil dingin sambil menyeringai lebar."Tak semudah yang kau rencanakan.
Akan kupastikan kali ini aku akan menghancurkan semua rencana busukmu ini.
Dan juga menghancurkanmu." ucap Michael tajam.Seketika pil-pil itu berjatuhan ke tanah.
Evil menatap Michael sambil terus menyeringai sinis.
Saat itu juga sebuah petir menyambar dan suaranya memenuhi bangunan besar itu.
Sangat memekakkan telinga, namun mereka seakan tak mempedulikannya dan saling menatap penuh kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Michael (The End)
FantasíaMichael adalah sesosok pemimpin malaikat yang diutus ke dunia untuk menjaga seorang manusia. Manusia seperti apakah yang membuat pemimpin malaikat sampai turun tangan sendiri ke dunia? Simak kisah persahabatan manusia dan malaikat penjaganya. Dimana...