Barbeque

370 28 0
                                    

Saat langit mulai menghitam dan para bintang sudah berkumpul di dekat bulan, kami memutuskan menikmati sajian barbeque di taman.
Ada seorang koki yang sudah menyiapkan semuanya untuk kami, jadi kami hanya tinggal menikmatinya saja.
Kami makan sangat banyak malam itu, dengan berbagai macam ikan yang matang renyah di atas grill panggangan juga daging-daging segar yang terpanggang sempurna dengan bumbu premium yang begitu merasuk hingga sangat menggugah selera.

Aku makan begitu lahap saking enaknya makanan yang tersaji di hadapanku saat ini.
Michael mengamatiku sambil tersenyum renyah.
Tiba-tiba ia memegang tangan kiriku dan melepaskan sebuah ikat rambut hitam dari pergelangan tanganku.
Aku memang suka memakai ikat rambutku sebagai gelang agar aku tak mudah kehilangannya.

Michael membalikkan badanku membelakanginya, lalu perlahan ia mulai menyisir rambutku dengan jemari tangannya.
Memang sih sedari tadi helaian rambutku agak menggangguku makan, namun karena saking nikmatnya makanan yang kulahap aku jadi tak mempedulikannya.
Iya mengumpulkan helaian-helaian rambutku menjadi satu lalu menguncirnya dengan ikat rambut hitam itu.
Setelah itu, ia membenarkan posisiku lagi menghadap ke meja makan.

"Begini kan lebih baik.
Kamu jadi makan lebih leluasa." ujarnya sambil tersenyum.

"Terima kasih." ujarku sambil membalas senyumnya.

Entah mengapa pipiku mulai sedikit menghangat.
Perlakuannya padaku tadi membuatku sedikit tersipu.

Setelah acara makan selesai aku putuskan jalan-jalan di atas geladak kapal sambil melihat bintang-bintang yang nampak terang di hamparan langit malam ini.
Aku duduk-duduk di bangku kayu dekat taman.
Tiba-tiba seseorang muncul lalu memakaikanku sebuah mantel hitam tebal dari belakang.
Aku langsung menoleh dan kulihat Michael sedang tersenyum padaku.
Ia pun memutuskan duduk di sampingku.

"Kamu lagi lihat apa?" tanya Michael.

"Bintang kak.
Dari sini bagus deh.
Kelihatan berkilauan banget.
Apa karena di sini minim cahaya ya?" tanyaku sambil memandang langit.

"Ya sepertinya begitu.
Sama seperti manusia-manusia di dunia ini.
Mereka yang hidup dengan cahaya kebaikan di antara ribuan manusia yang hidup dengan kegelapan, mereka tampak indah dan berkilauan layaknya bintang." ujar Michael sambil terus menatapku.

"Oh ya?" tanyaku.

"Iya.
Begitu indah ... sepertimu." ujar Michael sambil tersenyum manis.

Aku langsung menoleh ke arahnya dengan wajah yang mungkin sudah bersemu merah.
Michael pun melihat ke arah langit, namun aku terus menatapnya.
Seakan masih seperti mimpi aku mempunyai malaikat sepertinya.
Jikalau memang ini hanya mimpi, aku harap jangan pernah ada yang membangunkan aku.
Kali ini saja, hanya seperti ini di saat aku memiliki seseorang yang melindungiku seperti kini.

"Ngapain ngeliatin aku? Aku ganteng ya." ujar Michael sambil terkekeh.

"Cih...dasar.
Mulai deh kepedean." ujarku sambil mencebik sinis dan kembali melihat bintang.

Aku sedikit terkejut saat salah satu tangan Michael melingkar dan bertengger di pundakku.
Aku hanya bisa melirik tangan itu sambil menahan nafasku.
Entah mengapa dadaku ini terasa begitu penuh sesak dan jantungku berdetak cepat tanpa alur tetap.

"Kau kenapa?" tanya Michael.

"A...a...aku tak apa." ujarku malu-malu.

"Tapi mukamu memerah." ujar Michael sambil tertawa jahil.

"Be..benarkah?" tanyaku panik sambil mendekap kedua pipiku.

"Hahaha...tidak.
Aku hanya menggodamu." ujar Michael sambil terkekeh geli.

"Hufffthhh...dasar kak Michael.
Awas kau ya." ujarku kesal sambil mencubiti perutnya.

Ia mencoba menghindar terus dari kekesalanku.
Ia malah menertawakanku habis-habisan.
Kami pun saling berkejar-kejaran dan tertawa.
Seaaat kemudian Michael tiba-tiba menarikku dan mendekapku begitu erat.

"Tetaplah seperti ini Lyn.
Tertawa dan tersenyum seperti ini.
Aku ingin kau selalu bahagia seperti saat ini." ujar Michael sambil mengusap lembut kepalaku.

Aku semakin dimakan perasaan yang bercampur aduk.
Aku pun mengangguk mengiyakan.
Malam ini aku begitu bahagia hingga tak ada kata-kata yang bisa kuucapkan lagi.

"Terima kasih Tuhan."

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang