Pertempuran (1)

461 29 0
                                    

Sebuah jet pribadi memasuki jalur landasan lalu menukik pelan ke bawah.
Perlahan pesawat itu mendarat mengikuti jalur landasan lurus dihadapannya hingga kecepatannya semakin menurun dan kemudian berhenti diam.

Pintu pesawat terbuka turun dan membentuk anakan tangga sampai ujungnya menyentuh jalur landasan.
Sesaat kemudian beberapa orang berbaju hitam menuruni anak tangga dan berkumpul di bawah.

Tak lama kemudian menyusul orang terakhir yang menuruni anak tangga itu dengan suara hentakan sepatu yang tajam.

Seseorang mengenakan tuxedo hitam mengkilap.
Rambut hitam legamnya yang lurus pendek tampak sedikit berkilau tertempa cahaya matahari siang itu.
Tatapan matanya yang tajam dan dingin.
Bibir tipisnya yang memerah dan sedikit membiru namun tetap terlihat begitu menawan.
Kulit putihnya yang pucat nampak sedikit bersinar.
Meskipun ketampanannya tak jemu dipandang mata namun melihatnya begitu lama seakan ada rasa takut dan perih yang menjalar pada seluruh urat nadi.
Berjalan angkuh menuruni anak tangga disambut dengan beberapa bawahan yang sudah menantinya sedari tadi.

"Selamat datang tuan Evil."

...

Sedari pagi tadi Mark, Michael, Jack serta seluruh anak buahnya telah mempersiapkan persenjataan lengkap untuk bertempur.

Senjata, amunisi, perisai, transportasi juga peledak berdaya hancur tinggi telah siap untuk dikerahkan.
Jack dan para anak buahnya memutuskan untuk berangkat lebih awal sore itu, sedangkan Michael dan Mark menyusul di belakang mereka.

Michael mengenakan kemeja putih lengan panjang berbahan sutra begitu ringan dan nyaman untuk dipakai.
Ia bisa leluasa bergerak namun tetap terlihat begitu tampan dan memukau.
Ia lipat lengan kemejanya sampai atas siku.
Mark mengenakan kemeja berbahan sama, hanya saja ia memilih memakai warna biru langit.

"Ayo kita berangkat." ajak Michael.

Mark mengangguk tegas lalu mereka berdua berjalan cepat menuju sebuah mobil yang telah disiapkan khusus untuk mereka.
Mereka pun dengan cepat menyusul Jack dan para anak buahnya.

"Menurutku ini tak akan berjalan mudah." ujar Mark.

"Aku harap tidak seperti itu.
Aku percaya Allah membantu kita." ujar Michael.

"Aku harap Ia memberikan kemudahan bagi kita untuk menghancurkannya kali ini." ujar Mark.

"Tentu saja." ucap Michael sambil tersenyum dingin.
...

Aku sedang berkunjung ke rumah Boy.
Kami bermain bersama siang itu.

Entah mengapa tiba-tiba rasa sakitku muncul.
Dadaku terasa sesak dan begitu sakit seakan benar-benar sulit bagiku untuk bernafas.

"Kak Chiellyn? Kau tak apa?" tanya Boy panik saat melihatku mencoba menahan rasa sakit dengan sedikit mengerang.

"Ya.
Aku tak apa." ujarku meyakinkannya.

Sesaat kemudian rasa sakit itu mereda dan berangsur menghilang.
Ada perasaan dimana aku begitu takut dengan sebuah kehilangan.
Entah kehilangan apa itu aku pun tak mengerti.

"Tuhan, aku mohon jaga kak Michael juga kak Mark.
Semoga apa yang akan mereka lakukan Kau permudahkan dan Engkau capaikan apa yang menjadi tujuan mereka.
Amin."

Tak lama kemudian handphoneku berbunyi nyaring.
Aku mengambil handphone dari tasku dan mengangkat panggilan itu.

"Halo Bella."

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang