Santapan

352 27 0
                                    

Tok..Tok..Tok..

"Lyn! Udah pagi nih.
Katanya bisa bangun pagi?
Entar keburu sarapannya dihabisin Mark lho." ujar Michael sambil mengetuk pelan pintu kamarku.

Ia tak mendengar ada sahutan jawaban apapun dari dalam.
Ia pun kembali mengetuk dan memanggilku sekali lagi sambil mendekatkan telinganya ke daun pintu.
Tetap tak ada jawaban.
Michael pun mengetuk sedikit keras dan terus berusaha memanggilku.

"Lyn? Kamu sudah bangun belum? Chiellyn!" panggil Michael masih tanpa menaruh curiga sekalipun.

"Apa jangan-jangan dia udah bangun terus lihat matahari terbit lagi ya?" bisiknya dalam hati.

Michael pun mencari Chiellyn di seluruh resort, dari ujung hingga ke ujung.
Saat sampai dekat resto ia pun bertemu dengan Mark.

"Mark! Kau lihat Chiellyn gak?" tanya Michael khawatir.

"Enggak tuh.
Dari tadi pagi aku sudah bangun dan jalan-jalan di dekat resort tapi aku tak bertemu dengan Chiellyn.
Memangnya dia tidak ada di kamarnya?" tanya Mark.

"Tak ada jawaban.
Berapa kalipun aku ketuk pintunya dia tetap tak menjawab." ujar Michael khawatir.

"Coba kita bangunkan lagi.
Siapa tahu dia tadi malam benar-benar lelah dan tidur terlalu pulas." ujar Mark.

"Kau belum menghabiskan sarapan kami kan?" tanya Michael mencurigai Mark.

"Apa-apaan sih? Makanan melulu yang kamu pikirin." desis Mark kesal sambil berjalan ke arah kamarku.

TOK...TOK...TOK...

"Chiellyn?" panggil Mark.

Tetap tak ada jawaban.

"Lyn bangun.
Udah pagi menjelang siang nih." ujar Michael dengan nada mengeras.

Tetap tak ada jawaban sama sekali.
Mark pun berbisik kepada salah satu pelayan di resort itu.
Kemudian pelayan itu mengangguk memahami dan melangkah pergi ke arah receptionist.
Sesaat kemudian ia kembali dengan kartu kamar cadangan.
Mark pun menempelkan kartu itu dan langsung membuka pintu kamarku.

Mereka tak menemukanku di manapun itu.
Di ranjang, kamar mandi, kolam renang bahkan ruang spa pun tak menemukan bayanganku sama sekali.

"Apa sebelumnya ada yang melihat Chiellyn keluar kamar pagi ini?" tanya Mark kepada pelayan-pelayan di sana.

"Kami tak melihat siapapun pagi ini selain tuan Mark dan tuan Michael." ujar salah satu pelayan itu.

Michael melangkah mendekati pintu kaca yang terbuka lebar.
Dia merasakan suatu kejanggalan di situ.
Tak mungkin diriku tidur dengan pintu kaca terbuka seperti ini apalagi udara tadi malam sangat dingin.

"Tak ada yang melihat Chiellyn.
Apa lebih baik kau menghubungi handphone nya saja." saran Mark.

"Tak bisa." ujar Michael sambil menunjuk ke sebuah meja di dekat ranjang.

Handphone ku masih tergeletak rapi di meja itu.

"Aku merasakan ada yang aneh Mark." ujar Michael.

"Tenang Chel.
Aku akan kerahkan seluruh orangku untuk mencarinya di dekat resort kalau perlu di seluruh pulau Mallow ini.
Dia pasti kita temukan." ujar Mark mencoba menghibur Michael.

"Aku tak akan bisa memaafkan diriku jika terjadi apa-apa padanya.
Bahkan sudah menjadi seorang malaikat pun aku tetap bisa kehilangan jejaknya.
Aku khawatir ia berada dalam situasi yang sulit baginya." ujar Michael sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Tenang Chel.
Sekarang daripada kita membuang waktu, lebih baik kita mencarinya bersama." ujar Mark sambil menepuk pundak Michael mencoba menenangkannya.

Michael mengangguk cepat dan langsung bergabung dengan tim pencari yang telah di utus oleh Mark.

Tak jauh dari situ ada seekor burung gagak yang hinggap diam mencoba mengamati dari sebuah ranting pohon yang sedikit tinggi.
Matanya yang merah nampak memfokuskan pada bayangan Mark dan Michael.

Di tempat lain seorang pria dengan kedua irish matanya yang berwarna merah pekat sedang tersenyum dingin.
Ia bisa melihat Mark dan Michael yang sedang kebingungan mencariku melalui mata gagak tadi.

"Ini baru permulaan.
Akan kubuat kalian membayar semua tindakan lancang kalian karena telah mengusik rencanaku di dunia ini.
Tunggu saja dan aku akan membuat kalian bertekuk lutut padaku.
Setelah itu akan kuhancurkan kalian sebagai pemuas amarahku." ujar Evil dingin sambil menghampiriku yang masih tak sadarkan diri di dekatnya.

Aku diletakkan di sebuah sofa beralaskan kain katun hitam.
Ia mengamatiku dari dekat sambil membelai lembut sisi wajah dan helaian rambutku.
Setelah itu ia beranjak dari situ dan memperingatkan seseorang yang sedari tadi berdiri mengawalinya.

"Awasi dia.
Setelah urusanku dan para malaikat itu selesai, dia akan kujadikan santap malamku yang berharga.
Sudah lama sekali aku tak lagi mencicipi daging Chrierist yang begitu nikmat.
Apalagi dia adalah seorang Chrierist dari malaikat yang paling aku benci.
Pasti ia akan menjadi santapan malam yang paling lezat." ujar Evil sambil terkekeh.

"Baik tuanku." ujar seorang wanita berambut merah itu.

Evil pun menghilang dalam kegelapan sedangkan wanita itu menatapku sambil menyeringai dan sesekali menjilati bibirnya.
Seorang wanita yang tak lain adalah Bella.

"Haha...akhirnya aku pun bisa menyantap lezat daging seorang Chrierist."

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang