Bom

454 38 0
                                    

Mark merasakan ada sesuatu yang janggal di dekatnya.
Meskipun kedua matanya tertutup rapat kala itu, namun kepekaannya tetap tangguh menyadari keadaan di sekitarnya.

Ia pun mengerjapkan matanya dan membuka mata perlahan.
Instingnya benar! Ia dikagetkan dengan wajah seseorang yang berjarak sangat dekat dengannya.
Begitu dekat hingga hidung mereka seakan hampir bersentuhan.
Ia langsung melompat duduk sambil menyibakkan selimut tebalnya.

"Huwaaa...a...a..apa yang kamu lakuin di sini?" ujar Mark terbata sambil terengah.

"Aku sudah mengetuk pintumu berkali-kali.
Juga memanggil namamu berkali-kali, namun kamu tak sadar-sadar juga.
Jadi aku pastikan bahwa kamu memang masih bernafas." ujar Michael santai.

"Tak bisakah kamu membangunkan aku dengan cara yang normal dan tak mencurigaiku yang tidak-tidak hah!" celoteh Mark kesal.

"Suara nafasmu berat juga keras.
Jadi selama ini kamu mendengkur selama tidur ya." ujar Michael sambil terkekeh.

"Diam kau! Sebenarnya ada urusan apa kau membangunkanku pagi-pagi begini sih?" ujar Mark sambil melempar sebuah bantal dan mendarat tepat di wajah Michael.

"Aduh! Jangan marah-marah dong.
Aku kan cuma mau bilang kalau aku mau nganterin Chiellyn dulu ke gereja.
Setelah itu baru kita berangkat bersama." ujar Michael sambil merengkuh bantal yang dilempar Mark tadi ke arahnya.

"Hhh...baiklah.
Terserah kamu saja, namun kamu harus segera kembali secepat mungkin." ujar Mark sambil kembali berbaring dan menarik selimut tebalnya.

"Oke.
Sampai nanti Mark." ujar Michael sambil tersenyum jahil dan melemparkan bantal yang ada di tangannya ke wajah Mark.

Mark kembali terduduk dan menoleh ke arah Michael yang sudah berlari cepat meninggalkan kamarnya itu.

"Aissshhhh...." desis Mark kesal lalu ia kembali berbaring dan terlelap.

...

"Hooaammm...aku kok ngantuk banget sih hari ini kak.
Seperti malas rasanya aku untuk bangun hari ini." ujarku sambil menguap dan meregangkan tubuhku.

"Tumben.
Biasanya kamu paling semangat kalau aku mengantarkanmu ke gereja." ujar Michael sambil fokus pada kemudi mobilnya.

"Semangat kalo kamu bawa sepeda motor bukannya mobil ini." ujarku.

"Hehehe...aku sudah lama tak mengendarainya.
Aku jadi merindukannya.
Entah mengapa hari ini aku ingin mengendarainya lagi." ujar Michael sambil tertawa kecil.

"Hmmm...terserahlah." ujarku acuh.

Sesampainya kami di gereja kami pun menjalankan ibadah seperti biasa dan berjalan dengan lancar hingga kami dikejutkan oleh sebuah pengumuman penting hari itu.
Pengumuman yang seketika membuat bulu kudukku berdiri tegap dan membelalakkan mata tak percaya.
Pengumuman yang membuat Michael mengepalkan kedua tangannya penuh dengan emosi yang berkecamuk dalam dirinya.

"Pengumuman penting.
Pagi ini sepuluh gereja kita yang lain di kota ini telah diluluh lantakkan oleh bom yang meledak secara bergantian.
Korban jiwa masih belum diketahui jumlahnya.
Mari kita berdoa agar Tuhan selalu memberkati mereka dalam keselamatan dan ketabahan. Amin"

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang