Mahir

533 45 0
                                    

Michael yang sudah bisa mengendarai sepeda motor merasa sangat senang.
Ia bisa merasakan sesuatu yang ringan di hatinya juga angin segar yang membasuh tubuhnya.

Ia tersenyum hangat saat cahaya sang fajar tersirat di wajahnya.
Menarik nafas panjang hingga memenuhi paru-parunya dan menghembuskannya secara perlahan.

Tanpa ia sadari sepasang mata lain memandangnya juga penuh kekaguman dan kebahagiaan dan sepasang mata lain lagi memandangnya dengan tatapan sebal.

"Woii Chel! Mau sampai kapan kamu menaiki itu? Aku juga mau belajar kali Chel!" teriak Mark dingin saat Michael berkendara melintasinya perlahan.

Sesungguhnya Michael mendengar apa yang dikatakan Mark namun tetap saja ia meluncur lancar tanpa menggubrisnya.
Saat Michael hanya diam dan terus melaju, keheningan yang tak kasat mata membelenggu semuanya.
Sontak Mark pun langsung buka suara.

"Woii Captain! Jangan pura-pura gak denger! Sini cepet gantian!"

Mark yang berteriak dingin juga berlari cepat mengejar Michael.
Aku tergelak melihat tingkah mereka berdua yang konyol.

Menyadari Mark mengejarnya, Michael malah semakin mengerjainya.

"Hahaha...ayo kejar aku kalo bisa."

Mark terus berlari kencang hingga saat berada pada tikungan yang memaksa Michael melonggarkan kecepatan sepedanya, saat itu juga Mark dapat meraih baju Michael.

Michael dengan cekatan langsung menarik tuas rem dan berhenti seketika.

"Apaan sih?" gerutu Michael kesal.

"Gantian geblek." ujar Mark kesal sambil merebut sepeda dari Michael.

"Apaan tuh geblek? Namaku kan Michael." tanya Michael polos.

"Tanya aja sama Chiellyn."

Mark pun langsung menarik gas dan melaju pelan menjauhi Michael.
Michael pun berjalan santai menghampiriku.

"Lyn!" panggilnya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Geblek itu apa?" tanya Michael.

"Mark yang bilang begitu padamu?" tanyaku terkekeh.

"Iya." jawabnya singkat.

"Hahahaha...udah deh jangan terlalu dipedulikan omongannya kak Mark." ujarku sambil tergelak.

Om Eros tiba-tiba menyela kami.

"Ayo pulang, sudah siang.
Lagian kalian juga sudah pada mahir kelihatannya." ujar om Eros.

"Iya om.
Oh iya om sebelumnya kita makan siang dulu di rumahku ya om?" tanya Michael.

"Okay aku setuju.
Aku laper banget kak." ujarku memelas.

"Hhh...ya sudah kalau begitu.
Aku terserah." kata om Eros.

Michael langsung berteriak pada Mark yang kebetulan hendak melintas mendekati mereka.

"Ayo pulang, geblek!" teriak Michael pada Mark.

Mark langsung menghentikan sepeda dan menatap Michael dengan tatapan tajam yang begitu menikam.
Ia pun mencibir sinis.

Michael mengendarai mobil bersamaku dan om Eros, sedangkan Mark mengendarai sepeda menuju rumah mereka.

Sesaat kemudian kami sampai di rumah Mark.
Om Eros yang turun dari mobil menatap takjub rumah mewah mereka yang begitu besar.

"Aku tahu kalo temen kamu itu kelihatan kaya.
Tapi aku gak nyangka ternyata mereka tinggal di rumah sebesar ini?" bisik om Eros dekat telingaku.

"Mereka juga tinggal bertiga aja lho om." ujarku.

"Bertiga?"

"Kak Michael, kak Mark dan Mr.Robert." jawabku.

"Siapa Mr.Robert?" tanya om Eros.

Tiba-tiba datanglah seorang lelaki berumur yang masih mempunyai badan tegap dan sehat.
Ia melangkah pelan menghampiri kami.

"Selamat siang pamannya nona Chiellyn dan nona Chiellyn." sapa Mr.Robert.

"Siang." jawab om Eros.

"Siang Mr.Robert." jawabku.

Michael melangkah perlahan menghampiri Mr.Robert.

"Makan siang sudah siap?" tanya Michael.

"Sudah siap tuan Michael." ujar Mr.Robert.

"Ayo om, Lyn mari kita makan siang dulu." ajak Michael.

"Ayo." jawabku sambil mengikuti Michael ke meja makan.

Om Eros hanya mengangguk pelan dan berjalan mengikuti kami.
Tiba-tiba Mark berlari kecil menghampiri kami.

"Tunggu aku dong."

Kami berempat pun berjalan menghampiri meja makan.
Mr.Robert melangkah menghampiri Mark dan berbisik pelan.

"Saya sudah mendapatkan beberapa informasi mengenai keberadaan Dellion tuan." ujarnya pelan namun tegas.

Mark nampak terkejut dan menatap Mr.Robert tajam.
Ia kemudian menghampiri kami.

"Kalian makan duluan aja.
Aku ada urusan yang harus aku urus sekarang juga." ujar Mark pada kami.

"Baiklah." jawab Michael.

Aku dan om Eros hanya mengangguk memahami.

Kami pun melanjutkan makan siang tanpa Mark.

"Wuihhh...makanannya enak." ujar om Eros.

"Habisin om gak papa." ujar Michael sambil tertawa kecil.

"Oke aku akan habiskan." ujarku menyela.

"Aku kan bilangnya sama om Eros.
Bukan kamu." jawab Michael.

"Ihhh...jadi aku gak boleh makan banyak nih?" ujarku sedikit kesal.

"Hahaha...gitu aja cemberut sih. Boleh kok." jawab Michael tergelak.

"Kalo kamu tuh gak mahir sepedaan tapi mahirnya makan banyak.
Hahaha..." jawab Om Eros sambil terbahak.

Aku dan Michael pun ikut tertawa.
Kami pun tertawa bersama.
Mark melirik kami sambil tersenyum kemudian ia berjalan didampingi oleh Mr.Robert ke ruang kerja pribadinya.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang