Lucu

469 21 0
                                    

Sudah beberapa hari sejak aku diperbolehkan keluar dari rumah sakit.
Aku melangkah pelan di padang rumput luas dimana aku pernah piknik bersama kak Mark, kak Michael, Boy dan juga Leo.

Aku duduk santai di bawah pohon pinus yang mencoba meneduhkanku dari paparan sinar matahari pagi itu.
Aku menatap langit sambil menghirup nafas panjang memenuhi paru-paruku lalu kuhembuskan perlahan.
Kutekuk kedua lututku dan kudekap begitu erat.

Kurasakan semilir angin melaju lembut membelai seluruh tubuhku.
Bermain-main dengan helaian rambutku.
Aku pun mulai tersenyum.
Langit yang sangat cerah dimana hanya sedikit awan putih yang berarak di sekitarnya.
Aku masih ingat bagaimana keajaiban dalam hidupku kala itu mulai terjadi.
Meski tak kupungkiri ternyata itu adalah takdir hidupku dari kehidupan masa lalu.

Michael, seorang pemuda tampan menawan yang tiba-tiba mendatangiku lalu mengaku sebagai malaikat penjagaku.
Sejak itu setiap hariku selalu ada keberadaannya.
Senyumnya, kekonyolannya, juga tawanya.
Entah bagaimana setiap harinya ia selalu ada di sisiku.
Keajaiban indah yang tak kuduga adalah dirinya.
Kebahagiaanku yang kutemukan juga kudapatkan darinya.

Setiap langkah yang kupijak juga bersamanya.
Ia mengajarkan aku tentang berbagai makna kehidupan.
Kemunculannya di hadapanku masih menjadi hal ajaib yang menakjubkan bagiku.
Hingga kuketahui bahwa di masa lalu pun aku juga pernah hidup bersamanya sebagai kakak dan adik.

Ia selalu hidup untuk menjagaku.
Ia selalu ada untuk mengukir senyum dan tawaku.
Kini, aku benar-benar sangat merindukannya.
Sangat merindukannya.

Tanpa kusadari air mata sudah meleleh pelan di salah satu sisi wajahku.
Menyadari bahwa saat ini aku tak lagi bisa melihat senyum bahkan tawanya.
Aku bahkan belum ucapkan terima kasih dan selamat tinggal.
Perpisahan yang tak pernah bisa ku mengerti.
Mengapa begitu sulit bagiku untuk tak bersedih saat menyadari ketiadaannya di sisiku.

Aku seakan terlalu bergantung padanya.
Tidak! aku mungkin seakan bersikap egois berharap ia selalu hidup di sisiku.
Aku pun mencoba memahami arti perpisahan ini.
Aku berharap di kehidupan yang akan datang aku bertemu dengannya lagi.
Saat itu aku tak akan pernah melepaskan genggaman tangannya.
Tak akan.

"Aku merindukanmu kak.
Aku sangat menyayangimu." ujarku lirih kepada langit.

Tiba-tiba Mark datang dan langsung duduk di sampingku.

"Hai, kau duduk di sini rupanya.
Aku mencarimu kemana-mana tadi." ujar Mark sambil menatapku lembut.

"Akh...maaf kak.
Aku tadi hanya jalan-jalan sebentar." ujarku sambil mengusap pipiku yang basah karena air mata.

"Kau merindukannya ya?" tanya Mark.

"Ya begitulah.
Rasanya aneh tak ada dia bersamaku." ujarku sedih.

"Iya sih.
Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu.
Tapi percayalah, suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dengannya." ujar Mark sambil menatap langit cerah di hadapannya.

"Aku harap begitu." ujarku yang juga kembali menatap langit biru.

"Oh ya, aku ada sesuatu untukmu.
Aku mencari saran kemana-mana supaya kau tak sedih lagi." ujar Mark sambil mengambil sesuatu di belakang punggungnya.

"Oh ya? Apa?" tanyaku penasaran.

"TAADAAAA...!" ujar Mark sambil menyodorkan seekor anak anjing yang masih lumayan kecil.

"Uwaaaaa...!! Lucunya!!" ujarku senang sambil mengambil anjing kecil berbulu putih itu dari tangan kak Mark.

"Aku tahu kau pasti senang.
Ia bisa menghilangkan kesepianmu bukan? Ia juga sudah kuberi nama kok." ujar Mark yang juga ikut tersenyum senang melihatku.

"Oh ya? Siapa namanya?" tanyaku sambil terus membelai lembut bulu halus anjing kecil bermata cokelat itu.

"Michael." ujar Mark lantang.

Aku tertegun mendengarnya.
Seketika tawa ku pecah dan Mark juga ikut tertawa mendengarnya.

"Bwahahahaha...dia pasti marah kalau tahu." ujarku sambil terus terpingkal.

"Hahaha...biarin aja.
Toh mirip sama dia juga kan.
Udah putih matanya cokelat.
Malah lucuan ini.
Hahaha..." ujar Mark sambil terus tergelak.

Aku dan Mark tak sanggup berhenti tertawa.
Aku pun mencoba menarik nafas panjang dan menyudahi acara tawa ini.

"Makasih kak Mark.
Kau masih di sini bersamaku." ujarku sambil tersenyum lembut menatapnya.

"Tentu saja.
Aku akan selalu ada untuk menjagamu." ujar Mark sambil membelai lembut kepalaku.

"Apa kau tahu kak Mark?" tanyaku.

"Soal apa?" tanya Mark penasaran.

"Kau mengelus rambutku seperti anjing kecil ini saja." ujarku sambil mencebik manja.

"Bwahaahaha...maaf maaf.
Habisnya kamu juga lucu sih." ujar Mark yang langsung tergelak mendengarku.

Aku juga ikut tertawa melihatnya.
Anjing kecil ini juga seakan merasakan hal yang sama.
Ia pun menggonggong seakan ingin ikut dalam keramaian yang kami ciptakan.
Ternyata cerita di duniaku masih belum berakhir.
Mungkin?

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang