Home

2.7K 224 5
                                    

Pagi ini terasa panjang.
Tak sadar aku tidur terlalu lama.
Baru ku ingat hari ini aku libur dengan pekerjaanku yang lelah dan membosankan.

Muak sebenarnya aku bekerja di tempat dimana aku bekerja saat ini.
Tak hanya menguras tenaga tetapi juga menguras otak.

Pikiranku tak pernah tenang, emosiku juga tak sanggup lagi aku kendalikan.

Ingin rasanya aku bebas menjadi diriku sendiri dan melakukan apapun yang aku mau.
Tetapi, keadaanku dan keluargakulah yang tak memungkinkanku hidup sebebas itu.

Egois?

Bukan.
Memang itulah kenyataannya.

Keegoisanku sudah perlahan tenggelam dalam berbagai macam kekecewaan.

Membuat semua harapan harapan manis memudar dan menghitam.
Hingga akhirnya inilah aku sang kelabu yang bersahabat dengan sendu.

Pagi yang tak terlalu pagi ini, aku bangun dan kurapikan tempat tidurku.
Ku buka pintu kamar dan berjalan gontai setengah sadar menuju kamar mandi.

Aku mencuci mukaku dan menggosok gigiku.
Mandi?

Bukan.
Terlalu dini untuk mandi.
Aku pun kembali menuju kamarku.

Setelah itu kuusap wajahku yang basah dengan handuk putih halus di kamarku.
Setelah itu kutarik nafas panjang dan kuhembuskan malas sambil menatapi cermin yang sedari tadi membeku balas menatapku.

Ku langkahkan kakiku menuju dapur dan mulai kumasak seteko air.
Kuracik dua cangkir kopi dan dua cangkir teh untuk menghangatkan pagi ini.
Untukku semua?
Tentu saja tidak.
Aku tak tinggal seorang diri.

Aku tinggal bersama nenek dan kedua pamanku.
Kedua pamanku sudah paruh baya namun belum menikah juga.
Mengingat mereka lebih asyik sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing yang menurut mereka mengasyikkan.

Pamanku yang pertama bernama Edo.
Ia tinggi dengan badan besar berselimutkan beberapa lemak jenuh yang menempel asyik pada tubuhnya.
Kulitnya coklat pekat dan rambutnya agak keriting.
Orangnya tegas dan suka berkata tajam.
Namun sesungguhnya ia sangat baik.

Ia suka memelihara reptil juga barang-barang antik.
Tak elak seperti cincin, batu unik, keris bahkan uang antik.

Pamanku kedua bernama Eros.
Ia pamanku yang paling sabar.
Ia suka dengan seni seperti melukis atau memahat.

Paman Eros ini juga mempunyai postur tubuh tinggi dan berkulit coklat pekat.
Rambutnya panjang hampir punggung dan keriting.
Ia biarkan wajahnya dihiasi dengan kumis dan janggut tebal.
Penampilannya garang namun sungguh sikapnya jauh berbeda dengan Paman Edo.

Paman Eros setiap hari memasak dan mencari-cari inspirasi untuk kegiatan seninya.
Itulah yang dilakukannya setiap hari.

Tinggal nenekku.
Nenekku satu ini sudah tua renta.
Ia mengalami penyakit tua seperti diabetes dan kolestrol.
Jalannya tak lagi lincah.
Kedua matanya pun tak lagi bisa melihat dengan sempurna.
Pamanku Eros lah yang sangat terlampau sabar menjaganya.
Waktu makan dan minum obatnya.
Waktu tidur dan segala halnya.

Itulah kehidupan sehari-hariku di rumah bersama kedua pamanku yang berperawakan garang namun baik hati dan nenekku yang bisa dibilang suka mengumbar kata-kata yang menyiksa hati.

Di rumah itulah aku tinggal.
Di rumah ini.

Jadi, mengapa aku merasa tersiksa dengan sepi?
Karena aku merindukan sosok seorang ibu dan seorang adik cantik yang dulu selalu bersamaku.

Mereka tinggal di luar kota berbeda dengan rumahku saat ini.
Ada berbagai alasan mengapa kita terpisah.
Dan alasan itu terlalu "banyak" .

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang