Tugas

345 24 0
                                    

Markhiel pun langsung menyelidiki kebenaran kabar itu.
Ia pun bertemu dengan malaikat bernama Jielo yang sebelumnya pernah bertemu Ekhziel.
Dari mulut Jielo, Markhiel tahu dimana rumah Chrierist Ekhziel.
Ia pun segera mendatangi kawasan itu.

Saat ia telah sampai di tempat itu, ia begitu terkejut dengan apa yang ada di hadapannya saat itu.
Rumah kayu itu telah musnah menjadi abu.
Markhiel pun mencoba mengamati reruntuhan rumah yang sudah menjadi arang itu.
Ia menemukan sesosok mayat yang sudah menjadi tulang karena daging dan darahnya telah habis oleh jilatan api.

"Astaga!
Ini pasti Chrierist-nya Ekhziel.
Namun ada yang aneh? Aku tak melihat tulang tangan kanannya?" ujar Markhiel bingung.

Setelah itu Markhiel pun memutuskan mengubur tulang-tulang itu dengan selayaknya.

"Apa yang tercipta dari tanah akan kembali ke asalnya yaitu tanah.
Kini kukembalikan kau sang Chrierist untuk beristirahat ke asalmu yaitu di dalam tanah." ujar Markhiel memberkati sebuah makam yang ia buat tak jauh dari situ.

Setelah memakamkan mayat Chrierist tersebut, ia pun beranjak dari tempat itu mencari Dellion.
Malaikat pengintai yang mengetahui segala halnya.

"Dellion! Benarkah tentang apa yang kusaksikan hari ini?
Chrierist Ekhziel telah mati dalam kebakaran yang melahap habis rumahnya.
Menurutmu apa benar ini perbuatannya?" tanya Markhiel.

Dellion hanya mengangguk.

"Kini ia menjadi malaikat pemberontak.
Mengikuti iblis dan sudah menjadi salah satu anggota kerajaan Neraka lalu mencoba menguasai dunia ini." ujar Dellion.

"Tak mungkin Ekhziel melakukan hal itu? Apakah hanya karena keegoisannya untuk bermimpi menjadi seorang pemimpin?" tanya Markhiel geram.

"Tak ada yang tahu bagaimana hati makhluk ciptaan-Nya.
Terkadang perubahan jiwa bisa terjadi karena bagaimanapun kita ini makhluk ciptaannya yang jauh dari sempurna, terlebih lagi manusia." ujar Dellion.

"Lalu bagaimana menghentikannya?" tanya Markhiel.

"Akan ada seorang pemimpin malaikat yang diutus ke dunia untuk menjaga seorang Chrierist karena sebuah urusan masa lalu yang harus diselesaikan.
Saat pemimpin itu datang maka kehancuran Evil akan nampak di depan mata." ujar Dellion.

"Jadi maksudmu aku sendiri saja tak bisa menghentikannya?" tanya Markhiel.

"Tidak.
Tak tahukah engkau seberapa kuat Ekhziel yang kini mereka sebut Evil sekarang? Kekuatan yang ia miliki adalah kekuatan langsung yang ia dapatkan dari pangeran Neraka ke dua.
Yang artinya sangat kuat bahkan untuk kamu sekalipun apalagi kau sudah berubah wujud menjadi manusia." ujar Dellion.

"Sial!
Lalu siapa pemimpin yang kau maksud? Apa jangan-jangan itu adalah Michael?" tanya Markhiel.

"Aku tak bisa memastikannya.
Aku hanya bisa mendapat penglihatan yang tak pasti soal itu." ujar Dellion.

"Baiklah kalau begitu.
Sekarang aku akan mencari dimana ia berada.
Akan kupastikan kebenaran kabar ini dengan mata kepalaku sendiri.
Kau tak usah mengikutiku.
Aku baik-baik saja meskipun sendiri." ujar Markhiel sambil beranjak dari sofa cokelat berbahan kulit premium itu.

"Apa maksudmu?
Aku memang sama sekali tak berniat mengikutimu.
Ada urusan lain yang harus aku kerjakan." ujar Dellion terkekeh sambil melangkah pergi meninggalkan Markhiel.

"Cih." desis Markhiel kesal.

...

Di Surga,
Michael baru keluar dari ruangan pemimpin Surga sambil menggenggam sebuah gulungan kertas.
Ia melangkah di sepanjang selasar dan berhenti sejenak sambil memandangi taman bunga yang terletak di samping selasar panjang itu.
Ia pun menghela nafas panjang dan kemudian membuka gulungan kertas itu yang berisi sebuah tugas.

Tugas dimana ia harus ke dunia untuk mencabut aureole seorang malaikat yang tengah memberontak.
Aureole adalah sebuah lingkaran cahaya malaikat yang terletak di atas kepala yang menunjukkan kedudukannya sebagai malaikat dan hubungannya dengan Surga.

"Sudah lama kejadian ini tak terjadi.
Malaikat mana sampai memberontak dan memutuskan hubungan dengan Surga? Dasar malaikat bodoh!" ujar Michael sambil kembali melanjutkan langkahnya.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang