Pagi

1.1K 103 1
                                    

"Tuan Mark, semua persiapannya sudah siap." ujar seorang lelaki tua yang berdiri di belakang Mark.

Lelaki itu adalah kepala pelayan di rumah yang ditinggali oleh Mark dan Michael.

Namanya Robert Allycius.
Mark biasanya memanggilnya dengan sebutan Mr. Robert.
Meskipun sudah berumur kepala 6 , Mr.Robert masih berbadan tegap dan kuat.
Janggut putih dan keriput-keriputnya saja yang memperlihatkan kisaran umurnya.
Sudah bertahun-tahun ia mengabdi kepada para malaikat yang sedang bertugas di dunia dan Mark adalah malaikat kedua yang ia layani dalam hidupnya.

Malaikat sebelumnya telah kembali ke Surga bersama Chrieristnya.
Saat sang Chrierist menutup umurnya di dunia ini, maka sang malaikat pun telah dibebas tugaskan dari dunia dan kembali ke Surga bersama Chrieristnya.

"Mr. Robert aku tak melihat Michael sejak pagi, kemana dia sebenarnya?" tanya Mark.

"Akh...itu, mungkin dia bertemu Chrieristnya tuan Mark." ujar Mr.Robert.

"Hhh...Dasar." Pikir Mark.

...

Suatu pagi yang sangat indah dan terlampau indah untukku terbangun, ku putuskan tetap tenggelam dalam mimpi indahku sambil merengkuh guling empukku.
Menyandarkan kepala di bantal empukku dan membalut tubuhku dengan selimut hangatku.

Tiba-tiba terdengar sebuah lantunan keras lagu dari hpku.
Aku meraba-raba sekelilingku dan mendapatkan hpku.
Dengan mata setengah rabun aku melihat layar hpku dan kuusap layar itu.

Aku kira itu suara alarm dan ternyata itu adalah sebuah telepon.

"Halo? Halo?" suara keras meraung dari hpku.

"Ehmmmm...Ngapain sih pagi-pagi telpon juga?" kataku malas.

"Cepat bangun! Menurutmu sudah jam berapa ini?" tanya orang itu yang tak lain adalah Michael.

Aku melihat jam di layar hpku.

"Baru juga jam enam.
Satu jam lagi lah ya..." ujarku lemas.

"Aku sudah di depan rumahmu sekarang! Apa kau tak mau membukakan pintu untukku?" tanya Michael.

Kukerjapkan mataku cepat dan mencoba fokus dengan apa yang aku dengar.

"Hah! Ngapain kamu kesini pagi-pagi?" tanyaku panik.

"Sudahlah! Pokoknya cepat bangun dan kemarilah!" ujar Michael tegas sambil menutup telpon.

"Aissshhh...ini orang maunya apa sih? Gangguin mimpi indahku aja!" gerutuku kesal.

Aku segera beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke kamar mandi.
Aku mencuci muka dan menyikat gigi.
Setelah itu kukeringkan wajahku dengan handuk putih kecil yang tergantung di dekat pintu kamar mandi.

Aku langsung membuka pintu depan dan berjalan menuju pagar.
Aku membuka pagar hitam rumahku dan melihat seorang pemuda yang mengenakan kaos putih dan celana jeans hitam sedang duduk santai di depan kap mobil putihnya.

Rambut cokelatnya tampak berkilau saat berpapasan dengan sinar fajar pagi itu.
Ia tersenyum ramah padaku dengan bibir tipisnya yang bersemu merah.
Entah mengapa wajah tampannya tampak begitu menawan pagi itu ditambah dengan senyumannya yang membuatku tertegun untuk sesaat lamanya.

"Auwww...silau banget sih nih orang.
Sadar Lyn sadar!" ujarku yang mencoba menyadarkan diriku yang sempat terdiam oleh pancaran sinar ketampanan dari pemuda yang berdiri di hadapanku saat itu.

"Kenapa pagi-pagi sudah kesini? Kangen?" tanyaku jahil.

"Apa kau sudah mandi?" tanya Michael.

"Ehmm...belum? Kenapa?" tanyaku.

"Cepatlah mandi dan ganti baju.
Hari ini aku ingin mengenalkanmu dengan seseorang." ujar Michael.

"Siapa?" tanyaku dingin.

"Jangan banyak tanya.
Sekarang cepatlah mandi." kata Michael sambil membalikkan tubuhku dan mendorongku masuk ke dalam rumah.

"Aku hanya bertanya satu kali kok, gak banyak." kataku membela diri.

Aku pun menuruti perkataannya.
Michael sudah dua kali ini datang ke rumahku.
Pertama saat ia mengantarku pulang waktu itu dan ini adalah kedua kalinya.

Ia juga sempat akrab dengan om Erros juga nenekku.
Jadi tak masalah baginya jika ia ke rumahku kapan saja ia mau.

Setelah aku selesai mempersiapkan diri, aku dan Michael melangkah menuju mobil Porsche putih yang terparkir diam di depan rumah.

"Kita berangkat." ujar Michael sambil memulai mengemudikan mobil itu.

"Emangnya kemana sih?" tanyaku.

"Kepo." jawab Michael singkat meledekku.

"Aissshhh...!" desisku kesal.

"Awas aja sampai di bawa ke tempat aneh-aneh." pikirku.

Mobil itu pun melaju pelan menjauhi rumahku dan menyusuri jalanan kota pagi itu.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang