Letnan

466 35 0
                                    

Michael berjalan pelan keluar dari salah satu ruangan di rumah sakit.
Kepalanya terbalut perban putih.
Ia mendapatkan 11 jahitan di belakang kepalanya.
Aku menghampirinya dengan khawatir.

"Kamu tak apa kak?" tanyaku khawatir.

"Aku tak apa.
Kamu sendiri bagaimana? Apa ada yang terluka?" tanya Michael.

"Tidak.
Aku sendiri tak apa.
Maafkan aku gara-gara aku kamu jadi sakit begini." ujarku dengan menitikkan air mata.

"Hei dengarkan aku.
Aku akan lebih sakit jika kamu yang terluka dan akan lebih sakit lagi jika melihatmu menangis seperti ini." ujar Michael sambil tersenyum dan mengusap lembut aliran air mata di kedua pipiku.

Perasaanku tercampur aduk dalam satu waktu.
Aku masih sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Michael karena melindungiku.
Aku masih merasa sedih karena Michael harus terluka seperti ini.
Namun kata-kata yang ia lontarkan barusan, membuatku merasa begitu senang menjadi orang yang berharga baginya untuk ia lindungi.

...

"Eric, akhirnya aku bisa menghubungimu juga.
Jadi bagaimana situasi saat ini?" tanya Mark dalam perbincangannya di telepon.

"Hei Mark.
Aku rasa kau sudah tahu kan ulah siapa ini." ujar Eric.

"Iya Eric.
Aku tahu.
Siapa lagi kalo bukan si penghasut bernama Joseph.
Aku curiga ia bekerja sama dengan Evil dan kejadian ini hanya sekedar pengalihan belaka." ujar Mark dingin.

"Pengalihan?" tanya Eric.

"Iya.
Saat ini Evil mempunyai rencana besar untuk menghancurkan umat manusia dan menjebloskan mereka langsung ke neraka.
Hanya karena inginkan kedudukan yang lebih tinggi di kerajaan neraka." ujar Mark.

"Rencana apa itu Mark?" tanya Eric penasaran.

"Entahlah.
Tapi yang kutahu dari Dellion ia akan mengawalinya di Santura.
Apakah kau bisa membantuku Eric?" tanya Mark.

"Apa yang bisa kubantu Mark?" tanya Eric.

"Tolong tuntaskan si iblis Joseph itu supaya bisa mengakhiri ketakutan yang ia sebabkan karena teror bom ini.
Aku akan tetap pergi ke Santura untuk menyelidiki rencana Evil." ujar Mark.

"Baiklah.
Percayakan saja padaku masalah di kota ini.
Bagaimanapun juga kau harus bisa mencegah rencana si Evil agar tak terjadi kehancuran yang lebih besar lagi." ujar Eric.

"Aku mengandalkanmu Eric.
Sampai jumpa." ujar Mark sambil menutup teleponnya.

Mark membalikkan badan lalu ia melihatku dan Michael berjalan menghampirinya.

"Michael? Bagaimana keadaanmu?" tanya Mark cemas.

"Aku baik-baik saja.
Apakah kau sudah menghubungi seseorang untuk mengusut tuntas kasus kali ini?" tanya Michael.

"Sudah.
Aku sudah menghubungi Eric dan mempercayakan apa yang terjadi di kota ini kepadanya.
Jangan khawatir, dia adalah sang Letnan yang tangguh.
Ia pasti bisa menyelesaikan ini dengan mudah." ujar Mark.

"Jadi kapan kita berangkat ke Santura?" tanya Michael.

"Hari ini." ujar Mark tegas.

Michael (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang