Ungkapan (KookZy)

951 140 8
                                    


---------------SORRY FOR TYPO---------------

Happy reading...
*
*
Untuk terakhir kalinya ingin ku katakan kalo aku mencintainya, sejauh jarak mata memandang, sejauh jarak tubuh yang tak mungkin dapat ku peluk. Satu kalimat yang ingin ku pertahanakan, aku mencintainya.

Aku pikir, selamanya kita akan bersama. Nyatanya Tuhan selalu memiliki rencana lain, orang-orang mengatakan Tuhan selalu punya rencana yang jauh lebih indah, untuk sesuatu yang kita butuhkan bukan kita inginkan.

Cairan bening yang selalu keluar dari mataku, aku tahu ia takkan pernah kembali, aku tahu ini sia-sia, sungguh aku hanya ingin menangis saat ini, menangis tanpa suara didalam hatiku.

"Menangis lagi hmp?" Suara berat menggema ditelingaku, tangannya yang besar mengelus pipi bulatku, menghapus jejak cairan bening dari mataku, ku coba tersenyum.

"Apa cinta sungguh membuatmu akan gila? Dia bahagia bersama kekasihnya dan kau malah meratapi dirimu disini, menyedihkan," omelnya, aku tahu aku ini keras kepala, wajar jika aku menangis, dia meninggalkanku dan memilih wanita lain menjadi pendamping hidupnya, namun bukan itu yang menyebabkanku menangis lagi dan lagi.

"Jung~" bibirku kelu untuk sekedar memanggil namanya

"Apa!?" Ketusnya membuatku menggigit bibir bawahku agar mereda tangisku, aku berusaha tersenyum

"Sudahlah, aku mau beli tissue dua truk lagi untukmu. Gila sekalian kau disini buat lautan tissue, aku gakkan perduli, menyebalkan memiliki teman gadis cengeng sepertimu yang terobsesi dengan cinta. Sudah ku peringatkan jangan mendewakan cinta, dasar ngeyel! Inilah akibatnya kamu terlalu mengagung-agungkan cinta, sakut sedirikan? Aku harap kamu cepat sadar dan nerima ini semua, takdir itu kejam hanya ingin kamu bahagia dengan orang yang tepat. Dia itu cuma pria dari ribuan pria yang sedikitnya beruntung karna kamu cintai, susahlah kalo bicara sama orang buta cinta," gerutunya masih sama seperti dua hari yang lalu, iapun beranjak bangkit dari duduknya menuju pintu, aku terdia menatap punggung kokohnya, tanpa sadar aku juga ikut berdiri dibelakangnya, menarik ujung kemejanya hingga langkahnya terhenti.

"Yang membuatku menangis itu kamu. Kamu membuatku mengalami fase rasa bersalah yang luar biasa. Cinta apa yang kamu tanamkan hingga aku tak menyadarinya? Kasih sayang seperti apa yang kamu lukis hingga aku tak bisa melihatnya? Rasa suka seperti apa hingga aku tak mampu mencicipinya? Katakan padaku Jung! Sejak kapan aku mencintai orang lain dan kamu.... kamu terluka... sejak.. kapan.. hiks.. aku menjadi penjahat? Hiks... aku menangis bukan karna dia yang pergi, tapi aku merutuki kebodohanku. Dia juga meninggalkanku karna kebodohanku hiks.. hiks..." akhirnya kata-kata hatiku meluncur sempurna walau diiringi tangisan, aku baru menyadari rasa cintaku ketika mantan kekasihku mengatakan bahwa aku mencintai orang lain, dan kepadanya hanya memiliki rasamengagumi semata.

"Memangnya kebodohan apa yang membuatnta pergi darimu dan menikahi orang lain?!" Bentak Jungkook, aku tak tahu ia marah pada siapa.

"Men..cerita..kanmu," bibirku terbata-bata

"Apa?!" Ia memegang kedua bahuku, kurasakan matanya menatapku intens

"Tanpa aku sadari, aku yang memulainya. Kami sering berkencan dan aku selalu mengatakan ini- itu tentangmu, bahkan ku pikir aku sedang mempromosikanmu saat itu, hatiku menggebu-gebu bahagia, tapi aku tak menyadari jika ia terluka. Kamu sudah bagaikan air untukku Jung, aku butuh minum, butuh mandi dan hal lainnya. Kamu sudah seperti udara yang ingin selalu ku hirup. Dia mengatakan kalo sebenarnya.... kamu orang yang ku cintai," ucapku akhirnya dengan mendongakkan kepala, mata kami saling beradu pandang, menyelami setiap kebenaran yang ada, kejujuran yang mencuat.

"Dasar bodoh." Ejeknya

"Ya itu aku," sahutku pasrah

"Harusnya aku mengatakan itu?" Kekehnya membuat kerutan didahiku menumpuk

"Apa?"

"Hei Bae Suzy, maukah kau menikah denganku? Mengganti margamu menjadi Jeon Suzy? Membesarkan anak-anak kita, maukah?"  Tanyanya membuat mataku berkedip-kedip

"Kau melamarku? Setelah...."

"Suuuutttt.... bisakah kita lupakan masalalu dan mengukir masa depan? Kita, hanya kita. Bisakah?" Tanyanya dengan senyuman menawan yang entah sejak kapan aku menyadari itu membetikan kehangatan dihatiku.

"Aku mau Jung! Aku mau mengganti margaku, menjadi istrimu dan ibu dari anak-anak kita. Hanya kita." Ungkapku bahagia memeluk pinggangnya erat, terdengar kekehan, tanganya mengusap surai lembutku.

"Maafkan sudah membuatmu menjadi bodoh, ku pikir mencintaimu dalam diam akan membuatmu bahagia," bisiknya

"Terimakasih mantan, sudah menyadarkan cinta yang tulus ini,"

"Zy~ Saranghae," sungguh itu adalah kata yang paling ingin ku dengar, entah kenapa kata sederhana yang ia ucapkan itu membuatku merasakan detakan jantung yang lebih kuat

"A... aku juga.. mencintaimu," sahutku terbata-bata, ku rasakan ia mengecup kepalaku berkali-kali, aku bahagia, sangat bahagia.

"Kita menikah setelah aku resmi melamarmu,"

"Aku menantikannya,"

"Jaga kesehatan, jangan sampai malam pertama kita kau pingsan,"

"Mesum!!" Pekikku, dan dia tetaplah Jeon Jungkook, sahabat kecilku yang mesumnya melebihi Jimin ataupun Namjoon oppa.

"Zy, apa kita buat anak dulu baru nikah?"

"Yak! Berhenti bicara!"

"Zy, kok pipimu merah? Kamu benar-benar ingin kit... ampun zy! Ampun!" Teriaknya kita aku dengan sengaja mencabut bulu kakinya, agar ia berhenti bicara mesum. Dasar lelaki! Cebikku dalam hati.

"Ya Tuhan bulu indahku," lirihnya menatap 1 bulu kakinya,

"Jangan bicara mesum lagi," ucapku membuat ia mengangguk tersenyum, kembali memelukku erat.

"Mesumnya nanti pas malam.pertama aja."

"Jeon Jungkook!"

"Ups~sorry,"
*
*
*
*
FIN^^

LovEnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang