---------------SORRY FOR TYPO---------------Sejak kecil aku tak suka keramaian, aku tak suka suasana berisik, aku lebih sibuk sendiri dengan duniaku, dengan zona nyamanku. Yah~ dengan menjadi sebuah bayangan aku selalu yakin bahwa orang-orang takkan memperdulikanku, dengan kepribadian tertutup, dingin dan tak tersentuh aku yakin takkan ada yang mau mengusikku. Ini memang hanya keyakinanku.
Namun berubah 30% kehidupanku, saat memasuki SHS aku ingin hidup dengan tentram, tak ada yang mengusik ataupun menganggu. Tapi, muncul 2 sosok gadis seperti rumput liar yang berubah menjadi seorang teman, aku terbiasa sendiri artinya aku juga tak terbiasa dengan penolakan. Yah~ setidaknya ayah dan ibuku atau bahan kakak perempuan takkan mengejekku lagi karna aku memiliki dua teman yang..... cerewet. Kadang aku harus menutup telingaku ketika pendengar mereka bicara atau pergi ketika mereka sudah mulai berdebat, entahlah~ aku juga tidak tahu kenapa aku dikelilingi tan seperti mereka.
Selain itu ada satu hal lagi yang menggangguku, sosok yang amat menyebalkan juga idiot. Sungguh pagi tenangku hilang jika sosok idiot itu muncul dengan segala hal yang ditunjukkannya, bahkan aku terlalu muak untuk sekedar mendengar namanya. Aku ingin berteriak dan membungkam semua mulut yang berteriak histeris setiap pagi, namun apalah dayaku yang hanya bayangan. Menyebalkan.
Lebih menyebalkan lagi saat ini aku malah terjebak dengan si idiot ini, Ya Tuhan... apa dosaku selama ini? Batinku sungguh ingin menjerit kuat.
"Mwo?" Bibir pedasku berucap ketika ia melirikku, dari sekian banyak murid, selain idiot, dia juga bodoh. Huh.. menyebalkan
"Mataku mengatakan kau membenciku," ucapnya dengan nada santai, aku meliriknya.
"Ketampananmu membuatku membencimu." Ketusku dengan tangan mulai mengerjakan tugas dari Park saem
"Huh? Terimakasih atas pujiannya, tapi kata terakhirmu seakan membuatku tak boleh bersyukur,"
"Aku lebih benci lagi ketika aku harus terjebak denganmu."
"Kau pasti sangat membenci wajah tampanku, tapi apa salahnya wajahku?" Tanyanya
"Kalo wajahmu jelek pagiku akan tenang," sahutku, aku yakin ia akhirnya menghentikan tangannya mencoret kertas, dan aku juga dapat merasakan matanya menatapku meminta penjelasan lebih.
"Maksudnya?" Sekarang aku yakin ia menatapku dengan sangat jelas, kenapa aku tahu? tentu saja karna pensil yang kubpegang kini berada ditangannya.
Ku lipat kedua tanganku didada, aku tak takut tatapan tajamnya, justru aku membalas tatapan itu dengan sangat berani.
"Kau pikir hebat ketika kau datang lalu semua fans gilamu berteriak? Kau merasa senang ketika mereka memuja ketampananmu begitu? Kau juga merasa bangga karna orangtua pemilik sekolah? Kau yakin semua orang menyukai popularitas bodohmu? Salah satunya aku yang seujung kukupun tak ingin berhenti membencimu." Jelasku, dia diam. Dahinya mengerut."Aku menyukainya." Sahutnya, sudah ku duga. Aku tak suka berdebat, Jiyeon dan Soojung lebih pandai dariku, ku rebut pensilnya namun ia segera menarik lenganku.
"Pembicaraan kita belum selesai, kau berhutang penjelasan padaku," dasar menyebalkan.
"Setiap malam aku harus buat revisi rapat osis, lalu mengerjakan tugas sekolah, mengerjakan tugas rumah, dan sekarang aku juga sudah terjebak dengan siswa tak pandai. Kau pikir dimana letak waktu istirahatku? Pagiku juga kau rebut dengan suara teriakan menyebalkan fans mu. Jadi apa aku bersalah jika membencimu?" Tantangku menatapnya tajam
"Kenapa ucapan barusan tidak kau lontarkan saja kepada mereka? Bukan padaku."
"Kau bilang kau menyukainya. Bagaimana bisa ku hentikan jika bukan hanya satu mulut yang ku tutup? Sebaiknya kau kerjakan tugasmu dengan benar dan buatlah nilai memuaskan disemester ini, dengan begitu waktu untuk mengajarimu berubah menjadi waktu istirahatku," keluhku menyentakkan tangannya, aku tahu dia masih menatapku, aku tak perduli. Dia dan segala tentangnya, membuatku muak.
Srett
Chu~
Secepat kilat mataku melotot, dia.... apa yang dia lakukan? Aku dalam mode syok ketika sesuatu bergerak diatas bibirku. TUNGGU. BIBIRKU.
Ku jauhkan wajahku, menatapnya syok tapi dia malah tersenyum. Apa-apaan ini?
"Mulut pedasmu itu perlu diberi belaian," ucapnya dengan smirk menyebalkan
"Kau! Demi Tuhan aku membencimu!" Pekikku segera membereskan catatan dan semua bukuku. My first kiss.... Dasar laki-laki.
"I love you too," apa katanya? Dia benar-benar gila.
Aku bergegas bangkit menuju pintu keluar.Cekrek
Cekrek
CekrekCekrek
Kenapa pintunya tak bisa dibuka?"Kau butuh ini untuk membuka pintu," suaranya menggema pas didekat telingaku, ku tolehkan wajahku. Kunci. Dia sengaja mempermainkanku,
"Tidak semudah itu." Ucapnya ketika tanganku hendak meraih kunci tersebut dan tangannya lebih sigap menjauhkannya.
"Kemarikan kuncinya. Ini sudah melebihi kesepakatan," ucapku
"Lihatlah. Dimana sosok Bae Suzy yang angkuh? Pertama kali bertemu denganmu aku langsung tertarik, aku mengetahui sedikit banyaknya kau begitu membenciku, tapi.... aku semakin menyukaimu, jadi sebaiknya hubungan kita apa yah?" Dia malah mengetukkan jarinya didagu, berpikir.
"Aku hanya mau kunci pintu ini. Cepat berikan!" Pekikku, dia laki-laki menyebalkan.
"Satu pilihan. Menjadi pacarku atau cium aku?" Smirknya. Apa-apaan itu? Dia pikir aku ini jalang?
"Dengar tuan kim terhormat, aku tidak sudi melakukan keduanya! Sekarang aku ingin keluar!" Teriakku, namun dia malah berpura-pura tak mendengar
"Aku hitung sampai 3. Satu..."
"Apa maksudmu?" Dia ternyata namja seenaknya
"Dua..." kenapa wajahnya semakin mendekat? Ouch- sial!
"Ku sarankan kau pilih jadi kekasihku saja," ucapnya. Apa? Menjadi kekasihnya? Gila!
"Ti..."
"Ok. Kita pacaran. Sekarang keluarkan aku dari ruangan pengap ini!" Kesalku namun yang terjadi hal sebaliknya. Dia menahan tubuhku didinding, menarik pingangku. Sial! Tanganku tak bisa bergerak karna ia memeluk erat.
"Karna kau kekasihku. Biar ku beri ucapan selamat." Smirk menyebalkannya muncul dan...
SESEORANG TOLONG SELAMATKAN AKU DARI IDIOT INI!
"Deep kiss yang membuatku ketagihan," bisiknya lalu aku sedikit terjungkal kebelakang. Eh- kok aku sudah berada diluar pintu.
"Kau terlalu menikmati ciuman kita sayang, semoga harimu menyenangkan Kim Suzy," suara seraknya membuatku ingin...
"BRENGSEK!!!" Makiku melempar sepatu hakku ke pintunya, terlambat sepatu milikku yang ku harap bisa kena kepalanya malah kena pintu.
"Ini gila! Dia gila! Aku gila! Aah menyebalkan! Ayah aku tak mau menjadi tutor idiot!" Teriakku, ciuman pertamaku, keduaku, ketigaku. Ahhhh menyebalkan!!
Aku harus segera pergi dari sini.*
*
*
Sedangkan Taehyung yang masih menyandarkan tubuhnya dipintu, tersenyum seperti orang gila."Aku melakukannya. Benar-benar melakukannya. Kita pacaran, dan aku bisa menciumnya sesuka hatiku. Ahhh ini gila!!" Pekiknya berlari dan merebahkan tubuh dikasur, menatap langit lalu menutup wajahnya dengan bantal. Ia seperti remaja yang barusaja kasmaran.
*
*
*
FIN^^
