Keinginan Seokjin sederhana;
Bahagia
.
.Hidup Seokjin sederhana.
Dia hanya tinggal bertiga dengan Kim Taehyung―adiknya dan Park Jimin―sahabat Taehyung.
Kehidupan sehari-hari Seokjin sendiri cukup sibuk, menjadi karyawan di salah satu perusahaan dan sesekali berkencan dengan kekasihnya, Kim Namjoon.
Dan sejujurnya, Seokjin sudah merasa bahagia dengan hidupnya.
.
.Seokjin tidak ingin berprasangka buruk. Apalagi kepada orang yang dekat dengannya.
Prasangka pertama Seokjin adalah saat menemukan hoodie hijau di kamar Namjoon.
Seokjin tidak hapal pakaian Namjoon, tapi pria itu tahu betul style Namjoon bukan hoodie ini.
Seokjin diam; memilih menyimpan rapat-rapat hal ini dalam hatinya.
.
.Prasangka kedua Seokjin adalah saat tiba-tiba Namjoon mengunjungi kantornya siang itu untuk makan.
Seokjin tahu, Namjoon bukan tipikal pria yang akan melakukan hal seperti ini.
Seokjin terkejut, tapi pria itu memilih tersenyum dan menyimpan rasa heran untuk dirinya sendiri.
.
.Prasangka ketiga Seokjin adalah saat menemukan anting-anting perak panjang di wastafel Namjoon.
Seokjin tahu betul siapa pemiliknya.
Karena Seokjin sendiri yang membelinya.Seokjin masih diam meski tidak menyangkal perasaan ragu yang mulai ada di dalam hatinya.
.
."Taehyung-a, kuliahmu sibuk ya akhir-akhir ini?"
"Huh? Tidak. Ini masih tahun ajaran baru. Dosen gila mana yang memberi tugas waktu awal masuk, hyung?"
"Benar juga. Oh ya, dimana Jimin-ie? Tidak makan malam bersama?"
"Oh Jimin―dia bilang mau mampir ke studio Hoseok hyung. Dia bilang akan pulang malam."
"Ah, begitu.... Ya sudah, ayo makan malam di luar kalau begitu."
.
."Namjoon-ie.."
"Hm? Ada apa, sayang?"
"Apa menurutmu satu orang bisa mencintai dua orang sekaligus?"
"Huh? Mana mungkin. Tidak bisa, sayang."
"Kenapa?"
"Kalau orang itu benar-benar mencintai orang pertama, tidak mungkin kan dia cinta ke yang lainnya?"
"Ah... benar juga."
"Kenapa bertanya seperti itu?"
"Tidak kenapa-kenapa, semalam aku menonton drama jadi ya.. begitulah."
.
."Taehyung-a."
"Ayo minum-minum. Ajak Jungkook sana."
"Wah? Asik!! Tumben, ada apa hyung?"
"Tidak. Tidak apa-apa. Hanya ingin saja. Sana, telfon Jungkook."
"Siap! Aku ajak Jimin juga, ya?"
"Jangan."
.
."Kim Seokjin! Kenapa tiba-tiba?"
"Astaga―! Yoongi! Kau membuatku terkejut!"
"Apa-apaan ini? Kenapa kau mengajukan surat mutasi?!"
"Oh.... Soal itu,"
"Kenapa? Apa ada yang mengganggumu? Ceritakan padaku!"
"Tidak apa-apa."
"Lalu kenapa?"
.
.Prasangka keempat Seokjin adalah saat bertemu Jimin di apartemen Namjoon.
Seokjin tersenyum, tidak berkata apa-apa.
Seokjin bukanlah orang yang bodoh. Dia adalah orang yang peka dengan sekitarnya meski terkadang berperilaku kekanakan.
Seokjin tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari kaus Jimin yang terbalik.
Seokjin tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari plester luka di leher Namjoon.
Seokjin juga tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui segala hal yang mereka lakukan di belakangnya.
Ya, Namjoon dan Jimin.
Dua orang yang sangat berharga untuk Seokjin.
Seokjin tidak tahu apa yang mereka pikirkan melakukan ini di belakangnya.
Tapi Seokjin tahu, kalau dia tidak sebodoh itu untuk terus mempertahankan ini.
"Namjoon, ayo berpisah."
You were the love of my life.
But you didn't want to be.
That's hard to let go..
.
.―Celestaeal;March 29, 2018[07.08 pm]
Um-hello, again?
KAMU SEDANG MEMBACA
Petite Pièce
Aléatoire[!!!] Random Imagine yang sangat, sangat, singkat. Sebelumnya berada di wall saya, tapi dpindah kesini (Panduan plot untuk celestaeal sebenarnya hehe)