Petite Pièce

Dec 30, 2019

"Seoul?"

"Ya..."

"Selamat, hyung..."

"...."

"Tapi aku..."

"Aku... tidak bisa, hyung."

"Jungkook-a―"

"Maaf.... hyung."

.

.

.

Jungkook meletakkan box terakhir di apartemen barunya dengan suara 'buk' keras. Pria itu meregangkan badan kemudian meraih botol minumnya yang tergeletak di lantai dengan pandangan mengedar ke sekeliling.

Setelahnya dia tersenyum lebar. Bersemangat untuk menghabiskan hari-harinya yang baru di kota baru, Seoul.

Pemuda itu melangkah mendekati jendela, membuka kelambu dan terpelongo kagum melihat pemandangan dari jendela besar apartemennya.

"Woah.."
decaknya kagum.

Jungkook menegak minumnya kembali, kemudian berniat meletakkan botol itu di lantai saat matanya melihat box kecil berwarna merah maroon di atas tumpukan kardus.

Jungkook tertegun.

Dia mengambil box itu sambil mendudukkan diri di ambang jendela. Perlahan, dibukanya kotak box itu.

Jungkook terdiam melihat isinya. Jutaan kenangan meledak memenuhi ingatannya.

Potongan tiket bioskop, amplop surat, sobekan karcis bus, origami, dan setumpuk polaroid memenuhi box itu.

Jungkook memandang tumpukan polaroid di depannya. Polaroid dengan dirinya dan mantan kekasihnya terpotret disana. Jungkook tersenyum tipis, mengingat kembali kenangan-kenangan yang tidak pernah bisa dia lupakan.

Jungkook ingat betul saat terakhir dia melihat mantan kekasihnya. Tampak belakang tegap seorang pria berambut coklat yang perlahan menghilang ditelan kerumunan orang di stasiun Busan.

Jungkook tersenyum. Kembali mengingat sepulangnya ke rumah dia menangis terisak-isak semalaman di kasurnya.

Kini, dua tahun berlalu.

Tapi, Jungkook tetap tidak bisa lupa.

.

.

.

"Annyeong haseyo. Jeon Jungkook imnida!"

Jungkook membungkuk gugup di hadapan sekumpulan orang yang akan menjadi rekan kerja barunya. Pemuda itu menatap malu bercampur takut sekelilingnya. Jujur, hari pertama bekerja benar-benar membuat Jungkook cemas.