May 24, 2018 [3]

2.4K 355 23
                                    













Saat Namjoon memasuki apartemen, Seokjin mengerutkan keningnya dalam.

Pria tampan berprofesi dokter itu meletakkan pisaunya di dapur dan melangkah mendekati Namjoon.

"Sini kubantu."
Kata Seokjin membantu Namjoon melepaskan mantelnya.

Namjoon tersenyum lebar, dia memajukan wajah dan mengecup dahi dan kedua pipi Seokjin sayang.

"Terima kasih."

Seokjin mengangguk. Balas tersenyum dan mengecup bibir Namjoon.

Saat ciuman keduanya terlepas Seokjin tidak beranjak.

Wajahnya berjarak dekat sekali dengan wajah Namjoon.

Seokjin menutup mata dan menghirup bau yang menguar dari Namjoon.

Ini... bau Hoseok.

"Baumu.... seperti Hoseok."
Bisiknya lirih.

Namjoon tersenyum.
Pria itu melingkarkan tangan di sepanjang pinggang Seokjin, menariknya mendekat.

"Iya, tadi dia bilang aku bau lalu dia menyemprotkan parfum."

Seokjin membuka mata, menatap mata Namjoon. Mencari kejujuran di kilat mata Namjoon.

Namjoon tidak bohong.

Seokjin ragu, tapi mengangguk.

"Oh begitu..."
Lirihnya pelan.

Namjoon kembali mengecup bibir gemuk Seokjin, kali ini melumatnya.

"Tidak ada apa-apa antara aku dan Hoseok. Itu hanya prasangkamu saja, hm?"
Jelas Namjoon.

Seokjin meneguk ludah.
Pria itu kemudian mengangguk pelan meski hatinya benar-benar ragu.

Tangan Seokjin mengepal di depan dada Namjoon, meremat kaus hitam Namjoon seolah jika ia melepasnya maka Namjoon akan pergi.

"Jangan tinggalkan aku."
Kata Seokjin.

Namjoon terkekeh.
Dia menyatukan kening keduanya, menutup mata dan tersenyum damai.

"Tidak, sayang. Aku tidak akan meninggalkanmu."

Seokjin mengangguk kecil, netranya memeta wajah Namjoon di depannya baik-baik.

Seokjin tidak tahu apa, tapi ada rasa mengganjal aneh yang membuatnya resah.

Kepalan tangan Seokjin meremat lebih erat.

Seokjin takut.






"Aku mencintaimu, Namjoon."

.
.
.

Celestaeal; May 24, 2018 [04.25 pm]

Saya lapar...

Petite PièceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang