S-21

10.3K 901 23
                                    

happy reading sajalah~

•••••••••

"Siapa dia?"

Sehun memukul keningnya pelan saat menyadari ada Skyla juga didalam mobilnya.

Lebih tepatnya di jok belakang.

Skyla terus meronta minta dilepaskan tetapi Sehun hanya mengabaikannya dan menyuruh Chanyeol untuk kembali masuk ke dalam mobil lalu ia keluar untuk memindahkan Skyla kedalam bagasi.

Ya, karena wanita itu benar-benar berisik meski sudah ditutupi lakban.

Sehun melirik tangannya yang dipasangkan borgol itu, ia menyunggingkan senyuman tipis lantaran tangan Skyla begitu merah karena mencoba memaksakan melepas diri.

Sehun menghela nafas pelan lalu memasukkannya tanpa memperdulikan tatapan protes yang diberikan Skyla.

Ia kembali duduk di kursi pengemudi dan menyalakan sebuah batang rokok membuat Chanyeol menurunkan kacanya.

"Bodoh," desisnya membuat Sehun terkekeh pelan.

Perasaan Sehun menjadi campur aduk sekarang. Ia sudah memeriksa seluruh ruangan disana tetapi tidak menemukan sosok istrinya juga.

Sesekali ia memukul stir membuat Chanyeol terkaget.

"Kira-kira dimana, Lisa?" ucap Sehun buka suara dengan suara seraknya dan mulai menjalankan mobilnya.

Chanyeol bergeming dan membuka dashboard mengambil sebuah kotak obat untuk mengobati dirinya sendiri.

"Masih ada di negara ini," balasnya membuat Sehun berdecak.

Ya, ia tahu jika Lisa masih ada di negara itu tetapi Sehun ingin tahu dimana lokasi jelasnya. Ia pikir ia bisa membawa istrinya kembali kerumah tetapi semua usahanya untuk menyelamatkan istrinya terbuang sia-sia.

Istrinya menghilang lagi membuat Sehun ingin terjun dari bangunan tinggi saja.

Apa istrinya tidak menyadari keberadaannya tadi? Dan kenapa bisa Jack berani berbuat seperti itu pada istrinya.

Geez! Banyak pertanyaan dibenak Sehun.

"Aku akan menginap dirumahmu, aku tidak tega membangunkan Rosé pada tengah malam seperti ini," ucap Chanyeol yang hanya dibalas anggukan malas oleh Sehun.

Sepertinya Sehun harus mengkonsumsi obat tidur lagi mengingat ia pasti kembali tidak bisa tidur terlebih lagi baru saja melihat istrinya dengan kondisi buruk yang entah menghilang kemana sekarang.

•••••••••••

Sedari tadi Lisa bergeming dan memakai kemeja Shawn yang tampak begitu kebesaran ditubuhnya.

Sedangkan pria itu malah tidak memakai atasan membuat Lisa menggeleng pelan.

Mereka sedang ada di lift untuk menuju lantai apartemen Shawn. Entah apa reaksi Xavier jika melihat mereka, Shawn hanya berharap ia tidak akan membunuh saudaranya sendiri nanti.

Sesekali ia melirik Lisa yang tubuhnya terlihat masih bergetar.

Pintu lift terbuka dan Shawn berjalan duluan untuk mengetuk pintu.

Kretttttt.

Xavier memasang ekspresi tanda tanya saat melihat darah yang terus bercucuran dari kepala Shawn.

"Kau buat masalah dimana lagi?" tanyanya dengan nada tajam.

Shawn hanya mengangkat kedua bahunya malas dan melirik ke arah kiri lalu memegang tangan Lisa membuat Xavier memajukan badannya sedikit untuk melihat itu.

"Geez! Kau sudah gila ya?!" ucap Xavier langsung dengan emosi dan ingin menarik Lisa disana tetapi Shawn sudah lebih dulu menarik tangan wanita itu hingga menempel pada tubuhnya.

Shawn langsung menyenggol tubuh Xavier untuk masuk kedalam tanpa memperdulikan umpatan yang saudaranya berikan itu.

Ya, saudaranya itu benar-benar membenci keluarga OH.

"Kau takut?" cibir Shawn saat menyadari Lisa menunduk dan hanya mengikuti Shawn menuju kamarnya tanpa memberikan protes.

Lisa menggeleng pelan, Shawn kembali menarik tangannya lalu menduduki tubuh Lisa diatas kasur.

Ia menatap manik mata wanita itu lalu tertawa pelan.

Benar-benar pembohong amatir, batinnya.

Ia langsung bangkit dan membuka laci yang ada dikamarnya lalu melemparkan kotak obat pada Lisa.

"Bisa kau bantu aku mengobatinya?" ucapnya dan menunjuk kepalanya sendiri.

Lisa mengangguk kaku, seharusnya ia kembali ke apartment Hanbin. Pasti pria itu mencarinya, batinnya.

Wanita itu menarik tangan Shawn lalu mendudukkan pria itu dihadapannya.

"Jangan bergerak," titahnya dan mulai melihat luka yang menghiasi kepala Shawn.

"Apa tidak sebaiknya pergi ke rumah sakit?"

Shawn berdeham, "tidak ada waktu. Obati saja sebelum Xavier masuk kesini dan membunuhmu," ucapnya menakut-nakuti.

Lisa menghela nafas pelan dan mengerucutkan bibirnya. Untung saja luka Shawn hanya dibagian depan jadi tak membuatnya susah payah membersihkan luka yang ditutupi rambut.

Sesekali Shawn menggoyangkan kepalanya dan meringis membuat Lisa mendecak kesal.

Geez! Benar-benar.

Lisa tidak percaya sedang mengobati musuhnya saat ini. Bahkan ia masih mendengar Xavier mengumpat di luar sana.

Ia tidak mau mati mengenaskan sebelum membawa semua anaknya ke- Thailand.

Setelah selesai, Shawn langsung bangkit dari sana lalu membuka pintu kamarnya dengan gemas lantaran Xavier terus mengetuknya dengan tak sabaran.

"Kau pasti sedang bercanda?! Untuk apa kau membawa jalang itu kesini?!" geram Xavier membuat Shawn melirik Lisa yang menunduk diatas kasur sekilas.

Shawn memilih keluar dan menutup pintu kamarnya. Xavier benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya jika melihat keluarga Oh.

"Hey, dia membantuku tadi. Kau tahu? Jack yang membuat kepalaku seperti ini." Sungut Shawn mencoba menutupi hal sebenarnya sembari menunjuk kepalanya.

Dan lagi pula memang Jack yang membuat kepalanya seperti itu.

Xavier menghela nafas kasar.

"Sekarang dimana dia?" tanyanya dengan suara yang tertahan.

Shawn mengangkat bahunya malas.

"Tapi aku tidak mau ada wanita itu disini!"

"Aku sudah tidak berniat melakukan keributan, jadi biarkan saja Lisa malam ini menginap disini. Kau tahu kan sebentar lagi aku akan menetap di Kanada?" ucapnya membuat Xavier menghela nafas pasrah.

Ya, saudaranya itu akan menetap di Kanada mengingat Ayahnya mulai mengelola bisnis baru disana dan terlebih lagi usianya sudah tidak bisa di bilang muda lagi.

Ayahnya menjodohkannya dengan anak dari rekan kerjanya agar bisnis nya kembali berkembang dengan bantuan mereka.

Shawn kembali masuk kedalam kamarnya dan melihat Lisa masih menunduk.

"Lebih baik kau pergi bersihkan dirimu," titah Shawn lalu membuka lemari nya untuk mengambil baju kaos untuk ia pakai.

"Aku tidak punya baju," balasnya membuat Shawn melemparkan sebuah kemeja yang cukup besar padanya.

Lisa menghela nafas pelan, "antar aku pulang saja."

Shawn menaikan alisnya sebelah, "kerumah suamimu?"




















TEBECE.

I'M [NOT] GAY • OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang