CHAP 4

30.3K 3.5K 67
                                    

Sebenarnya mau up ini kemarin, tapi gajadi.

So here we go!

Happy reading Chingu!

•••••••••

"Baiklah, kau dipecat."

Tunggu... Apakah Lisa tidak salah dengar?

"Excuse me?"

"Kau dipecat."balas Sehun acuh dan berniat kembali duduk dikursi besarnya.

Lisa mematung mendengar itu.

Ia benar-benar tidak salah dengar... Ia baru saja dipecat oleh Sehun.

Ia kembali melirik Sehun dengan tatapan tidak percaya nya.

"P-pasti kau bercanda?"

"Pintu keluar disebelah sana.."ujar Sehun dan menunjuk pintu tanpa menoleh pada Lisa.

"Saya baru saja diterima tetapi kau sudah memecatku. Itu tidak mungkin terjadi."ucap Lisa dengan nada yang tidak habis pikir.

"Itu terjadi dan baru saja aku melakukannya."jawab Sehun datar kemudian kembali berkutat pada laptopnya.

"Kau tidak bisa seperti itu?!"ucap Lisa mulai meninggikan suaranya.

Sehun benar-benar gila pikirnya.

"Tenang saja. Jika kau tidak terima dipecat, tawaranku masih berlaku hingga sore..."jawab Sehun acuh membuat Lisa semakin bertambah kesal.

Apa ia tidak tau jika tadi ia harus mati-matian menjawab pertanyaan yang menyulitkan ketika interview? Bahkan ia rela meninggalkan kelasnya itu.

"You are cr---"

"Aku sudah menunjukkan pintu keluarnya. Aku harap aku tidak melihatmu lebih lama disini. Lihatlah, wajahmu sangat jelek ketika marah."

Lisa mendecak,"Fuck you gay!"

Sehun menoleh sebentar lalu kembali bergeming dan fokus pada laptop abu-abu miliknya itu dan sesekali melirik pada berkas-berkas putih nya seakan tidak peduli dengan keberadaan Lisa.

Lisa melangkahkan kakinya ke arah pintu dengan perasaan yang menggebu-gebu. Hatinya masih tidak terima.

Bughh!

"Yak! Apa yang kau lakukan?!"sentak Sehun langsung lantaran high heels biru milik Lisa hampir mengenai kepala nya.

Ya, Lisa sebenarnya sengaja ingin melempar agar mengenai kepala Sehun.

Hanya saja Dewi Fortuna sedang berpihak pada Sehun saat ini.

"Dasar gay!"

.
.
.
.
.
.
.

Lisa kembali ke Apartemen dengan perasaan yang campur aduk.

Ah! Ia tidak peduli dengan kejadian tadi.

Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya mendapat pekerjaan secepat mungkin.

Uang tabungannya semakin menipis. Bahkan uang sewa Apartemen belum ia bayar mulai 3 bulan yang lalu.

Lisa menghela nafasnya berat bersamaan dengan bulir bening yang ikut jatuh ke pipi.

"Ibu... kenapa hidup Lisa seperti ini?"ujarnya lirih kemudian terus mengusap air matanya yang mulai berjatuhan dengan deras.

TING NONG.

Suara bell membuyarkan lamunan Lisa. Ia segera beranjak dari sofa untuk membuka pintu itu.

Ternyata nyonya pemilik Apartemen.

Wanita itu mengulurkan tangan nya di wajah Lisa,"Mana bayaran tunggakkan Apartemen kamu?"ucapnya santai tapi terdengar menuntut.

"M-maaf Mrs. Adams, saya belum mempunyai uang.."ucapnya dengan jujur.

Wanita itu mendecak,"Saya sudah memberi kamu waktu 3 bulan hingga saat ini, bahkan ada yang sudah menawari diri untuk menyewa Apartemen yang kau tinggali ini."ucap wanita itu menggantungkan kalimatnya.

"Kalau sampai malam ini kau tidak bayar... Terpaksa aku harus mengusirmu."ucap wanita itu dengan nada tajam lalu meninggalkan Lisa yang mematung.

Dalam beberapa menit kemudian Lisa langsung kembali ke dalam Apartemen nya dengan tergesa-gesa dan mengambil tas hitam miliknya.

Ah! dia harus mengganti memakai sepatu karena sepasang high heels nya tidak ada.

Dia memperhatikan dirinya didalam pantulan kaca, sesekali merapikan make up dan rambutnya lagi.

Lalu ia melirik jam putih yang menempel di dinding nya itu.

Masih banyak waktu menjelang sore hari.

"Semoga aku tidak memilih keputusan yang salah."










TBC.

I'M [NOT] GAY • OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang