CHAP 56

18.6K 1.8K 134
                                    

Happy Reading;

Mohon maaf jika ada typo.

••••••••••••••••••••

Tidak terasa tiga bulan berlalu, tidak ada perubahan pada hubungan Lisa dan Sehun yang semakin merenggang.

Perut Lisa terlihat mulai membesar dan ia menjadi susah sekali untuk bergerak. Untung saja ia sudah melakukan ujian akhir dua bulan yang lalu membuatnya benar-benar merasa bebas sekarang.

Lisa mulai terbiasa dengan keadaannya yang harus mengurusi dirinya sendiri, hampir setiap hari ia tidak pernah bisa berbicara dengan Sehun.

Ya, pria itu selalu pulang larut malam bahkan Lisa pernah mencium bau alkohol pada bajunya membuat Lisa menjadi merasa benar-benar dibuang olehnya.

Ia menghela nafas pelan dan mencoba membuat sarapan untuk dirinya sendiri hingga mendengar suara langkah kaki yang cukup nyaring dari tangga membuatnya keluar dari dapur dan mendongakkan kepalanya.

Lisa tersenyum miris dan kembali kedapur.

Ia bahkan hampir terbiasa dengan sikap Sehun yang selalu membawa wanita setiap malamnya membuat ia harus lebih bersabar dan menunggu kontraknya berakhir.

Ya, ia melihat Sehun sedang menggandeng seorang wanita di tangga membuat hatinya terasa ingin keluar.

"Bodoh," Lisa terkekeh miris dan mengusap wajahnya kasar lalu melanjutkan memotong bawang merah.

Sialnya, air matanya mengucur terlalu deras hingga ia tidak sadar sudah mengiris tangannya sendiri.

"Akkh..." ringisnya dan mengisap telunjuknya lalu berlari menuju kamar.

Ada Sehun disana yang sedang duduk diatas sofa sendirian melihat kearahnya sekilas.

Sepertinya wanita tadi sudah pergi, pikir Lisa.

"Lisa?" panggil Sehun dan memasuki kamar Lisa.

Untuk pertama kalinya Lisa bisa mendengar Sehun memanggil namanya kembali.

Ia langsung menoleh dan melilitkan jarinya dengan perban.

"K-kenapa?" tanyanya.

Sehun langsung mendekatinya dan memegang tangannya,"tanganmu kenapa?"

"Hanya teriris," lirihnya lalu menatap Sehun nanar. Air matanya terus bercucuran keluar membuat ia tidak bisa melihat jelas ekspresi apa yang Sehun berikan padanya saat ini.

Sehun berdeham,"kau sudah masak?aku lapar."

Lisa menggeleng dan melihat pria itu beranjak dari sana.

"Sehun..." panggil Lisa membuat pria itu menoleh.

"K-kenapa?" tanyanya,"kenapa kau seperti membuangku?" tanyanya dengan suara parau.

Runtuh sudah pertahanannya selama ini untuk tidak peduli dengan sikap Sehun.

"Aku bosan padamu, Lis."

Lisa bangkit lalu menampar pipinya dengan kuat hingga meninggalkan bekas merah.

"Kau brengsek, Oh Sehun!"

Sehun terkekeh,"baguslah kalau kau menyadarinya. Berada didekatmu membuatku repot." Ucapnya dingin membuat hati Lisa terasa teriris.

Ia benar-benar tidak habis pikir Sehun mengucapkan itu disaat dirinya yang sedang mengandung.

Benar-benar tidak habis pikir.

Jadi selama ini perhatian Sehun hanya omong kosong belaka?

"Aku sedang mengandung anakmu, tetapi kau malah berbicara seperti itu padaku..." ucap Lisa dengan suara parau.

Sehun tertawa miris.

"Lisa, Lisa." Ucapnya,"anggap saja itu bayaran dari 10% saham yang kuberikan."

Lagi-lagi Lisa melayangkan tamparan dipipinya.

"Seharusnya kau sadar jika aku sudah muak padamu Lisa!" sentak Sehun membuat wanita itu berjalan mundur.

"Kenapa? Kau tidak ingin menamparku lagi?!"

Air mata Lisa terus berjatuhan.

Sial, benar-benar memalukan pikirnya.

Oh Sehun benar-benar kelewatan.

Sehun menghela nafas kasar lalu melenggangkan kakinya keluar dari sana membuat Lisa menjadi terduduk dan memeluk kedua lututnya.

"Rasanya sakit sekali..." lirihnya dan menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya.

••••••••••••••••••••••

"Kau kenapa?" tanya Xavier yang melihat Lisa hanya senyap dan matanya terlihat sangat membengkak.

Ya, Lisa menelfon Xavier untuk membawa wanita itu berkeliling kota Los Angeles agar sedikit lebih tenang.

Ia benar-benar merasa frustasi.

"Pakai ini," ujar Xavier lalu mengulurkan tangannya pada Lisa, lalu memberikan sebuah kacamata hitam.

"Aku tidak mau orang lain mengira aku membuatmu menangis hingga bengkak seperti itu," ucapnya membuat Lisa langsung memakai kacamata hitam itu.

Xavier menghela nafas pelan dan sesekali melirik Lisa.

Ia menjadi ragu jika Lisa yang membuat Shawn hingga kehilangan pita suara. Melihatnya begini saja bisa membuat Xavier berfikir bahwa Lisa merupakan wanita yang rapuh.

"Lisa..." panggilnya membuat wanita itu menoleh.

"Kau mengenal Shawn?" tanyanya membuat Lisa membelalakkan matanya dibalik kacamata hitam yang dipakai.

"K-kenapa?"

"Jadi kau mengenalnya?" Lisa mengangguk lalu tertawa miris.

"Tentu saja aku mengenalnya."

Lisa mengangkat bajunya sedikit yang memperlihatkan bekas luka yang ada diperut,"ini luka darinya saat dia menculikku."

Lalu ia kembali membetulkan posisinya dan mengangkat rambutnya untuk menunjukkan lehernya yang sebelah kiri,"ini juga karenanya." Ucapnya membuat Xavier berdeham.

"Kau mengenal Shawn?" tanya Lisa balik dengan tatapan selidik.

Xavier mengangguk,"siapa yang tidak mengenalnya? Dia merupakan CEO Mendes Group," ucap Xavier dengan kekehan diujungnya membuat Lisa mengangguk.

"Aku membaca berita beberapa bulan lalu yang mengatakan ia kehilangan pita suaranya."

"Benarkah?" tanya Lisa tidak percaya membuat Xavier mengangguk.

Xavier semakin yakin jika Lisa bukanlah orang pertama yang memulai untuk mencari masalah.

•••••••••••••••••••••••••

Suara bell berbunyi membuat Sehun bangkit dan membuka pintu.

Ia melihat Lisa sedang digendong oleh seorang pria.

"Istrimu pingsan," ucapnya membuat Sehun mengangguk lalu meraih Lisa untuk menggendongnya.

Sehun terlihat kesulitan mengingat Lisa sedang berbadan dua saat ini.

Pria itu langsung pamit dari sana dan melenggangkan kakinya.

Sehun kembali menutup pintu dan melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Ia membawa Lisa masuk kedalam kamarnya lalu menidurkannya diatas kasur.

Ia langsung merenggangkan ototnya dan sesekali memandangi wajah Lisa.

Ia tersenyum miris dan memutuskan untuk naik keatas kasur lalu tidur disebelah Lisa dengan memeluknya.

"Maaf." Lirihnya dan mengecup puncak kepala Lisa sekilas.

Ia benar-benar merasa seperti manusia yang tidak mempunyai hati lantaran selalu mengabaikan wanita itu dalam keadaan hamil.

"Lisa..." panggilnya menjeda kalimatnya, "aku menyerah." Ucapnya lagi lalu mengeratkan pelukannya seakan itu adalah hari terakhirnya bersama wanita itu.
















Tebece.

I'M [NOT] GAY • OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang