Getha duduk di samping Urel yang kini tengah berpindah tempat, yakni bergabung dengan Dimas dan kawan-kawannya ditengah ruangan. Getha melirik para sahabatnya yang sibuk masing-masing, ia menghela napas sambil memejamkan mata.
"Tahu gini, mending gue dirumah." Getha beranjak dari ruangan itu, berniat ke perpustakaan pribadi milik keluarga Dimas yang terletak dilantai tiga rumah berlantai lima itu.
Getha menekan tombol lift menuju lantai tiga, dimana ruang perpustakaan pribadi milik keluarga Dimas berada. Sesampainya di sana ia langsung mengambil salah satu novel legendaris yang pernah trend pada masanya, dan membacanya di kursi goyang yang terletak di pinggir jendela kaca ruangan itu. Ruangannya sangat nyaman dan senyap, desain arsitekturnya pun enak di pandang.
"Seenggaknya disini lebih nyaman, dari pada di sana." Getha bermonolog pelan sebelum akhirnya membaca.
"Eh." Getha tersentak, saat sayup-sayup mendengar suara lembut seseorang yang cukup familiar di telinganya.
"Kabur dari yang lain?" Lelaki itu terkekeh, berdiri tidak jauh dari Getha.
Getha menutup novel di tangannya. "Arga? Lo ngapain di sini?!" tanyanya kaget. Getha bahkan sampai berdiri.
"Liatin lo, eh." ceplos Arga sengaja.
Getha mengernyit bingung. "Maksudnya?" Getha kurang peka kalau saat ini Arga sedang kirim kode.
Arga tertawa. "Nggak usah dipikirin ucapan gue barusan, nggak penting juga, kan." Arga lalu kembali sibuk berkutat dengan tumpukan buku dirak kayu yang ada diruangan luas itu.
Getha mengangguk ragu. "Lo ngapain disini?" tanyanya mengulang.
"Diajak Emil sama temen-temennya." Ujarnya sambil mengangkat bahu.
"Lo siapanya Emil?" Getha penasaran, lebih memilih menatap Arga yang berdiri di samping rak buku dan mengabaikan novel di tangannya.
"Sama kayak lo dan Dimas," Balasnya sambil memilih-milih buku di rak.
"Sepupuan?" Getha menaikkan sebelah alis sambil memperhatikan Arga. Padahal mereka sudah berkenalan secara singkat untuk pertama kalinya di restoran kala itu. Saat itu mood Getha sedang buruk, alhasil ingatannya tidak bekerja dengan baik. Sebenarnya Getha masih mengingat, walaupun agak samar-samar.
Arga mengangguk. "Iya." ujarnya mengambil satu buku tentang ilmu kedokteran, lalu duduk dikarpet berbulu yang tergeletak dilantai.
DWAR DOR DER!
Getha terpelonjat kaget mendengar suara petir di balik jendela kaca di sampingnya, hingga novel di tangannya terlempar jauh ke punggung Arga yang duduk di karpet.
Arga mendongakan kepala. "Hujan." ujarnya melirik jendela kaca disamping Getha. "Lo takut sama petir?" sambil menatap Getha penuh tanya dan menahan senyum jahil.
Getha menggeleng cepat. "Nggak!" Balasnya sambil melotot tajam, namun justru terlihat menggemaskan di mata Arga. Bagi Arga, perubahan ekspresi Getha adalah candu baginya.
"Kirain takut, sampe lempar novel segala," Arga terkekeh lalu kembali membaca buku dengan tidak serius.
Getha cemberut. "Siniin novelnya!"
Arga mendongakan kepalanya, menatap Getha dengan senyum menawan, "Apanya?" balasnya menampilkan raut menggoda yang tampan sambil menjilat bibir.
"Novelnya. Tolong, ambilkan."
"Ambil sendiri, gue males jalan nyamperin lo." Arga tersenyum manis, lalu kembali menunduk dan membaca bukunya dengan tidak serius, karena sejak tadi Arga terus saja melirik-lirik Getha sambil mengulum senyuman tidak jelas namun tatap telihat tampan.
Selama dua detik Getha terpaku melihat senyum Arga yang mengarah padanya tadi. Lalu sedetik kemudian, Getha menggelengkan kepalanya.
Getha berdiri dari kursi, kakinya melangkah menuju pintu, hendak keluar dari ruangan penuh buku ini.
"Mau kemana?" tanya Arga menatap Getha yang hendak keluar. Arga juga menaruh bukunya ke sambarang tempat, langsung bergegas berdiri.
"Keluar."
"Diluar hujan, kalo nggak mau basah mending disini dulu nunggu hujannya reda." Arga ternyata cukup perhatian.
"Rumah gue deket paling cuma basah dikit!" Getha melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti karena suara Arga tadi. Entah kenapa, Getha mendadak kesal dengan cowok itu.
"Kalo nggak mau demam mending disini dulu." ujar Arga menatap punggung Getha yang berdiri di depan pintu. Arga menyorot Getha hangat.
"Ada payung, pake jas hujan juga kalo perlu!" Getha membalikan badan, menatap Arga jengkel. Tidak menyangka mereka akan akrab secepat ini padahal sebelumnya tidak.
"Keras kepala banget." Gumam Arga.
Langkah Getha yang hendak membuka pintu terhenti seketika. Cewek itu melirik Arga dengan tatapan tajam, rupanya cewek itu mendengar gumaman cowok itu. Arga pun tersenyum, lalu salah tingkah sendiri saat Getha membalas tatapannya.
***
Terima kasih telah membaca With You.
HAHAHA. Part 6 ini emang isinya khusus untuk Getha Nathalia dan Reygan Argara. Semoga kalian suka dengan alur ceritanya, ya. Baca terus sampai ending nanti, dan jangan lupa untuk tinggalkan jejak juga, ya.
<>
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...