With You - 9

1K 53 4
                                    

Sudah menjadi rutinitas wajib bagi semua murid untuk mengikuti upacara bendera hari senin. Dan beruntungnya, upacara senin ini di bubarkan lebih cepat dari biasanya di karenakan banyaknya para siswi yang pingsan. Entah itu pingsan settingan atau beneran, yang pasti itu sangat menguntungkan bagi kebanyakan murid, karena upacara cepat di bubarkan tidak seperti biasanya yang super lama, bikin para cewek kipas-kipas wajah karena takut bedaknya luntur karena terlalu lama terpapar sinar matahari pagi yang menyengat panas membakar kulit.

"Maksud lo apa kemarin?!" tanya Rica langsung to the point menatap tajam Getha yang sedang duduk anteng di bangkunya yang ada didalam kelas.

"Apanya, Ca? gue nggak ngerti."

"Gak usah pura-pura deh, Ge!" bentak Rica di luar kendalinya. Rica emosi, apalagi ketika mengingat kejadian random kemarahan Dimas kemarin sore, Rica langsung naik pitam. Ditambah dengan raut wajah Getha yang terlihat sangat tidak bersalah.

Getha emosi. "Maksud lo apa bentak gue gini! punya salah apa gue sama lo, sampe lo kayak gini ke gue?" balasnya.

Rica menunduk meremas tangannya gugup. "Maaf, nggak seharusnya gue bentak lo," ujarnya sambil menunduk lalu kembali ke bangkunya di urutan paling belakang bersama Metha.

Tidak lama setelah Rica pergi, Urel datang menghampiri. "Lain kali kalo mau ngilang izin dulu sama Dimas, biar kita nggak kena imbas!" setelah mengucapkan itu Urel kembali ke bangkunya, cewek itu juga melirik Getha dengan gaya yang tidak santai.

Ini maksudnya apa?

"Ge, di panggil Pak Hiu tuh di luar." ucap Rogi si cowok humoris yang merupakan teman sekelas Getha.

Tanpa menjawab ucapan Rogi tadi, Getha langsung menemui Pak Hiu di pinggir lapangan. Berbeda dengan Rogi yang saat ini sedang cekikikan.

"Ada apa, Pak?" tanya Getha langsung to the point tanpa basa-basi lebih dulu.

"Apanya yang ada apa, Getha?" tanya Pak Hiu menatap Getha bingung.

"Kata Rogi, bapak manggil saya."

"Waah... kamu kena tipu ini, wong saya tidak menyuruh si Rogi buat memanggil kamu kok, Ge." balasnya.

Damn! Batin Getha kesal.

"Yaudah saya permisi, Pak." setelah bersalaman pada Pak Hiu, Getha langsung kembali berjalan ke kelasnya.

"Woy, Getha!" Mikha berteriak cukup kencang, dia melambaikan tangan.

Getha membalikan badan. "Apa?" balasnya sambil menatap Mikha dengan sorot malas, karena mood-nya saat ini sedang buruk. Pertama, karena sikap Rica dan Urel yang mendadak menyebalkan pagi ini. Kedua, karena Rogi yang berhasil menipunya.

"Gue mau ngobrol sama lo, tapi jangan di sini!" Mikha menarik tangan Getha.

"Kemana sih? gue lagi males jalan!"

"Taman belakang, ada yang mau gue omongin sama lo." Mikha terus menarik tangan Getha agar berjalan di sampingnya. Mereka berdua pun menyusuri koridor yang lumayan sepi karena saat ini adalah jam KBM murid.

"Tapikan ini belum istirahat Mik, masih ada jam pelajaran! lo mau ngajak gue bolos?!" Getha melotot.

"Bentar lagi juga istirahat, paling sepuluh menitan lagi. Udahlah ayo cepet! Soalnya ini cukup penting."

Getha menurut saja, toh pasti ada hal penting yang ingin di bicarakan oleh sahabatnya ini. Getha pun pasrah saat Mikha menarik pergelangan tangannya menuju taman belakang.

***

Kini Getha dan Mikha sedang duduk di kursi usang yang terletak di taman belakang sekolah mereka. Suasana di taman belakang sangat sepi, dan jarang di kunjungi oleh para kalangan murid pada umumnya. Banyak rumor beredar, jika taman belakang disekolah mereka sangat angker.

"Jadi mau ngomong nggak nih?"  Getha bertanya malas, pasalnya sudah hampir 15 menit Mikha hanya diam saja tanpa bersuara sama sekali.

Mikha menatap Getha, "Kemarin Dimas marah-marah sama temen-temen kita. Dia ngamuk, bertingkah kasar gitu lah intinya."

Getha menaikan sebelah alis. "Kaitannya sama gue apa?" Rupanya Getha masih belum memahami alur pembicaraan yang Mikha ucapkan.

"Dimas sampe ngatain temen-temennya bego, hanya karena dia terlalu khawatir lo ngilang dari rumahnya kemarin. Udah gitu Dimas mau ngehajar Fandi kalo aja Rica nggak pisahin mereka, dan lo tahu Dimas begitu karena apa?" Mikha menatap Getha dengan tatapan yang sulit di artikan. Getha pun menyimak.

Getha menggeleng, "Nggak."

"Dia ngamuk sampe mau mukul Fandi, hanya gara-gara dia takut lo nggak nyaman karena Fandi minum blak-blakan di depan cewek." perjelas Mikha, raut wajahnya sangat lempeng.

"Dimas emang lebay! Lagian Fandi cuma minum softdrink kok!"

Mikha berdecak kesal, "Bukan softdrink, Ge. Fandi bawa whiskey dan beberapa minuman beralkohol."

"Kalo lo inget, Gue nggak ada di ruangan itu sejak awal gue di sana, seharusnya lo tahu itu, Mik!"

"Dan karena itu, temen-temen kita pada kena imbas!" balas Mikha tajam.

"Pantes aja Rica bentak gue tadi pagi," gumam Getha pelan. "Lo tahu dari siapa Mik?" tanyanya melirik Mikha.

"Dari group, emang lo nggak baca?"

"Gue kehabisan kuota, wifi dikamar gue juga agak macet." ucap Getha jujur.

"Lo baca aja kapan-kapan. Terus kalo waktunya udah pas, kita omongin masalah ini baik-baik, takut ada yang tersinggung karena masalah konyol nggak jelas ini." Mikha menegaskan.

Getha mengangguk menyetujui.

Setelahnya Getha dan Mikha beranjak dari taman belakang, kedua gadis itu memutuskan untuk ke perpustakaan saja. Baik Getha maupun Mikha, keduanya sama-sama suka membaca dan tidak menyukai hal-hal yang terlalu berisik. Tidak peduli dengan Metha dan kawan-kawan yang sudah menunggu di kantin, dua gadis yang memiliki karakter yang hampir sama itu malah melangkahkan kakinya menuju ruangan yang penuh dengan beragam buku yang berjumlah banyak.

***

Terima kasih telah membaca With You.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang