With You - 30

629 27 1
                                    

Hari ini tepat satu minggu dari insiden penolakan ditaman belakang sekolah itu, Arga semakin nekad mendekati Getha dengan penuh niat dan tekad.

Saat ini sudah sore, pukul setengah lima. Getha baru saja selesai latihan badminton, cewek itu keluar dari gor bersama tim ekstrakulikulernya.

Sebelah punggung Getha menggendong tas hitam yang lumayan besar, rambut gadis itu juga di kuncir tinggi. Rambutnya agak lepek karena Getha berkeringat, cewek itu mengelap keringatnya menggunakan kain.

Getha duduk di bangku panjang depan gor, teman-teman satu timnya yang lain sudah izin pulang duluan. Getha meminum air kemasan dari dalam tas, berusaha menetralkan detak jantung dan napasnya yang ngos-ngosan.

Dari arah selatan, Arga datang. Cowok itu memakai seragam basket khas sekolah mereka, tubuh Arga juga berkeringat. Arga tersenyum merekah sambil melambaikan tangannya lalu duduk dibangku panjang bersama Getha yang terlihat cuek dengan kedatangan Arga yang tiba-tiba.

"Udah selesai latihannya?"

Getha melirik datar, "Menurut lo?" Dia terlalu malas untuk berbasa-basi.

Arga terkekeh, "Pulang sama siapa?"

"Dimas." Balas Getha singkat.

"Dimas udah pergi," terang Arga.

Getha mengernyit, menatap Arga.

"Tadi Efron kecelakaan saat kita lagi latihan, Dimas dan beberapa member nolongin dia dan nganter ke RS."

"Terus?"

Arga balas menatap Getha, "Apa?"

"Kenapa lo nggak ikut nolongin Efron?"

"Dimas nyuruh gue buat nyamperin lo, hari ini lo pulang sama gue."

"Kenapa lo mau-mau aja disuruh sama Dimas?" Selidik Getha curiga.

Arga mengerdikan bahu, "Ya karena gue mau aja gitu, sesimpel itu alasannya." Arga tersenyum menatap Getha yang masih berekspresi datar.

"Maukan pulang sama gue?"

"Nggak ngerepotin emang?"

"Ya enggaklah, sayang. Eh, sorry. Maksud gue bukan gitu, ehehe."

Getha menaikan sebelah alisnya sinis.

Arga kikuk dan bingung harus berbuat apa karena keceplosan tadi.

Getha pun bangkit, berjalan mendahului Arga di depan cowok itu.

"Getha," panggil Arga.

Getha pun menghentikan langkah, dia berbalik badan lalu menatap lurus.

"Gue suka sama lo," ungkap Arga.

"Terus?" Respons Getha masih datar.

Jarak berdiri mereka lumayan jauh.

"Lo..., suka juga nggak sama gue?"

Mereka berdua terdiam cukup lama.

"Maaf, ... nggak."

Arga menunduk, tersenyum kecut.

"Kita jadi pulang bareng, kan?" Arga tersenyum manis menatap Getha, berjalan mendekati cewek imut itu.

Getha menganggukan kepalanya.

Mereka pun berjalan bersampingan dalam diam, Arga yang masih terpukul secara mental karena pernyataan cintanya ditolak dua kali. Sedangkan Getha sibuk dengan pikirannya sendiri yang sedang berusaha memahami salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan deretan angka dan juga rumus.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang