"Ayo masuk," Getha mengajak Arga.
Cewek itu menempelkan jempol tangannya pada sebuah alat kecil yang menempel di daun pintu. Sedetik kemudian, pintu pun terbuka.
Mereka berdua masuk ke dalam.Arga berjalan di belakang Getha, memperhatikan setiap sudut dan desain rumah yang menurutnya sangat nyaman untuk di tempati.
"Ini rumah lo, Ge?" Arga memberanikan diri untuk bertanya, cowok itu duduk di sebuah sofa tanpa canggung, tidak sadar kalau ternyata Getha sudah pergi entah kemana.
Rumah yang Getha tempati memiliki dua lantai, semua barang-barang yang ada di dalamnya tertata dengan sangat rapi. Semua parabotan juga terlihat bersih tanpa debu, Getha sudah merawat rumahnya dengan sangat baik. Rumahnya juga tidak memiliki pendingin ruangan, namun udaranya sudah sejuk secara alami, karena letaknya yang berada di tengah hutan dan dekat dengan lautan lepas.
"Nih," Getha melemparkan handuk ke pangkuan Arga yang terlihat sedang mengamati setiap sudut ruangan.
Arga pun tersentak melihat kedatangan Getha yang mendadak, cowok itu menerima handuknya dengan baik sambil tersenyum.
"Ini rumah lo, Ge?"
"Iya," balas Getha seadanya.
"Bikin sendiri?"
"Beli."
"Sama siapa?"
"Agen properti,"
"Gue nggak paham, sumpah."
Getha menghela napas, "Rumah ini gue beli dari agen properti non-publik, pemilik rumah ini yang dulu pindah ke luar negeri. Gue suka sama lokasinya, jadi gue beli deh."
Arga mengernyit, "Non-publik?"
"Iya, gue belinya melalui situs non-publik. Setelah kedua belah pihak sudah sepakat, kami bertemu secara tatap muka dan menandatangani beberapa dokumen dan surat penting. Prosesnya sama sekali nggak ribet, gue hanya perlu tanda tangan dan bayar sesuai nominal. Sisanya para agen itu yang ngurus semuanya." Getha menjelaskan-nya secara garis besar.
"Oh," Arga mengangguk-angguk.
"Ya, jadi gitu ceritanya."
"Berapa harganya?"
"Nggak sampe 10M kok,"
Arga kembali mengangguk.
"Tabungan lo banyak juga ya, Ge."
"Itu hasil dari menghemat."
Hening, mereka berdua sama-sama diam, sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya terdengar suara semilir angin yang menerpa.
"Gue mau tanya, lo harus jawab jujur." Suara Getha memecah sepi.
Arga berkedip, tersadar dari lamunannya. "Pasti akan gue jawab."
"Tadi kenapa lo ada di peternakan kuda? gimana ceritanya lo bisa terdampar jauh sampe ke tempat ini?"
Arga terkekeh, lalu tersenyum. Cowok itu pun menjelaskan semuanya secara jujur tanpa ada yang terlewat satupun. Arga menceritakan semua momen dan kejadian secara detail tanpa di setting.
"Gue sampe kesini itu ya, karena lo."
"Kok gue?" Getha menaikan sebelah alis, menatap Arga dengan sorot penuh tanya. Sontak Arga terbahak, cowok itu merasa gemas melihat ekspresi gadis yang di rindukannya.
"Gue kangen sama lo, lo ngerasa nggak sih kalau selama ini di kangenin sama gue?" Arga berucap to the point, langsung pada inti. "Sekarang sudah peka, belum?" Arga tersenyum penuh arti sambil menaik-turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...