Getha Nathalia dan Dimas Aliano. Mereka berdua lahir di tahun yang sama, hari yang sama dan tanggal yang sama pula. Hanya saja, bulan kelahiran mereka yang berbeda. Getha yang lahir dibulan Agustus, sedangkan Dimas lahir dibulan Maret. Sejak duduk dibangku SD, mereka berdua selalu bersama layaknya saudara kembar. Dimas yang selalu menjaga Getha dan Getha yang selalu memberi nasihat pada saudara sepupunya itu.
"Mas, Om titip Getha ya. Akhir-akhir ini Om sering sibuk sama pekerjaan Om." Ujar Fero setelah tadi menegak segelas kopi susu buatan sang istri tercinta.
Dimas mengangguk patuh. "Pasti, Om." Balasnya. "Kalo bisa jangan panggil Dimas gitu Om, berasa jadi mas-mas kalo dipanggil kayak gitu." lanjutnya.
Fero tertawa. "Anggap saja itu panggilan sayang Om sama kamu."
Dimas menyangkal. "Panggilan sayang kok kesannya kayak meledek ya?"
Fero tertawa sambil melirik Getha yang baru saja selesai bersiap-siap hendak berangkat ke sekolah.
"Ayah, Getha berangkat ke sekolah dulu ya." Getha menyalami tangan Fero, begitu juga dengan Dimas. Kedua remaja itu bergantian mencium punggung tangan Ferondy Clinton.
"Iya, hati-hati." Balas Fero sambil menendang pelan betis Dimas saat cowok itu menyalami tangannya.
Dimas melotot. "Jahilnya nggak inget umur!" kelakar cowok itu sebelum masuk ke dalam mobil bersama Getha yang sudah lebih dulu masuk.
Fero terbahak pelan melihat wajah kesal dimas. "Om inget umur kok, Mas. Umur Om 38 tahun!" Teriaknya sambil melambaikan tangan saat mobil yang dikemudi Dimas keluar dari halaman depan rumah yang luas nan hijau itu.
Memang sudah menjadi rutinitas jika Dimas dan Getha selalu berangkat ke sekolah bersama. Fero menyukai akan hal itu, dia merasa putrinya akan aman jika pulang pergi bersama Dimas.
***
Sesampainya disekolah.
Getha berjalan menyusuri koridor yang masih sepi sambil sesekali melirik jendela kelas yang dia lewati. Saat tiba diparkiran tadi, Dimas langsung bergegas ke ruang OSIS karena cowok itu menjabat sebagai wakil ketua di organisasi sekolah yang sibuk itu.
"GE!" panggil seorang cewek.
"GETHA TUNGGU!!" Teriak seseorang dari arah belakang, sontak Getha membalikan badan mencari asal sumber suara yang memanggilnya tadi.
Getha mengerutkan dahi. "Kalian berdua kenapa lari-lari?" Getha menatap Rica dan Urel yang kini sudah berdiri disamping kanan dan kiri.
"Nggak pa-pa, itung-itung olahraga pagi aja." Rica beralibi sambil cengegesan mengatur napasnya yang ngos-ngosan akibat tadi berlarian mengejar Getha.
"Iya. Itung-itung bakar lemak membandel diperut." Sahut Urel, menyenggol lengan Rica lalu mereka saling lirik dan cengegesan bersama.
Getha mengangguk sok paham, dia mengulas senyum tipis. "Yuk ke kelas bareng." Ajak Getha pada Rica dan juga Urel yang kini balas tersenyum walaupun terlihat sangat canggung.
Getha memang tidak pernah mau memperumit keadaan, dia tau jika dua sahabatnya itu ingin meminta maaf padanya, maka dari itu dia bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. Setidaknya seperti itu lebih baik, dari pada harus perang dingin setiap harinya. Lagi pula, Getha memang sudah memaafkan mereka.
***
Mata pelajaran pertama dihari rabu untuk kelas XI IPS-1 adalah PJOK.
Untungnya Getha sudah memakai pakaian Olahraga dari rumah, jadi dia tidak perlu repot-repot mengganti baju seperti teman-teman sekelasnya.
"WOI PASUKAN CEPET BARIS KE LAPANGAN!!" Rogi berteriak heboh diambang pintu kelas, cowok itu membawa mikrofon sungguhan entah darimana. Semua murid didalam kelas pun merasa risih dan segera berlarian keluar menuju lapangan utama.
"Ogah!" Felly membentak sinis, gadis itu terlihat tempramental dan judes.
"Terserah lo aja deh, Fell. Nggak berani gue ngatur-ngatur hidup lo!" Ucap Rogi sebelum menyusul teman-teman sekelasnya ke lapangan utama.
Setelah semua murid sudah terkumpul di lapangan, Pak Hiu selaku guru PJOK mengatur agar semua anak muridnya membentuk barisan di lapangan sebelum melakukan pemanasan.
"Yang tidak hadir silakan angkat tangan?" Tegas Pak Hiu lantang.
"Yeew, si Bapak ngelawak ya, Pak? eh atau lagi galau karena tadi malam belum dikasih jatah ekhm-ekhm sama Bu Ani! makanya jadi keseletot ngomong deh, Huahaha." celetuk Metha lantang dan percaya diri, Bu Ani sendiri merupakan guru BK dan merupakan istri sah dari Hiutama.
Sontak saja celotehan absurd Metha mengundang banyak gelak tawa dari teman sekelasnya. "Metha. Lari lapangan sepuluh kali!" Tegas Pak Hiu, menatap penuh sabar siswinya yang selalu membuat ulah tersebut.
Metha mengangguk bangga, cewek itu melakukan pose hormat bendera didepan Pak Hiu. "Siap laksanakan Pak!" katanya penuh semangat, lalu mulai berlari mengelilingi lapangan.
Mikha geleng-geleng kepala melihat tingkah kembarannya. "Bener-bener tuh anak!" gumamnya sangat pelan.
Getha yang mendengar itu terkekeh pelan, lalu mencondongkan tubuhnya ke barisan Mikha. "Nggak ikutan lari sama kembaran lo, Mik?" bisiknya.
Mikha menatap tajam Getha. Dan Getha tergelak pelan sambil menundukan kepala, kebetulan saat ini mereka sedang dalam mode istirahat ditempat dalam komando Pak Hiu. Cuaca pagi ini juga lumayan terik.
"Oke. Sekarang kita lanjut pemanasan dulu ya." Ucap Pak Hiu, beliau mengintrupsi para muridnya. Mengabaikan terik matahari yang menyorot mereka dilapangan itu.
"Pak! si Felly masih didalam kelas, nggak mau ikut pelajaran Bapak katanya." celetuk Rogi, yang membuat Pak Hiu menghentikan aktivitasnya.
"Panggil dia kesini!"
"Susah, Pak. Lagian nggak ada yang berani juga ngatur dia." celetuk Messi si pemegang predikat raja mesum diseluruh kalangan anak IPS dan IPA.
Pak Hiu mengangguk pelan, cukup paham dengan karakter siswinya yang satu itu. "Siapa yang berani ajak Felly ke lapangan, istirahat nanti saya kasih bonus makan dan minum gratis dikantin." Sang guru pun tidak kehilangan solusi untuk hal itu.
Sontak saja, semua murid langsung berbinar mendengar tawaran dari Pak Hiu. "Saya, Pak!" kata Rica lantang sambil mengangkat tangan. "Saya ke kelas dulu, papay!" Rica keluar dari barisan dan berlari menuju ke kelas.
***
Terima kasih telah membaca With You.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...