Getha keluar kelas, gadis itu menyebrangi koridor. Tujuannya adalah ke tong sampah, membuang gumpalan kertas berisi coretan angka. Suara berisik terdengar nyaring dari arah koridor lantai satu, kebetulan kelas Getha ada di gedung lantai dua. Karena penasaran, Getha pun menunduk ke bawah berniat mencari tahu sumber suara berisik itu. Dibawah sana Arga sedang melambaikan tangan sambil mengusung senyuman ramah kepada setiap cewek yang mengidolakannya. Cewek-cewek itu histeris. Mereka adalah adik kelas, senior dan juga teman seangkatan. Banyak diantara mereka yang mengajak Arga berfoto dan minta akun Instagram-nya di follow back oleh Arga. Arga itu bukan tipe cowok yang dingin ataupun cuek, dia adalah tipe cowok yang perhatian dan penuh percaya diri. Arga juga selalu ramah dan menghormati setiap cewek yang jatuh hati kepadanya. Tapi Arga bukan Playboy, sebenarnya dia cowok baik. Hanya saja terlalu suka tebar pesona.
"Playboy," gumam Getha lalu setelahnya dia segera masuk kelas.
"Woy, Ge! kenapa lo? kusut bener tuh muka kaya belum di setrika." Rica tiba-tiba muncul, cewek itu duduk diatas meja sambil memakan mochi dingin.
Getha menggelengkan kepala.
"Nih! mau nggak?" Rica menyodorkan mochi miliknya ke wajah Getha.
Getha menggeleng. "Thanks."
Sebelah alis Rica terangkat lalu mengangguk-anggukan kepala. "Bagus! lagian tadi gue cuma basa-basi doang kok. Pengertian juga ya lo, Ge."
Getha memutar bola mata malas, sudah menduga hal tersebut. Kesal!
"Mikha mana, Ge? tumben nggak bareng sama lo?" kelakar Rica kepo.
"Belum dateng. Mungkin masih di jalan." balas Getha menyorot malas.
Rica mengangguk-angguk, lalu melompat turun dari atas meja.
"Ke gerbang depan yuk, Ge!" ajak Rica.
"Ngapain?" Getha mulai merebahkan kepalanya ke atas meja, salah satu tangannya merogoh kolong meja berniat mengambil sebuah buku tebal.
"Nungguin si Metha," balas Rica.
Getha sudah mulai membaca.
"Pagi ini Metha bakalan tampil beda. Rambutnya dikepang dua dan pake poni palsu. Ya pokoknya bakal beda."
Getha masih setia menyimak.
"Kemarin malem Metha ketahuan sama Mama-nya lagi nongkrong sama geng motor, gue denger sih Mama-nya marah terus Metha dihukum. Pas gue tanya Mikha, dia bilang pagi ini Metha akan tambil beda. Mungkin hukumannya Metha harus ngerubah penampilan."
Getha mengangguk-angguk.
"Yuk buruan ke gerbang depan!"
"Males," Getha merespons tidak minat.
"Nyebelin banget lo, sumpah!" Rica cemberut lalu ngacir keluar kelas.
***
"HAHAAAAAAAAAAA...," Kevin tertawa terpingkal-pingkal, begitupun dengan Dimas Arga dan Emil. Pasalnya mereka berempat ikut menyambut kedatangan Metha tadi pagi di depan gerbang.
"Bisa diem nggak sih lo!" marah Metha sambil menunjuk Kevin dengan garpu.
Mereka semua Dimas dkk serta Getha dkk duduk satu meja dikantin. Berkumpul bersama sambil sesekali bercerita dan tertawa membahana.
"Gue bakal diem kalo besok lo bersedia tampil kepang dua lagi. Gimana, Met?"
Metha berdecak sinis. "Kampret."
"Kimprit!" Kevin menirukan.
"Gas!" Dimas mengompori mereka.
"Kalo dipikir-pikir, nasib lo lebih ngenes dari seorang jomblo loh, Met. Pagi tadi lo diketawain sama anak-anak seantero sekolah ditambah lagi ditinggal Fandi seminggu tanpa kepastian. Punya pacar tapi kok kayak jomblo? masih mendingan gue dong, asli jomblo tapi setiap hari banyak chat masuk dari cewek-cewek berasa diperhatiin sama pacar. Lah, elu?" kali ini Emil yang beraksi meledek Metha, hal itu membuat Metha kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Roman pour Adolescents[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...