With You - 58

321 21 2
                                    

Suara alunan musik klasik mengalun merdu, menggema di ruang tengah mansion kediaman Clinton yang luas.
Beberapa pelayan berdatangan membawa makanan lalu menyajikan dan menaruhnya ke atas meja makan.

Dimas dan kawan-kawannya sudah datang sejak beberapa menit lalu. Kini mereka tengah menikmati hidangan yang tersaji di atas meja, mereka tampak lahap walaupun sebelumnya sudah makan banyak di rumah Arga.

"Gimana kabar kalian selama ini?" Netha tersenyum memperhatikan sekolompok remaja di seberang meja.

"Baik, Kak." Dimas pun menjawab sebagai perwakilan atas nama teman-temannya yang sedang sibuk makan. "Kabar Kak Netha sendiri gimana?" Cowok itu balas bertanya.

Seperti biasa, Netha selalu tersenyum ramah. "Kabar Kakak baik juga kok."

"Syukurlah."

"Btw, Kakak ada kabar baik loh, Dim." Netha mengulum senyum misterius.

"Wih, kabar bahagia apa tuh, Kak?" Di lain sisi, Emil menyahut semangat.

"Kakak hamil, udah tiga minggu." Perempuan itu akhirnya tersenyum sambil mengelus perutnya yang terlihat lumayan agak membuncit.

"WAAAAA, SELAMAT YA, KAK!" Rica berteriak cempreng, cewek itu bangkit berdiri lalu berlari kecil menghampiri bangku Netha. Rica berjongkok sambil sesekali mengelus perut Netha lalu memeluk perempuan hamil itu.

Netha tertawa geli, perempuan itu pun membalas pelukan Rica. Melihat Rica, sebenarnya mengingatkan Netha pada sosok adik angkatnya, Getha.

"Memang kapan Kak Netha menikah? Gue kok nggak tau ya? atau jangan-jangan emang gue nggak di undang?" Metha pun mulai bertanya.

"Kak Netha menikah sama orang Paris. Mereka menikah dengan konsep tertutup, jadi yang datang hanya keluarga dekatnya aja." Bukan Netha, melainkan Dimas yang menjawab.

"Maaf ya, Kakak nggak ngundang kalian." Netha bangkit berdiri, perempuan itu menangkupkan tangan.

"Santai aja Kak Net. Asalkan jatah makan gue di tambah, gue nggak akan protes kok." Kilah Emil sambil nyengir.

"Yee, malah malak makanan." Kevin yang pada dasarnya emosian itu pun menempeleng pelan kepala Emilio.

Emil tergelak, cowok itu menggaruk lehernya yang tidak gatal sambil tersenyum kikuk. Melihat hal itu, Fandi pun memanfaatkan suasana dengan mengambil makanan dari piring Emil yang kebetulan duduk di sampingnya. Arga hanya terkekeh diam-diam melihat tingkah teman-temannya itu.

"Semoga nanti kalo adik bayinya cewek, mirip plek-ketiplek sama Urel ya, Kak." Urel cekikikan, cewek itu berdiri di belakang kursi yang Netha duduki sambil merangkul leher perempuan hamil itu dari belakang.

"Jangan mau, Kak, Urel pemalas." Metha pun melontarkan candaan.

"Udah males, porsi makannya banyak lagi." Kali ini Rica pun ikut berbicara.

Netha hanya terkekeh, apalagi saat melihat si manja Urel cemberut.

"Walaupun pemalas dan porsi makannya banyak, Urel juga sering lemot juga kok Kak kalau lagi mikir." Si paling introvert mulai bersuara.

Mereka tergelak, tertawa bersama.

"MIKHA, KAMU KOK NYEBELIN SIH?!" Urel berteriak sambil berdecak pinggang menatap sahabatnya.

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang