With You - 46

408 21 2
                                    


"Kalian berdua duluan aja," Ujar Arga sambil menyender di pintu mobil. Cowok itu bersedekap dada menatap Metha dan Rica yang baru saja sampai ke parkiran murid di SMA Merdeka.

"Loh kenapa gitu?" Rica mengernyit.

"Emang Lo mau kemana, Ga?" Metha bertanya penasaran, menatap serius.

"Gue ada urusan mendadak," balas Arga berusaha menyakinkan mereka.

Metha melangkah mendekat, Rica pun membuntutinya di belakang.

"Urusan mendadak apa?" Tanya Metha.

"Harus banget gue jawab?"

Suasana di antara mereka bertiga mendadak dingin dan bersitegang.

Metha menatap tajam sedangkan Arga menyorot dingin dan datar.

"Udahlah. Kita berhenti aja sampe disini, gue juga udah capek karena enggak ada hasil. Ini urusan pribadi hidup Getha, kan? Seharusnya kita enggak perlu ikut campur. Arga juga mungkin ngerasain itu, iyakan, Ga?"

Arga menatap tajam Rica. Metha hanya diam memperhatikan mereka.

"Gue sangat peduli sama Getha, Ca. Lagipula, pencarian ini enggak harus pake satu cara aja, kan? Sejak awal sistem pencarian kita itu cuma ngikutin apa kata 'Mereka Yang Percaya Diri' aja. Padahalkan sebenarnya masing-masing dari kita punya cara tersendiri yang berbeda-beda. Gue mau pulang ke rumah dan akan memperjauh penelurusan dengan cara gue sendiri. Nanti kalo gue udah menemukan titik terang, gue akan hubungi kalian."

Metha mengehla napas berat. "Oke. Gue juga sempat berpikir gitu juga sih, kalo itu udah jadi keputusan Lo yaudah. Apapun caranya, gue harap kita bisa secepatnya menemukan Getha. Sebentar lagi ulangan kenaikan kelas, kita juga harus fokus belajar, kan?"

Arga mengangguk, mengulas senyuman tipis. "Thanks, Met, udah mau ngerti. Gue cabut duluan, kalian berdua hati-hati di jalan." Ujar Arga lalu sedetik kemudian menancap gas meninggalkan lingkungan sekolah.

Plak.

Metha berbalik badan, mengernyit bingung saat tahu kalau Rica yang sudah memukul kencang pundaknya.

"Ada apa sih?!" Metha ngegas.

"Kenapa Lo biarin Arga pergi gitu aja sih, Met? Gimana kalo nanti malah menambah masalah di antara kita?"

"Letak salahnya keputusan Arga dimana emang, Ca? Dia cuma mau pake cara dia sendiri. Siapa tahu versi pencarian Arga lebih akurat dari kita? Kita jangan terlalu membatasi ruang geraknya, Ca. Bukan rahasia umum juga kan kalo Arga itu sangat genius?"

"Ya tapikan, Met, kalo kita kerjasama mengusut semuanya sampe akhir pasti akan lebih cepat ketemu Getha-nya. Kita harus terus sama-sama sampe membuahkan hasil, kalo di antara kita jalan masing-masing yang ada malah jadi amburadul!" Balas Rica menggebu.

"Kuncinya ada di komunikasi, Ca. Lagian Lo kenapa sih, hah? Arga cuma mau penelusuran ini cepat berakhir dan Getha bisa secepatnya bisa di temukan. Siapa tahu Arga bisa memecahkan pencarian tanpa ujung ini, kan? Nanti juga Arga akan mendiskusikannya sama kita. Lo enggak perlu khawatir, Ca."

"Ya tapikan, Met, tetap aja itu terkesan enggak solid! Seharusnya kita pake satu cara aja sampe akhir. Lagian Kak Gara juga pintar, kan? Dia sosok pemimpin team yang keren. Gue malah curiga, ini cuma alasan dan akal-akalan Arga aja supaya enggak sering-sering ketemu Kak Gara, secarakan hubungan mereka kurang baik. Dan masih banyak kemungkinan lainnya lagi." Ujar Rica.

"Ca, apa susahnya buat percaya?"

"Met, kenapa Lo enggak paham-paham sih? Memangnya selama ini apa kurangnya team kita? Teknologi yang kita pake juga selalu canggih dan terkini. Lah, Arga? Gue enggak yakin, kalo dia bisa mengusut titik terangnya!"

WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang