Setelah selesai mandi, Getha membereskan koleksi buku-bukunya dimeja belajarnya, menatanya dengan rapi seperti biasa. Setelahnya Getha menutup gordeng kamar tapi sebelum itu Getha menghirup udara segar terlebih dahulu. Gadis itu memejamkan mata, tersenyum tipis kala muncul ingatan bersama Arga.
"Eh? kok gue senyum." Getha tersadar, dia mengigit bibir bagian dalamnya.
"WOY GE!!" teriak seorang cowok dari balkon seberang rumah, Getha yang hendak masuk ke dalam pun terhenti.
Getha berbalik, melihat seseorang yang sedang melambaikan tangan dibalkon kamarnya. Orang itu adalah Dimas Aliano, cowok itu tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya heboh. Tingkahnya itu mirip seperti baru bertemu dengan selebriti saja.
"WOY GEEEEE ..." teriak orang di seberang sana sambil melambaikan tangan untuk yang kesekian kali.
Getha melangkah menuju besi pembatas balkon, kedua tangannya ditumpukan disana. Getha balas melambaikan tangan dengan singkat.
"WOY GE!! LO DENGER GUE NGOMONG NGGAK?" Dimas berteriak, suaranya pun menggelegar kencang.
Getha menyorot Dimas malas, berbeda dengan cowok itu yang sedang cengegesan dibalkon rumahnya. "Lo kira gue budek?!" Getha pun membalas dengan judes tanpa minat, dia jengah.
Dimas tertawa. "Maaf ya, gara-gara gue lo jadi kena marah sama temen-temen lo." katanya sambil menumpukan kedua tangan di besi pembatas balkon.
"Gak usah di bahas lagi, udah lewat."
"Lo maafin gue nggak?" Dimas menatap Getha intens seolah mengindahkan jarak yang membentang diantara mereka berdua.
"Iya di maafin. Udah jangan di bahas-bahas lagi, oke? gue males kalo lo selalu bahas masalah yang kemarin."
Dimas tersenyum lebar. "Siap boss!" balasnya masih dengan senyum yang mengembang dengan gaya hormat.
"Gue masuk ya, bye!" Getha pamit.
"Eh! tunggu Ge. Tunggu dulu!" Dimas kembali berujar lantang. Seolah dunia ini adalah miliknya dan Getha saja, sedangkan yang lain hanya ngontrak.
Getha berdecak. "Ck! apa lagi?!"
"Selamat malam. Dan sampai ketemu besok pagi." cowok itu tersenyum.
Getha mengangguk malas. "Malam." setelah itu langsung masuk ke dalam.
Getha mengintip Dimas dari sela-sela gordeng, ingin memastikan jika Dimas sudah benar-benar masuk ke kamarnya. Entah kenapa, Getha sangat kepikiran dengan pengirim pesan SMS dari nomor tidak dikenal tadi siang disekolah. Getha sangat penasaran.
Karena terlalu menganggu pikiran, akhirnya Getha membaca ulang pesan misterius itu. Yang bertuliskan;
Semoga lo suka sama bunga nya.
Dan entah kenapa juga, setelah membaca pesan misterius itu Getha jadi kepikiran dengan ucapan-ucapan Arga saat diperpustakaan siang tadi.
"Sok misterius banget," Getha terkekeh.
"Kok gue ngerasa percaya diri banget ya kalau Arga yang udah kirim pesan itu tadi siang, gue juga ngerasa kalau Arga suka sama gue. Eh, tapi masa sih? emang beneran gitu, ya?" Getha mulai berasumsi sambil bermonolog lagi.
Getha memukul kepalanya cukup kencang. "Bego! seharusnya gue nggak usah mikir lama, langsung aja cari bunganya dibawah jendela. Kalo ada berarti feeling gue bener, kalo nggak ada berarti gue cuma ke-geeran doang." gumamnya lalu bergegas.
Dengan cepat Getha membuka kembali gordeng kamarnya, dan benar saja dibawah jendela terdapat dua tangkai bunga mawar yang sudah dikemas rapi, dengan tampilan yang menarik.
Getha berjongkok, mengambil bunga-bunga itu. "Wangi juga nih." Getha menghirup dua tangkai bunga mawar ditangannya, sambil menutup kembali gordeng kamar dengan pelan.
"Kira-kira dari siapa ya?" Getha melompat ke atas kasur, dengan bunga yang masih setia ia genggam di tangan.
Drtt drt.
Ponsel Getha bergetar.
Getha meraih ponselnya yang tergeletak diatas nakas samping ranjang. "Nomor tidak di kenal lagi?" Getha melihat duabelas digit nomor tidak dikenal tertera dilayar ponsel.
Dengan cepat Getha menyamakan nomor si penelpon dengan si pengirim pesan misterius itu. Getha melotot kaget, ternyata nomornya berbeda. Selama Getha menyamakan nomor, dering ponselnya masih setia berbunyi nyaring mengganggu telinga.
"Angkat aja kali ya?" Getha menekan tombol hijau, dan saat itu juga langsung tersambung dengan si penelpon.
"Hallo?" Getha memulai dengan suara kikuk dan canggung, setiap ada panggilan masuk dari nomor asing Getha memang selalu panik.
"Apa kabar?"
"Maaf ini siapa?" Sebisa mungkin Getha berujar sopan, takut jika ini adalah nomor salah sambung.
"Nagara,"
"Hah? Nagara siapa?"
"Nagara Pusaka."
Getha tersenyum senang, dua tangkai bunga mawar di tangannya terjatuh ke lantai, karena saking bahagianya mendengar siapa nama si penelpon.
"Lo yang ngasih gue bunga, Kak?" balas Getha dengan senyuman lebar.
"Iyah, kamu suka?"
"Suka banget, warna-warni lagi."
"Maksudnya?"
"Iya. Lo kasih bunga ke gue dua warna, kan? satu tangkai mawar merah dan satu tangkai mawar putih. Bener, kan?" perjelas Getha kurang santai.
"Saya cuma kasih kamu bunga mawar merah." Balas Nagara darisana.
"Terus mawar putihnya dari siapa?" Getha was-was bercampur panik.
Tut.
Sambungan telepon terputus, karena tiba-tiba ponsel Getha lawbat. Kebiasaan buruk Getha memang sering lupa meng-charger handphone.
Getha menaruh kembali ponselnya ke atas nakas dengan asal, gadis itu kembali berbaring di atas kasur sambil terus berpikir keras. Mencari tau siapa pelaku pengirim bunga mawar putih yang wangi dan indah itu?
"Apa mungkin mawar putih itu dari Arga?" gumam Getha sambil menatap langit-langit kamar, lama terdiam dengan posisi terlentang membuat Getha tanpa sadar tertidur lelap.
***
Terima kasih telah membaca With You.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...