PLAK!
PLAK!
BUGH!
Getha jatuh hampir tak sadarkan diri saat tiba-tiba saja dirinya dipukuli tanpa ampun oleh seseorang yang tidak di kenalinya. Orang-orang asing itu membawa Getha ke dalam sebuah gudang tua tak berpenghuni. Disana, Getha menjadi korban kekerasan fisik. Dua pria tinggi berbadan kekar dengan warna kulit sawo matang, menghajar Getha tanpa ampun. Menampar pipi Getha berkali-kali hingga wajah gadis itu membiru. Kepala Getha juga dihantamkan ke tembok hingga pelipisnya mengeluarkan banyak darah segar, wajah Getha juga dipukuli hingga hidungnya mimisan. Perut Getha di injak-injak sampai gadis itu memuntahkan banyak darah dari mulutnya. Getha merintih lirih, seragam sekolahnya juga saat ini sudah berlumuran darah, kusut dan terlihat sangat berantakan. Menyedihkan.
Tadi setelah latihan ekstrakulikuler badminton, Getha memutuskan untuk piket kelas terlebih dahulu. Sebelumnya Getha akan pulang bersama Arga, namun tiba-tiba saja cowok itu mendapat urusan mendadak, kedua orangtuanya datang berkunjung ke Indonesia, jadilah Arga harus menjemput orangtuanya di bandara. Sedangkan Dimas sedang ada tanding turnamen sepak bola melawan beberapa sekolah-sekolah lain.
Getha juga tadi menjadi murid yang paling akhir meninggalkan lingkungan sekolah. Saat Getha duduk menunggu bus di halte seberang jalan sekolah, tiba-tiba saja seseorang membekap mulutnya lalu menyeret paksa masuk ke dalam sebuah mobil sedan hitam.
"Uh, mulus juga nih cewek. Unboxing seru kali, ya?" pria berperawakan negro itu mengusap kepala dan leher Getha dengan gerakan yang sensual.
"Si Bos benar-benar ngasih kita hadiah spesial! Unboxing bareng-bareng aja, Max. Kita bagi dua atau main sama-sama aja, gimana?" Ucap seorang pria sambil melepaskan masker di wajahnya dengan gerakan kasar.
Getha meringis, menahan perih dan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Getha sudah kehabisan tenaga dan tidak berdaya setelah dua pria asing itu memukulinya dengan sangat sadis.
Max menendang kepala Getha, sambil tertawa nakal nan lantang. "Bangun!"
Sergio--rekan Max, menarik paksa Getha untuk segera berdiri menghadap Max. Tubuh Getha menyender di tembok, Max berdiri tepat di hadapan gadis malang itu.
"Cantik," Max menyeringai bengis.
Max mencengkeram rahang Getha, berniat mencium ganas bibir gadis itu. Dengan sisa tenaga yang ada, Getha menendang area selangkangan Max hingga pria itu mundur kesakitan.
Sergio pun membantu Max bangkit.
SREK!
Max menerjang Getha, menarik kasar seragam sekolah gadis itu hingga terlepas total dan hanya menyisakan tanktop hitam, Max dan Sergio saling menatap dan tersenyum nakal. Getha semakin ketakutan tapi tidak bisa melawan karena fisiknya lemah.
"Tuan, saya mohon jangan melakukan pelecehan seksual kepada saya!" Getha memohon dengan suara lirih.
"Sikat aja, Max. Jangan dengerin ocehan tuh bocah." Kompor Sergio.
"Tuan, saya mohon!" Getha menangkupkan kedua tangannya di depan dada, berusaha memohon belas kasih dari dua manusia itu.
"Tuan, saya hanya seorang remaja biasa yang sedang berusaha mewujudkan impian dan cita-cita saya. Masa depan saya masih panjang, apakah kalian berani bertindak sekejam ini ingin merusak kehidupan saya?" Getha berucap memohon.
"Bayangkan jika suatu saat nanti kalian memiliki seorang puteri, lalu puteri kalian di rusak oleh pria kurang edukasi di luaran sana. Apakah kalian akan menerima dengan lapang dada? Apakah kalian tega menghancurkan harapan kecil orang seperti saya yang sudah rapuh secara mental. Jika kalian ingin membunuh saya, lakukanlah dengan cepat! Saya tidak ingin berlama-lama menerima siksaan demi siksaan." Getha susah payah bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
Teen Fiction[PROSES REVISI] Ini tentang Getha Nathalia dan dunianya yang berubah 180° semenjak bertemu dengan kedua orang tua kandungnya. Di saat kerumitan di dalam hidupnya di mulai, sesosok laki-laki bernama Reygan Argara membuat kerumitan hidup yang di ala...